Seminggu berlalu dengan Maula dan Rikas yang berakhir kembali saling tak mengacuhkan. Itu persis sekali dengan hari di mana Rikas tiba-tiba memperlakukan cewek itu bagai sebongkah patung batu sehabis dia pergi nyamperin Teddy ke Apollo. Bedanya, kali ini justru Maula lah yang lebih banyak mengambil inisiatif buat menghindar dari peluang berpapasan dengan Rikas. Memang sedikit sulit mengingat Maula sekarang ini hanya punya jadwal keluar rumah ketika harus ngasih les pada Agnia. Itu juga dia mesti absen melakukannya minggu ini atas permintaan Mas Linggar sebab menurutnya, Agnia tetap butuh waktu untuk berduka. Otomatis kalau di rumah Maula cuma bisa mendekam di kamar—sesuatu yang sangat sulit dijalani oleh cewek itu, bagaimana pun Maula sangat suka kebebasan, dia suka hilir-mudik ke sana-sini kendati untuk sesederhana menyapu lantai—karena Rikas agaknya resmi nge-cancel agenda buat ke Bali dan seminggu ini dia malah mendadak punya jadwal WFH.
Hish! Benar-benar seperti sedang menghukum diri sendiri! Padahal, bukan Maula yang salah. Rikas saja yang terlalu mengada-ada. Suka sama perempuan? Mungkin gara-gara tiba-tiba putus dari Teddy dia jadi merasa disorientasi. Who knows kan?
Maula sengaja melangkah irit-irit sepulangnya dia dari tukang bubur gerobakan yang mangkal depan kompleks. Tangannya yang menjinjing satu kresek bersisi dua bungkus bubur ayam—hari ini Jum'at, baru jam 6 lewat dikit, jadwalnya Maula masak sebenarnya, cuma dia malas lama-lama berdiri di dapur, yang mana kehadirannya di sana praktis bisa leluasa dilihat oleh Rikas yang lagi kerja, makanya sebagai manusia bertanggung jawab dia belikan pria itu sarapan sekalian—mengayun-ayun ringan. Mulut Maula pun bersenandung-nandung kecil, mencoba memelodikan lagu lama Racun Dunia yang di awal perilisannya sempat nge-hitz, aktif diputar di acara-acara musik layar kaca, dan radio-radio, bikin Maula yang dulu suka ngedengerin siaran radio sambil mengepel lantai rumah Mbah Nung otomatis kecantol.
"Dasar Rikas memang kau racun! Racuuuuun!" Maula hampir bergeleng-geleng kayak lagi diskoan saat matanya yang tiada henti menjelajah di sepenjuru jalanan kompleks keburu menangkap wujud sesosok perempuan yang lagi jongkok-jongkok kepayahan di sisi jalan.
Maula bahkan nggak sempat berpikir apa gerangan yang sedang perempuan itu lakukan, apakah dia bersedia diganggymu atau nggak, ketika tahu-tahu dia memutuskan menegur ramah, "Selamat pagi, Soraaa!"
Uh, apakah ada yang mau mengatainya bodoh? Atau, justru ngenes? Atau, malah malu-makuin kaum cewek aja? Karena, Maula mau-maunya sok akrab dengan perempuan yang udah membuat cowok yang dia cintai tak membalas perasaannya dan berujung bikin dia sakit hati?
Please! Maula bukanlah remaja 17 tahun. Dia perempuan dewasa yang udah tahu bahwa perasaan yang dia miliki sewajarnya hanya menjadi tanggung jawabnya sendiri. Lagi pula, Maula nggak sepicik itu kali! Dia udah nggak beruntung dalam banyak hal. Setidaknya, dia nggak perlulah menambah-nambahi beban untuk berlaku sebagai antagonis!
"Oh, hai ... Mbak Maula?" Sorak Sorai sesuai kata Rikas cewek ini punya tampang yang cakep banget! Rikas yang bencong saja ngerti kalau cewek ini cantik hampir-hampir kayak Shandy Aulia pas main jadi Tita. Dia nyatanya juga punya badan yang lebih semok dari badan kurus Maula. Tingginya memang mungkin hanya sebatas kuping Maula sih. Tapi, kulitnya jelas lebih cerah dari kulit kumalnya Maula. Rambutnya legam, diurai, dan tampak sering mampir buat dapat spa treatment di salon.
Maula nggak begitu tahu tentang latar belakang Sora. Namun, dia sekilas dengar dari Bang Rega, Sora dibesarkan oleh kakak tirinya. Sama sekali nggak pernah kekurangan karena mereka punya perkebunan anggur super luas di Bali. Syukurlah jika Ezio punya jodoh sekeren itu!
"Lagi nyariin apa?" tanya Maula akhirnya sebab sebelum berdiri menyambutnya, Sora terang sedang sibuk berjongkok-jongkok.
"Oh itu ...." Dengan kikuk Sora mengusap lengannya yang dibalut cardigan tipis. Maula nggak yakin sih cewek ini tahu kalau Maula sempat naksir berat sama suaminya. Jadi, kekikukan ini sepertinya murni karena mereka orang asing yang baru saling kenal. "Saya cari anting. Tadi jatuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepantasnya Usai ( Selesai )
Ficción GeneralWhy do people get married? Atau .... Why did she want to marry him? Maula bahkan harusnya ngerasa trauma kan? Dia udah dua kali loh menghadiri acara pesta pernikahan yang digelar mantannya. Namun, dalam kesadaran penuh dia toh tetap memilih berakhir...