maap ya kalau ada typo><
Happy reading~
.
.
.
"Ma bisa ambilin saladnya enggak?" ucap Jungwon.
Kini di kediaman Park, keluarga tuan Park sedang melaksanakan kegiatan makan malam bersama keluarganya. Dan entah kenapa menurut Jay suasananya sangat canggung saat ini. Di mana sedari siang Jungwon sama sekali tak mau berbicara dengannya barang sepatah katapun. Bahkan Jungwon mengabaikan Jay, menganggap seolah Jay tak ada.
Seperti saat ini, padahal salad berada dekat Jay, tapi Jungwon malah menyuruh mamanya.
"Biar aku ambilin..." ucap Jay berinisiatif.
"Gak perlu, aku enggak butuh salad. Aku kenyang, ma, pa, Jungwon selesai makan, Jungwon ke kamar dulu buat ngerjain tugas." Jay terdiam saat ucapan itu terlontar dari mulut Jungwon. Sedangkan Allen dan Serim mengangguk. Setelah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya, Jungwon langsung beranjak dari ruang makan menuju kamarnya.
***
Keesokan paginya...
'Cklek'
'Dugh'
"Argh!" Sunghoon meringis kesakitan kala kepalanya mendarat mulus di lantai. Jake yang melihat itu juga terkejut. Bagaimana bisa Sunghoon masih berada di depan pintu unitnnya?
"Lo kalau mau buka pintu kasih tau dulu kek! Kepala gue nyutnyutan nih jadinya!" keluh Sunghoon sembari memegangi kepalanya. Padahal tadi dia masih nyaman berkelana dalam mimpi indahnya. Namun sayang mimpi indah itu berakhir sad ending karena kepalanya lebih dulu mengenai lantai.
"Ya elo ngapain masih di sini! Pulang gih!" usir Jake.
"Gue enggak punya rumah, jadi gue tidur di sini." Ucap Sunghoon sambil bangkit dari posisi rebahannya. Jake makin terkejut, bagaimana bisa Sunghoon menjadi gelandangan. Padahal rasanya baru kemarin Sunghoon main taruhan di arena balap.
"Bodo amat mending lo pulang!"
"Please lah Jake, gue tinggal di sini ya, gue kan soulmate lo, masa lo tega biarin gue jadi gelandangan."
"Itu urusan lo."
"Gini aja, kalau lo ngasih gue tumpangan.... Gue bakal jadi tukang masak, gini-gini gue pinter masak."
"Gak, kamar penuh."
"Gue bisa beres-beres kok."
"Gue bilang kamar penuh."
"Gue bakal turutin apa yang lo mau, gue mau kok jadi babu lo." Ucap Sunghoon benar-benar memohon. Jake tampak berfikir sejenak, kasian juga.
"Gue punya gudang tinggal lo-"
'Pluk' Jake mundur beberapa langkah saat Sunghoon berhambur memeluknya.
"Makasih makasih makasih." Ucap Sunghoon sambil mengecupi surai Jake. Sial, entah kenapa jantung Jake kini jadi sasaran perasaan aneh. Maka dari itu dengan segera Jake mendorong Sunghoon agar melepaskan pelukannya.
"Mandi kek, badan lo bau azab."
***
Sedari tadi Jay terus memerhatikan Jungwon. Entah kenapa kini matanya tak lepas dari pemuda berambut hitam itu. Jay juga penasaran kenapa sikap Jungwon jadi berubah padanya. Jungwon sangat cuek tak seperti biasanya. Jungwon yang Jay kenal tidak seperti ini.
"Jay, papa dengar kamu mutusin pertunangan kamu sama Heeseung. Kenapa?" tanya tuan Serim.
"Karena Jay udah dewasa pa, Jay mau milih apapun dengan kata hati Jay sendiri. Dan Heeseung? Selama ini Jay enggak pernah cinta sama Heeseung. Jay sadar itu, jadi buat apa kita lanjutin hubungannya?"
"Tapi kan kamu tau peru-"
"Pa, kalau aku dibesarin cuman buat alat bisnis mending aku ikut bunda ke sisi tuhan aja." Ujar Jay lalu pergi menuju halaman belakang, ia perlu ruang sendiri saat ini. Tak peduli dengan Jungwon.
Kini rasanya ia terbebani dengan skenario semesta yang menurutnya rumit. Bagaimana jika soulmate mu adalah saudara tirimu? Bagaimana jika tujuan orang tuamu menjodohkanmu adalah untuk menjadikanmu alat bisnis? Bagaimana jika kamu menjadi pembunuh orang yang paling dicintai oleh soulmate mu? Bagaimana jika kamu membunuh soulmate orang lain? Bagaimana jika kamu selama ini hanya sendirian?
Sendirian,
Selama ini sendirian,
"Jay sadarkah elo kalau selama ini lo itu memang sendirian buat ngehadapin bercandaan semesta. Sendirian." Jay menatap kosong kolam ikan di depannya. Ia membersihkan kembali pikirannya. Pikiran rumit yang selama ini membuatnya tersesat.
"Kak Jay." Jay menoleh ke samping kirinya mendapati Daniel yang kini memegang tangannya. Daniel masih mengenakan piyama kelincinya. Jay rasa Daniel baru saja bangun tidur, melihat bagaimana mata anak itu masih agak sayu.
Jay berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Daniel lalu mengusap pipi bakpao itu sambil tersenyum.
"Good morning and happy birth day my prince." Ucap Jay membuat Daniel benar-benar membuka matanya lalu tersenyum manis.
"Thank you kak Jay."
"Okay then, come hug me." Ucap Jay, lantas Daniel berhambur memeluk Jay.
Sedangkan dari kejauhan seseorang melihat itu dengan tatapan datarnya.
"Kalau aja kamu ngakunya sama aku, mungkin aku bakal mikir dua kali."

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURINHA [WONJAY]
FanfictionJay ingin mengatur takdirnya sendiri, tapi semesta tak mengizinkannya. Semesta malah menjebaknya bersama Jungwon, orang yang ingin ia hindari seumur hidupnya. "Pemahaman tentang semua orang bisa mengatur takdirnya sendiri itu salah." "Te amo mi amo...