Maula tadi nggak mendengarkan penjelasan Rikas secara jelas soal nama pantai yang sedang dia dan laki-laki itu kunjungi. Namun, usut punya usut jaraknya enggaklah terlalu jauh sih dari Pandawa beach. Actually, sepengalaman dia mengunjungi Bali, setidaknya Maula udah pernahlah ke sana hingga dua-tiga kali.
Selepas memarkirkan mobil yang dia sewa, Rikas mengajak Maula untuk lanjut berjalan kaki. Sebetulnya bisa saja mobil itu dikendarai lebih jauh lagi, hanya saja area parkir di bawah—to be honest jalannya agak menukik turun—berdasarkan info yang Rikas punya sih area parkirnya masihlah sangat terbatas. Maka, Maula tanpa protes mengekori Rikas guna menyusuri selorong jalanan beraspal yang di kanan-kirinya terbentang tebing tinggi nan eksotis.
Maula bahkan nggak bisa berhenti mendongak serta memutar-mutarkan lehernya demi memindai kian nyata wujud orang-orang di tepi jalan yang sengaja berhenti untuk berswafoto.
Rikas juga tadi sempat memintanya untuk ikut berdiri di sana, di tengah-tengah jalan yang memang sepi untuk dibidik menggunakan kamera yang pria itu kalungkan di lehernya, tetapi Maula segera menolak. Sebab, jujur, dia nggak terlalu suka berfoto sih. Bahkan seingatnya terakhir dia mengambil foto dirinya itu udah lewat dari dua tahun lalu. Persisnya ya pas dia sama Rikas nikah—itu juga setengah terpaksa sih gara-gara wajahnya telah terlanjur disapu oleh make-up berharga jutaan, dan di venue resepsi berseliweran fotografer yang di-hire dalam paket biaya wedding yang tak murah.
Yaps, di hari pernikahan mereka pokoknya adalah kali terakhir Maula difoto.
Serius! Kendati sering ikut gabung ke acara natalan atau kumpul keluarga, Maula selalu menghindar dari potensi terbidik kamera. Bukannya dia nggak sepercaya diri itu. Oke, dia sempat buluk. Kulitnya kusam, gradakan, serta mungkin kadang setelah seharian berkegiatan di luar langsung berubah menjadi layaknya kilang minyak. Namun, sungguh, lebih dari segalanya, alasan utamanya nggak ingin difoto mungkin ya karena dia merasa nggak terlalu fotogenik? Hasil pose Maula suka aneh. Kikuk nan kaku. Miko malah sering terang-terangan me-roasting-nya. Jadi, ya mending nggak perlu foto sekalian deh kalau hasilnya toh jelek!
Dalam diam Maula terus berjalan, melewati segerombol manusia yang terus bergonta-ganti pose di setiap jepretan flash yang dilepas, sambil menggoyang-goyangkan tas punggungnya yang sebelum berangkat telah dia susupi dengan banyak camilan juga perlengkapan renang. Oh, yeah! Walau tak seprofesional Miko—abangnya itu saking cintanya sama laut, dia bahkan sampai sengaja ikut banyak kursus hingga akhirnya berhasil memperoleh sertifikat diving dari PADI—tetapi, Maula cukup yakin sih kalau dia lebih jago berenang daripada Rikas!
Bukan tanpa alasan dia menyombong. Maula udah belajar berenang sejak belum bisa membaca. Sebaik dia mengenali jenis-jenis pupuk sebaik itu pula dia mengayuhkan kakinya di dalam air. Sementara Rikas? Oh, lihat saja! Sepanjang tahun kulitnya tak pernah kelihatan tan. Dia jarang berjemur apalagi berjemur di pantai! Waktunya kayaknya lebih sering habis di dalam ruangan ber-ac untuk main bersama komputer-komputernya. Dia bukanlah tipe manusia alam. Sangat wajar kalau dia bahkan belum pernah nyobain surfing lebih-lebih diving macam Maula. Mentok-mentok kalau main di pantai dia paling rebahan di bawah payung sambil minum es kelapa!
Tanpa sadar Maula jadi mendengkus keras dibuatnya. Sampai-sampai Rikas yang berjalan di sisinya spontan melempar kepala demi memberi sejurus pandangan bertanya.
Maula tentu lantas gelagapan. Meski dia yakin Rikas nggak tahu apa yang barusan dia sensikan dalam diam, tetapi dari cara pria itu mengangkat alis saja Maula bak sedang ditelanjangi. Paling menunggu waktu saja sih dia bisa bulat-bulat menyaksikan apa yang Maula sembunyikan. Karena, kepekaan Rikas lebih-lebih terkait Maula seperti satu tingkat lebih baik darinya.
Sayangnya, itu tentu tak akan terjadi. Setidaknya, Maula tak akan membiarkan laki-laki itu punya waktu untuk berhasil membacanya. Maka, sesuai satu kali berdeham cukup keras, Maula coba buru-buru mengalihkan perhatian dengan mengujarkan, "Lo udah pernah ke sini sebelumnya?" Tak benar-benar ingin tahu sebenarnya. Sebab, jika Rikas menjawab iya maka, kemungkinannya dulu dia pergi bareng Teddy kan? Atau, ada yang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepantasnya Usai ( Selesai )
Ficción GeneralWhy do people get married? Atau .... Why did she want to marry him? Maula bahkan harusnya ngerasa trauma kan? Dia udah dua kali loh menghadiri acara pesta pernikahan yang digelar mantannya. Namun, dalam kesadaran penuh dia toh tetap memilih berakhir...