VI

1.7K 153 2
                                    

Sunghoon memasuki pekarangan rumahnya dengan mobil sport miliknya yang agak tergores di sebelah kanan. Memang Sunghoon belum sempat untuk membawa mobilnya ke tempat perbaikan. Sebenarnya bukan belum sempat, tapi lebih ke arah malas.

Saat sampai di depan pekarangan ternyata ada mobil sedan lain yang terparkir di sana. Sunghoon hanya mengenali satu mobil yaitu milik ayahnya, sedangkan mobil lainnya Sunghoon tidak tahu.

Sunghoon keluar dari mobil lalu memasuki rumah mewahnya itu dengan santai. Tas sekolahnya ia gendong dengan sebelah lengan saja. Penampilan berantakannya kini malah menambah aura bad boy nya.

'Cklek'

"Tuan muda Sunghoon, anda di tunggu ayah anda beserta tuan muda Niki dan orang tuanya di ruang tamu." Ucap maid yang membukakan pintu untuk Sunghoon.

Sunghoon mendengus kesal, untuk apa lagi anak itu ke rumah?

Tak memedulikan perintah sang ayah, Sunghoon langsung melanjutkan perjalanannya menuju kamar, namun sayang langkahnya terhenti saat tangannya ditahan seseorang.

'Plak'

Dan yah, satu tamparan berhasil mendarat lagi di pipi penuh lebamnya.

"Kenapa kamu ngabaiin Niki dan bilang ke Niki kalau kamu punya calon lain! Ingat! Niki itu lagi hamil anak kamu, sebulan lagi kalian menikah." Ucap sang ayah.

"Udah Sunghoon bilang itu bukan anak Sunghoon! Sunghoon memang bejat tapi Sunghoon nggak pernah ceroboh." Dan yah satu tamparan mendarat lagi akibat kejujuran yang terlontar dari bibir Sunghoon.

Sunghoon memegangi pipinya yang terasa pedas. Ia menatap sang ayah kesal.

"Sebelum kamu bawa bukti, kamu tetap salah dasar bajingan!" Bentak ayah Sunghoon.

"Lebih bajingan mana? Ayah yang ngebawa perempuan jalang ke rumah saat bunda masih koma di rumah sakit atau Sunghoon?"

"Park Sunghoon! jaga mulut kamu!"

"Kenapa yah? Karena yang Sunghoon bilang itu kenyataan kan? Udahlah capek ngomong sama ayah yang enggak pernah ngerti perasaan Sunghoon. Sunghoon capek selalu dijadiin alat bisnis, mending Sunghoon keluar dari rumah ini daripada harus serumah sama tua bangka bajingan." Ujar Sunghoon sarkas lalu keluar dari rumah itu. Lagipula Sunghoon sudah capek karena tak mendapat fasilitas selama ini. Ayahnya memang bekerja namun hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan dirinyalah yang selama ini membiayai rumah sakit bundanya dari hasil judinya selama ini.

Dan yah, sekarang ia harus membuktikan pada ayah dan keluarga Niki, bahwa anak yang dikandung Niki bukanlah anaknya. Menyentuh Niki saja tak pernah, apalagi menghamilinya.

"Sialan."

***

Jake menatap ke arah luar jendela minimarket sembari menyeruput ramen instan yang baru saja diseduhnya. Keadaan luar cukup sepi, padahal ini adalah malam minggu. Biasanya jalanan itu ramai karena dijadikan arena balap liar atau lainnya. Namun kali ini benar-benar sepi. Hanya ada beberapa orang yang lewat.

Tumben,

"Eh elo cowok yang nahan Jay waktu itukan?" Jake mendongak melihat seorang pemuda yang rasanya tak asing di matanya.

"Oh lo Koga ya? Yang jadi wasit balapan waktu itukan? Temen Jay?"

"Hahaha iya." Ucapnya sambil duduk di hadapan Jake tanpa permisi.

"Lo kok bisa di sini?" Tanya Jake penasaran, bukannya malam ini sedang tidak ada yang balapan?

"Oh gue part time di sini. Mumpung lagi nggak ada yang mau racing jadi gue kerja di sini." Ujar Koga, untung saja keadaan minimarket cukup sepi sehingga ia bisa duduk mengobrol sebentar.

Jake mengangguk paham "Gue kira balapan diadain tiap weekend."

"Enggak juga sih, btw gue belum kenal sama lo. Lo siapanya Jay?"

"Gue Jake, sahabat kecilnya Jay."

"Oh oke, salam kenal Jake."

'Kring'

Jake dan Koga menoleh saat lonceng pintu minimarket berbunyi.

"Loh Sunghoon? Muka lo tambah ancur aja." Ujar Koga pada orang itu.

"Masakin gue pasta dong bang Key."

"Bangsat udah gue bilang jangan panggil gue bang Key, kesannya jadi kayak BangKe." Koga bangkit lalu segera menuju rak makanan. Sedangkan Sunghoon langsung saja duduk di tempat Koga duduk tadi.

Dia tak memedulikan orang di depannya, kini fokusnya hanya pada game di ponselnya. Lagipula Jake tidak peduli dengan Sunghoon, jadi ia kembali makan.

"Lo!" Jake mendongak, ternyata Sunghoon sedang menatapnya serius.

"Sake lo kenal sama Taki? Gue waktu itu pernah liat lo ngobrol sama Taki di perpus."

Jake mendelik kesal, sudah kesekian kalinya Sunghoon memanggilnya dengan sebutan Sake. Padahal nama aslinya kan Jake.

Jake menggendong tasnya lalu keluar dari minimarket itu dengan kesal.

"Namanya Jake, bodoh."

"Anj! Lo ngagetin aja bangsat!" Sunghoon mengelus dadanya karena sempat terlonjak kaget atas kehadiran Koga secara tiba-tiba.

"Pastanya 20 ribu."

FIGURINHA [WONJAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang