14. Mama Maula.

8.2K 967 41
                                    

Rikas: Sora udah ketemu.
Rikas: Siapa tahu lo butuh tahu.
Rikas: Gue belum denger kabar soal masalah pastinya, tapi ada yang bilang dia hamil lagi.
Rikas: Nggak usah sedih.
Rikas: Wajar hamil kan mereka udah nikah.

Rikas: Pesan ini telah dihapus.
Rikas: Ezio titip makasih buat lo. Karena, udah jagain Lamda semalam.
Rikas: Lo sendiri mau nitip balas 'sama-sama' nggak? Ntar gue forward ke dia.

Maula: G dlu.

Lalu, Maula menyakui kembali ponselnya bertepatan dengan Mbak di rumah Mas Linggar yang datang dari dapur sambil membawa satu nampan berisi satu gelas jus berwarna merah muda, mungkin berisi strawberry atau tomat, secangkir teh, juga satu toples camilan kacang mete.

"Nggak perlu repot-repot padahal, Mbak," Maula berbasa-basi.

Mbak yang tampak lebih muda dari Maula itu tersenyum. "Nggak kok, Kak. Sama sekali nggak repot. Tadi sebelum berangkat Mas Linggar juga sudah pesan kalau Kak Maula boleh anggap rumah sendiri."

Ck! Rumah sendiri, boleh Maula jual dong, ya? Dasar emang buaya!

"Agnianya masih tidur siang ya, Mbak?" tanya Maula seraya celingak-celinguk antara sedang mencari-cari sosok gadis kecil bergigi ompong tengah yang fotonya sempat Mas Linggar kirimkan, juga mengamati rumah bergaya minimalis milik Mas Linggar yang interiornya betul-betul nggak berubah sejak lebih dari dua tahunan lalu.

Dapur yang menyatu dengan ruang makan, dominasi furnitur melayang di sekitar Maula yang bikin rumah bertatanan open space ini tambah luas. Dari tempatnya duduk di sofa ruang tamu, Maula bahkan bisa memindai ruang kerja Mas Linggar yang desk-nya berantakkan di sayap kiri. Maula tak akan heran kalau di bagian belakang rumah ini ternyata masih awet berdiri sebuah ruangan yang beralih fungsi menjadi mini soccer buat Mas Linggar main kalau bosan. Seperti yang Maula bilang, rumah ini benar-benar masih sama dari yang terakhir dia ingat.

"Dek Nia kan sama Mas Linggar, Kak," jawab Mbak. Nampan yang telah kosong kini dipeluknya di dada.

"Hah? Bukannya Mas Linggar ada urusan kerja di Bekasi?" ujar Maula memberi tahu apa yang Mas Linggar beritahukan kepadanya sebelumnya bahwa laki-laki itu bakal seharian kerja di Bekasi.

"Oh, itu pagi, Kak. Jam 10 tadi Mas Linggar jemput ke sekolah buat antar Dek Nia ke tempat Mamanya. Cuma, karena hari ini ada jadwal les sama Kak Maula harusnya sudah pulang sih. Mungkin sebentar lagi sampai, Kak. Mas Linggarnya sudah menghubungi kan, Kak?"

Maula hanya meringis saja. Karena, jawabannya belum, dan Maula terlalu malas sering-sering menghubungi Mas Linggar yang punya hobi kepedean itu! Lagi, dia kira Agnia ada di rumah berdasarkan chat terakhir yang dikirim oleh Mas Linggar semalam. Maula tadi bahkan langsung berangkat dari rumah sakit sehabis menemani Mami serta memastikan bahwa Mbok Rumi udah di sana untuk menggantikannya. Dia betul-betul berupaya mengukur waktunya buat datang setelah sekiranya telah memberi waktu tidur siang yang cukup buat murid barunya.

Lagi, kenapa Agnia nggak les di tempat tinggalnya saja dan malah di tempatnya Mas Linggar? Kan jadi bolak-balik begini. Ke rumahnya terus ke tempat Mas Linggar. Apakah tiap hari begitu? Anak sekecil itu capek di jalan kali! Bener-bener deh Mas Linggar Si Uncle Durhaka!

"Mas Linggar sendirian di sini, Mbak?" tanya Maula ketimbang diam.

"Oh, nggak kok. Mas Linggar sama Dek Nia di sini, Kak."

Sepantasnya Usai ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang