Mama: Barusan Rikas mampir.
Mama: Boleh Mama telpon?Pesan tersebut Maula terima setelah hampir tiga jam berselang dari datangnya pesan Rikas, dan saat dia udah duduk di salah satu kursi plastik warna-warni pada ruang Kids Kafe dekat cabang Rumah Sakit Amera di sekitaran Mampang.
Di depan Maula, Agnia yang rambut panjangnya dikuncir dua tampak anteng menunduk sembari coba mengerjakan latihan soal dari materi yang Maula ajarkan hari ini. Meski terlihat fokus serta seceria biasanya, Maula rasa-rasanya terlalu peka untuk dapat menyadari jejak-jejak air mata mengering tertinggal di wajah gadis cilik itu.
Entah apa yang sebenarnya terjadi, satu hal yang pasti bahwa orang yang dirawat di sana bukanlah Mas Linggar, tapi masih Mamanya Agnia. Jika merunut cerita dari Agnia, Mamanya jelas tidaklah menderita sakit-sakit biasa mengingat dia udah mendapat penanganan medis dari usia Agnia masih sangat belia.
Menimbang dia mungkin bakal mengganggu konsentrasi Agnia yang entah tinggal seberapa dalam kondisinya saat ini andai dia bersuara, Maula memutuskan buat membalasi pesan Mama cepat.
Maula: lgi ngajar ma. He²
Maula hendak menaruh kembali ponselnya untuk telungkup di atas meja yang penuh sama buku-buku, tapi segera saja urung sebab, jujur, hati terdalamnya merasa penasaran. Dia nggak tahu apakah dia bakalan bisa tahan kalau mesti nunggu sampai jam makan siang buat mengobrol bareng Mama. Mana ketikan Mama berasa mau ngasih tahu something serious pula. Udah begitu Rikas bahkan nggak ada nge-chat lagi setelah terakhir dia ngirim gambar berisi kondisi rumah orang tua Maula yang udah terdekorasi sedemikian rupa dengan banyak bunga-bunga mawar putih favorit Mama di halamannya.
Shit!
Jangan bilang Rikas mendadak datang ke sana untuk bicara yang enggak-enggak. Jangan-jangan dia telah mengakui kalau selama ini dia cuma nikah palsu sama Maula. Tapi, masa sih? Gimana sama Mami Ursula coba jika dia nekat lakukan hal itu?
Namun, melihat tingkah laku Rikas belakangan di mana laki-laki itu sering menghindari Maula, apa diam-diam dia udah mencapai kesepakatan bareng Si Teddy? Bisa saja mereka betul jadi balikan dengan syarat coming out. Terus, sekarang mereka gimana? Maksudnya, Maula dan Rikas. Pernikahan mereka bakal bubaran? Tepat di hari anniversary pernikahan Mama dan Papanya. Seriously?
Kalau memang sekepengen itu bersatu secara terang-terangan bareng Teddy mestinya Rikas ngomong dulu kek ke Maula. Bukannya malah sok-sok-an trabas sana-sini serta membiarkan Maula ngerasa waswas sendiri.
Maula tanpa sadar menghela napasnya. Mungkin kelewat kencang sampai-sampai Agnia langsung mendongak keheranan.
"Nia salah ngisinya, ya, Ma?"
"Hah?"
Agnia tampak mengerucutkan bibirnya. "Yang ini ...." Telunjuk kecil anak itu menunjuk soal nomor dua yang Maula beri beberapa belas menit lalu. "Paman itu apa sih? Perasaan Nia nggak punya Paman deh, Ma. Terus ngapain Paman ke rumah Nia? Berangkat jam 6? Ih, Nia mau sekolah. Nggak boleh pasti sama Papa. Kata Papa, yang main Bebi sama Nanda aja, Ma."
Biasanya saat mengobrol dengan orang-orang, Maula lebih sering melihat orang tertawa-tawa karenanya. Namun, kali ini, bersama Agnia justru Maula lah yang dibikin tak bisa menahan diri untuk tak lirih terkekeh.
Meski apa yang terjadi dengan Agnia jelas bukanlah sesuatu yang pantas dijadikan humor sih. Apa yang sesungguhnya gadis itu alami selama enam tahun ini kira-kira? Apakah dia betul-betul hanya diasuh oleh Mas Linggar? Biar pun dia selalu mencoba menjadi berwarna, tapi sorot mata Agnia—setidaknya yang Maula lihat hari ini—betul-betul memancarkan kerinduan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepantasnya Usai ( Selesai )
General FictionWhy do people get married? Atau .... Why did she want to marry him? Maula bahkan harusnya ngerasa trauma kan? Dia udah dua kali loh menghadiri acara pesta pernikahan yang digelar mantannya. Namun, dalam kesadaran penuh dia toh tetap memilih berakhir...