VIII

1.5K 144 5
                                    

'Cklek'

"Eh Taki?" Jake terkejut, pasalnya tetangga satu lantainya itu tumben sekali pagi-pagi bertamu ke apartemennya.

"Pagi Jake, boleh numpang sarapan gak? Gue lagi kehabisan uang buat makan, ortu gue belum ngirim uang bulanan." Ujar pemuda berpipi bakpao itu. Jake mengangguk lalu mempersilahkan Taki untuk masuk. Sejujurnya Taki memang sering seperti ini setiap akhir bulan. Apalagi dia termasuk pekerja yang digaji di awal bulan. Taki memang bekerja part time di sebuah bar sebagai pelayan. Ya setidaknya dia bisa memiliki penghasilan walau umurnya belum legal untuk bekerja di sana.

Jake mengambilkan nasi serta lauk pauk untuk Taki makan, lalu merekapun makan dengan khidmat. 

.

.

Dan pada akhirnya jake juga pergi ke sekolah bersama dengan Taki yang memberikan tumpangan motor pada Jake sebagai balas budi karena telah memberinya makan.

Jake memang sudah kenal dengan Taki dari mereka berada di tahun pertama sekolah menengah pertama. Taki adalah tetangga satu lantainya Jake. Taki tinggal sendiri di unit apartemennya karena orang tuanya yang bekerja dan tinggal di kota lain. Taki bukanlah orang menengah ke bawah, dia anak dari dua dokter bedah ternama di kota sebelah. Hanya saja, dia memutuskan pergi ke kota lain untuk hidup mandiri.

Sedangkan Jake sendiri memang pada dasarnya sebatang kara. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat 5 tahun lalu. Tapi untungnya harta milik orang tuanya cukup untuknya hidup walau ia tidak bekerja.

Kembali lagi pada masa sekarang, kini Taki dan Jake sudah sampai di area sekolah yang masih cukup sepi.

"Makasih Taki." Ucap Jake sambil mengembalikan helm yang dipakainya pada Taki.

Taki tersenyum "Terima kasih kembali."

'Bugh'

Jake langsung terkejut saat Sunghoon yang datang entah darimana itu langsung membogem Taki hingga Taki jatuh terduduk sambil memegangi pipinya yang menjadi sasaran Sunghoon. Sunghoon yang terlihat emosi pun langsung mencengkram kerah seragam Taki hingga Taki berdiri lagi.

"Elo! Gara-gara lo gue bisa kejebak sama si matre sialan itu! Gue gak mau tau, lo harus tanggung jawab ke dia!" bentak Sunghoon, Jake berusaha memisahkan namun sama sekali tak berhasil.

"A- apa maksud lo anjing? Tanggung jawab apa?" ucap Taki dengan terbata-bata karena lehernya tercekik.

"Lo yang ngehamilin Niki!" bentak Sunghoon lagi, tanpa aba-aba Sunghoon langsung saja ditarik oleh Jungwon yang baru saja datang bersama Jay.

"Sunghoon! Tenang Hoon masih di sekolah! Jangan bicara macem-macem!" ucap Jungwon dengan nada membentak juga. Sedangkan Taki di sana sudah merapihkan kembali seragamnya yang kusut atas ulah Sunghoon.

"Taki lo pergi dulu, nanti siang gue mau ngomong sama lo." Ucap Jungwon, Taki mengangguk lalu pergi bersama Jake dan Jay.

"Hoon lo tenang, lo bisa sabar sedikit lagi, petugas lagi nyari tanggal video cctv nya. Kalau lo nyerang kayak gini sama aja lo dengan omong kosong, karena Taki sama Niki itu sama-sama gak sadar. Mereka kejebak." Jelas Jungwon.

"Won lo bakal ngelakuin apa sama penabrak Sunoo kalau orang itu udah lo temuin?"

Jungwon tertegun, kenapa tiba-tiba Sunghoon membahas hal itu? namun dengan tatapan datar ke arah jalanan, Jungwon menjawab

"Gue lakuin hal yang sama kayak yang dia lakuin ke Sunoo."

***

Soulmate itu sama seperti stiker dan albumnya. Jika album itu tak diisi stiker maka tampak album itu akan hampa, kosong serta tak berwarna. Begitu juga dengan soulmate, jika seorang soulmate memutuskan untuk hidup tanpa pasangannya, maka ia harus menerima kehampaan hidupnya tanpa pewarna.

Jadi Jay harus bagaimana? Soulmatenya adalah saudara tirinya sendiri. Memang sebenarnya ia skeptis terhadap hal itu. Tapi setelah bermimpi bagaimana sang bunda dan papa di masa lalu, ia berfikir demikian.

Bukan apa, kalau saja bukan karena ramuan buatan nenek, pasti papanya juga sudah meninggal lama karena sang soulmate yang tiada.

Jadi apa yang harus Jay lakukan sekarang? Sudah berkali-kali Jay mengusap tato bulan sabit berantai yang ada di atas denyut nadinya itu dengan minyak tanah namun tato itu tidak hilang juga.

"Sayang, kamu ngapain sendirian di sini?"

Jay tertegun, dengan cepat ia menutup kembali denyut nadinya dengan lengan almamaternya. Sedangkan orang yang tadi berbicara langsung duduk di sampingnya.

"Enggak ngapa-ngapain." Jawab Jay datar.

Heeseung tersenyum lalu mengambil alih tangan Jay untuk ia usap dengan kedua tangannya. Dari kecil, Heeseung memang sudah menyukai Jay. Maka ia meminta pada ayah ibunya untuk menjodohkan dirinya dengan Jay. Dan yah, orang tuanya setuju. Padahal Heeseung tau sebenarnya mereka bukanlah soulmate.

Dulu Heeseung pernah datang ke peramal untuk membaca tentang soulmatenya, dan dia terkejut karena sebenarnya soulmatenya sudah meninggal. Padahal Heeseung sama sekali belum pernah bertemu soulmatenya itu. Sayang sekali.

Untungnya Heeseung masih bisa hidup sampai sekarang tanpa soulmatenya. Ya setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Kalau beruntung, Heeseung benar-benar akan bisa bertahan.

"Sudah, kamu ke kelas sana, di luar ini dingin. Nanti kamu masuk angin." Jay mengangguk, dia langsung bangkit dari duduknya lalu pergi dari sana. Sedangkan dari kejauhan Jungwon melihat semua interaksi itu, entah kenapa dadanya malah terasa sesak. 

FIGURINHA [WONJAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang