10. Dasar Asu Alas.

8.5K 931 69
                                    

"Nih, buat lo."

Maula sedang duduk sambil menyuwiri gorengan tempe mendoan yang tadi dia beli sekembalinya dari rumah sakit saat Rikas tiba-tiba keluar dapur sambil mengangsurkan kepadanya satu cupcake pink bunny—Maula ingat smiley frog, teddy bear, lucky rooster, dan komplotannya, pokoknya kue-kue gemas favorit Rikas tergabung dalam wadah satu box besar diboyong oleh Teddy pas cowok itu singgah kemari buat sayang-sayangan sama pacarnya which is sebelum mereka putus berdasarkan pengakuan sepihak Rikas.

"Lo mau selametan apaan?" todong Maula ogah-ogahan sembari menebar picingan gigu terhadap wujud cupcake dengan sebuah lilin menyala di tengahnya.

"Bukan gue, tapi lo."

Menggunakan telunjuknya yang berlumur minyak goreng Maula menuding wajahnya sendiri. "Gue?"

Rikas manggut-manggut. "Anggap aja ini semacam perayaan karena lo udah berhasil dapetin pelukan pertama di pernikahan kita."

Dan, Maula rasanya mau gumoh. Gorengannya yang baru tiba di lambung bahkan serasa pengen langsung lari hingga usus besar sampai bikin perutnya mendadak melilit.

"Kemarin aja lo merong-merong nanya kapan kita pegangan tangan? Kapan gue usap-usap rambut lo? Nah, kita udah pelukan kan tadi?" Rikas mengedipkan sebelah matanya. Dibanding Om-Om genit dia justru tampak lebih mirip sama bencong-bencong yang suka mangkal di taman remang-remang. Dih, dih, dih, apalagi pas dia lanjut menitah serak-serak sok manja, "Jadi, tiup dong lilinnya!"

Emang fix banci sampai DNA!

Maula lantas membuang napasnya hingga tak cuma api yang padam, tapi cupcake-nya pun sukses terjungkal.

"Ya ampun, Ulaaa!" Tuh, Rikas bahkan sampai sontak berseru dan buru-buru memungut kue yang teronggok di bawah meja.

Heran! Nggak kue, nggak yang punya kue sama-sama letoy!

"Anyway, lo gak hubungin Si Teddy? Sapa tahu dia mau jengukin Mami sambil bawain kue-kue kayak gitu?" Dagu Maula terkedik ke arah cupcake berbentuk kelinci yang barusan jatuh dan kini sedang coba diusap-usapi em, mungkin dari potensi menempelnya debu-debu halus oleh Rikas. Gimana pun sayang kali kalau langsung dibuang, gitu-gitu yang ngasih kan ayangnya.

"Berapa kali sih harus gue bilang kalau udah putus?" Seolah hendak mendebat kilat anggapan Maula, Rikas lantas menyahuti malas.

"Ya kan putus bukan berarti musuhan. Emangnya kalian putusnya gak baik-baik?" timpal Maula, dia udah kembali sibuk mengambil gorengan tempe berikutnya dari atas piring.

"Lo sama Ezio putusnya nggak baik juga?"

"Hah?" Sobekan tempe yang baru saja siap masuk ke mulut Maula mendadak tertahan di udara.

Dan, kontan terkesan bagai serpihan batu bata yang seketika memupus hingga tandas seluruh dahaga cewek itu ketika di seberangnya duduk Rikas tiba-tiba lanjut bicara, "Tadi waktu di rumah sakit. Ingat? Dia lewatin lo begitu aja. Sama sekali nggak ada kasih teguran. Itu alasan lo khawatir dia pindah ke depan rumah? Because, you going through a bad breakup?"

"Dia gak negur gegara lo yang peluk gue tiba-tiba ya, Anjir! Mungkin dianya gak enak! Dikira ngeganggu. Ezio emang tipe orangnya kayak gitu kok!" Tak cuma ludahnya yang mendadak muncrat-muncrat. Gorengan yang tadi Maula pegang dengan sarat kenikmatan telah sukses tercampakkan.

Namun, Rikas seakan nggak melihat gelagat itu. Dia malah terus mematik api emosi cewek itu dengan kembali membeber, "Nggak enak apanya? Jelas-jelas matanya nggak lihat ke arah lo!" Lelaki itu bahkan dengan beringas menunjuk-nunjuk netranya sendiri bak hendak memberi gesture penegasan. "Yang ada itu justru lo yang terkesima dan mau nubruk dia duluan. Untung aja buru-buru gue peluk sebelum lo mempermalukan diri lo sendiri!" sambungnya sembari menuding culas Maula, mengatainya bebal meski tanpa terang-terangan bersuara.

Sepantasnya Usai ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang