XII

1.2K 125 14
                                    

Jay tengah kesal sekarang. Pasalnya jalan menuju rumah tiba-tiba jadi macet. Setelah mengantar Jake ke apartemennya, ia memutuskan untuk langsung pulang ke rumah saja. Tapi sekarang jalanan macet. Entah apa yang membuat jalanan menjadi macet, yang pasti di depan sana ada penyebabnya.

Tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti tepat di samping mobilnya. Yang menaiki motor itu ada dua orang. Jay yakin kalau mereka adalah pasangan suami istri karena dilihat dari tingkah mereka. Sayup-sayup Jay dapat mendengar percakapan dua orang itu, karena kaca jendela mobil Jay sedikit terbuka.

"Iya macet begini karena di depan lagi ada kecelakaan. Korbannya remaja smp, pelakunya lari. Intinya remaja itu korban tabrak lari." Ucap si perempuan yang dihadiahi anggukan si laki-laki.

Korban tabrak lari

Flashback

"Koga gimana ini? Dia meninggal di tempat!" panik Jay setelah memastikan nafas dari hidung pemuda yang sudah berlumuran darah itu. Keadaan sekitar jalanan sepi dan gelap. Jadi tak ada yang menyadari keberadaan mereka.

"Udah biarin aja, kita masuk ke mobil lagi. Tinggalin aja di sini."

"Tapi mobilnya?"

"Tenang, abis ini gue gudangin aja mobilnya, gue hiatus balapan buat beberapa waktu. Lo enggak mau dipenjarakan?" Jay menggeleng cepat.

"Yaudah ayo buruan cabut."

Flashback off

"Sial." Jay memundurkan mobilnya, untung saja dia berada di paling belakang, jadi ia bisa berbelok ke jalan yang berada di sampingnya. Kali ini ia merubah tujuannya menjadi ke pemakaman. Ia harus minta maaf atas perbuatan buruknya pada korban lagi.

Sesampainya di pemakaman, Jay langsung saja masuk ke area pemakaman katolik itu sembari membawa setangkai bunga mawar putih yang sempat dibelinya tadi. Hingga tak butuh waktu lama, Jay menemukan makam dengan nisan bertuliskan nama Kim Sunoo.

Jay mendekati makam itu, berjongkok di sebelahnya setelah meletakkan mawar putih di sana. Perlahan air matanya mulai menetes deras.

"Sunoo maafin gue, karena gue lo jadi begini." Ucapnya.

"Seharusnya gue enggak ngebut waktu itu, gue bener-bener nyesel." Ucapnya lagi.

"Jay?" tubuh Jay seketika menegang, ia langsung menghapus air matanya lalu segera berdiri dan menoleh ke belakanganya mendapati Jungwon yang sedang berdiri dan menatapnya dengan bingung.

Jungwon mendekati Jay lalu menatap makam serta Jay bergantian.

"L-lo ngapain di sini?" tanya Jay gugup.

"Gue mau ngejenguk pac-mantan pacar gue." Ucap Jungwon sambil menunjuk makam Sunoo.

Jay terkejut, ternyata Sunoo itu mantan Jungwon? Kalau saja Sunoo tak meninggal sudah dipastikan Jungwon masih berhubungan dengan Sunoo.

"I-ini makam mantan pacar lo?" tanya Jay lagi.

"Iya, tapi kalau aja dia belum meninggal, mungkin status gue sama dia udah tunangan."

Jay mengangguk kaku, dugaannya benar ternyata.

"Lo ngapain di sini?" tanya Jungwon.

"Eh itu anu, tadi gue cuman jalan-jalan doang di makam butuh ketenangan. Dan gue berhenti pas liat nisan yang namanya Sunoo. Gue tertarik sih, namanya bagus, Kim Sunoo." Ucap Jay berusaha untuk tidak gugup dan beruntungnya Jungwon mempercayai itu. Pemuda itu mengangguk lalu meletakkan buket bunga di atas makam Sunoo lalu menoleh lagi ke arah Jay.

"Lo ke sini naik apa? Daniel mana?" tanya Jay.

"Gue naik taksi ke sini, kalau Daniel di rumah sama bonyok kita. Kebetulan tadi bonyok pulang lebih awal karena lusa Daniel ultah." jelas Jungwon, Jay pun mengangguk paham.

"Lo naik mobil kan? Gue nebeng ya." Ucap Jungwon lagi.

"Eh iya iya boleh, yaudah ayo pulang."

"Mau mampir ke taman kota dulu? Di sana lagi ada acara musik." tawar Jungwon.

"Boleh."

***

Jungwon dan Jay kini sudah sampai di taman kota yang cukup ramai hari ini. Banyak stan-stan makanan yang menggoda untuk dijelajahi, tapi entah kenapa Jay sedang tidak berselera untuk itu.

"Ayo kita ke sana dulu." Ajak Jungwon, Jay mengangguk lalu mengikuti Jungwon hingga ke tempat yang di maksud. Sebuah panggung dan para pemusik yang akan tampil. Para pemain musik mulai melakukan intro pada lagunya. Dan Jungwon mengajak Jay untuk berdiri di samping kanan karena jika di tengah sudah ramai dengan penonton lain.

"Ini lagu kesukaan gue, gue kecanduan banget sama lagu ini, semoga lo suka juga lagunya. Judulnya Figurinha." Ujar Jungwon, Jay masih tetap mengangguk lalu fokus melihat sang vokalis yang kini bernyanyi di atas panggung.

Será que da pra consertar aquele erro que eu cometi?
(Mungkinkah aku memperbaiki kesalahan yang kubuat?)

Desculpe se eu te fiz chorar
(Maaf jika aku membuatmu menangis)

Minha intenção é só te ver sorrir
(Aku hanya ingin melihatmu tersenyum)

Eu preciso sofrer pra parar de ser besta
(Aku perlu menderita untuk menjadi bodoh)

De querer te ver só de segunda a sexta
(Melihatmu dari hari Senin sampai Jumat)

Pra no final de semana, eu te dar perdido
(Di akhir pekan, aku akan menghilang)

E os contatinho me chamar
(Dan bisa meninggalkanku)

Mas o idiota aqui
(Tapi orang bodoh ini)

Nunca tá contente com o que tem na mão
(Tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya)

Mas quando eu te vi partir
(Tapi saat melihatmu pergi)

Levou um pedaço do meu coração
(Kau mengambil separuh hatiku)

Ficar sem você, minha figurinha
(Hidup tanpamu, stikerku)

Que completa o álbum da minha vida
(Melengkapi album stikerku)

É ganhar na loteria
(Seperti menang lotre)

Ficar milionário e perder tudo no outro dia
(Seperti jutawan, kemudian hilang esoknya)

Ficar sem você, minha figurinha
(Hidup tanpamu, stikerku)

Que completa o álbum da minha vida
(Melengkapi album stikerku)

É ganhar na loteria
(Seperti menang lotre)

Ficar milionário e perder tudo no outro dia
(Seperti jutawan, kemudian hilang esoknya)

Jay menoleh ke arah Jungwon saat pemuda itu juga ikut menyanyikan lagu itu. Suaranya bagus sekali. Lagi arti lagunya membuat Jay tertegun, dalam sekali. Apa bisa seseorang hidup tanpa soulmate nya? Apa bisa album tak memiliki stiker atau figurnya? Pasti itu akan terasa hampa dan kosong.

'Wush'

Tiba-tiba ada hembusan angin yang agak kencang membuat beberapa daun berterbangan ke atas kepala Jay. Jungwon yang melihat itu pun langsung saja membersihkan daun-daun itu, lantas Jay hanya bisa membeku di tempat, apalagi dengan jarak Jungwon yang sedekat ini dengannya.

"Anginnya kencang, daunnya jadi lari ke kamu semua deh." ucap Jungwon dibarengi dengan tawa kecilnya sambil tersenyum menatap Jay.

Jantung Jay sekarang malah jadi seperti tidak sehat, dengan jarak sedekat ini, dan tatapan Jungwon yang seperti itu membuat Jay rasanya ingin jadi batu saja. Jay tidak sanggup, rasanya ada hal aneh yang menggelitik di perutnya.

"Kamu manis juga kalau diliat-liat. Kak Heeseung beruntung banget bisa dapetin kamu."

'Blush' Pipi Jay memerah mendengar penuturan Jungwon. Jay mengalihkan pandanganya ke arah lain asal tidak ke mata Jungwon, lalu menghela nafasnya.

"Jangan lebih jauh lagi Won, gue gamau."

FIGURINHA [WONJAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang