Tadi Maula baru selesai mandi sewaktu Mami menelepon untuk mengabari kalau beliau akan berangkat ke kantor Polisi lebih dulu. Maula tentu sempat merasa lehernya bagai tercekik selama beberapa saat begitu mendengarnya. Pemikiran kalau segalanya tak berjalan lancar dan Rikas bakalan ditahan mendadak semrawut memporak-porandakan benaknya yang memang telah kusut.
Namun, suara Mami yang bahkan lebih tenang dari genangan air di dasar goa tahu-tahu berikrar seakan hendak melapangkan hatinya, "Ula rileks dulu, ya? Pak Agra tadi ngomong sendiri ke Mami, beliau yakin. Rikas akan pulang pagi ini atau paling lambat menjelang siang nanti. No worries okay? Semua akan baik-baik aja."
Rasanya Maula semakin tahu sih kenapa Rikas begitu menyayangi Mami. Tak cuma karena beliau ibu yang melahirkan dan membesarkannya. Bahkan sebagai seorang pribadi Mami Ursula sungguhlah keren sekali. Di situasi genting sekali pun nyatanya beliau masih tetap sanggup menyaring mengenai apa-apa yang sekiranya penting. Tidak grasa-grusu, tidak pula terbawa emosi yang berlebih. Mami sangatlah terukur.
Meski demikian, betapa pun Mami kelihatan amat berenergi toh nggak mungkin menutupi fakta kalau Mami udah tak sesehat dulu.
Maka, dengan hati-hati Maula tetap coba mengingatkan, "Mami jangan capek-capek, ya? Jangan lupa istirahat dan vitamin sama obatnya juga harus diminum. Ula bakal bantuin apa pun yang Ula bisa. Kita bakal jagain Rikas sama-sama ya, Mi?"
Maula mendengarnya, tawa kecil Mami yang tulus di seberang sana.
"Senang sekali rasanya karena Mami berkesempatan punya anak lagi yang kayak Ula," aku Mami yang tahu-tahu bikin pipi Maula sontak menghangat. Dia jarang dipuji, tetapi bersama Mami segala hal yang Maula lakukan bila pun itu sesederhana menggoreng telor ceplok di atas kompor gas adalah sejenis prestasi yang sewajibnya diapresiasi.
Mungkin salah satu bagian terbaik dari menikahi Rikas adalah dapat ibu mertua yang se-cool dan se-supportive Mami sih. Jujur saja, keberuntungan sejenis itu nggak bisa semua cewek dapatkan kan? Hehe.
Lalu, pembicaraan pagi di antara menantu dan mertua tersebut pun tersudahi persis setelah Mami mengabarkan kalau mobil yang mengantar beliau telah memasuki pelataran parkir Polres Metro.
Maula masih menunggu kabar selanjutnya walau ini bahkan belum ada lewat sejam dari telepon itu.
Dan, omong-omong soal menunggu, saat ini Maula nggak sedang sendirian di rumah. Mama, Papa, beserta Miko datang buat bergabung bersamanya sejak sekitar setengah jaman yang lalu. Bahkan sebelum mereka, tadi juga udah ada Sora sama Ezio yang sengaja mampir menengokinya untuk menanyakan kabar terkini tentang Rikas sembari membawa semangkok bubur ayam hangat yang katanya sengaja Sora olah untuk Maula sedari subuh. Actually, mereka nggak tinggal lama karena Ezio mesti ke rumah sakit dan Sora juga harus mengantar Lamda ke sekolah. Mereka berpamitan setelah memastikan dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Maula telah menyuap beberapa sendok bubur guna mengisi perutnya.
Kemudian, jika Ezio sama Sora saja tahu tentang apa yang menimpa Rikas, bagaimana mungkin orang tua juga abangnya nggak tahu kan? Come on! Kabar buruk biasanya tersiar lebih cepat dari rambatan cahaya.
"Kamu kok nggak ngabarin Mama sih?" Tadi, saat baru membuka pintu Mama langsung memberondongnya demikian. Maula udah berpikir kalau dia bakal dimarahi. Oh, jelas! Bagaimana bisa coba dia nggak ngasih tahu orang tuanya berita penting bahwa menantu mereka sedang diperiksa di kantor Polisi atas tuduhan semengerikan pembunuhan? Membiarkan mereka tahu dari orang lain dan bukan dari mulutnya merupakan sebuah kecolongan dan kesalahan besar. Apa pun alasan Maula entah dia nggak ingin bikin orang tuanya khawatir atau elakan omong kosong lainnya, dalam perkara ini dia tetap bersalah. Titik.
Oleh sebab itu, dia siap jika Mama marah. Namun, setelah berkata sensi begitu Mama justru memeluknya erat sekali di bibir pintu. Tak cukup dengan itu Mamanya juga berbisik menghibur, "Nggak akan kenapa-napa. Semua akan kembali baik-baik aja, Sayang. Mama percaya dan Maula juga harus percaya. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepantasnya Usai ( Selesai )
General FictionWhy do people get married? Atau .... Why did she want to marry him? Maula bahkan harusnya ngerasa trauma kan? Dia udah dua kali loh menghadiri acara pesta pernikahan yang digelar mantannya. Namun, dalam kesadaran penuh dia toh tetap memilih berakhir...