Pulangnya Jake benar-benar pulang bersama Taeyong menggunakan motor sport milik Taeyong. Kalau Jay, tadi ia sudah dijemput oleh supir keluarganya. Dan sekarang Jake masih dalam perjalanan bersama Taeyong. Dan tak lama, motor sport itu sampai di depan gedung apartemen Jake.
Dengan hati-hati, Jake turun dari motor Taeyong lalu membuka helmnya. Namun entah kenapa pengunci helmnya sangat susah untuk dibuka. Melihat itu, Taeyong hanya terkekeh lalu membantu Jake untuk membuka helmnya.
Jake lantas terdiam menerima perlakuan Taeyong. Setelah helm itu terbuka, Taeyong tersenyum manis sekali bahkan Jake sampai terpesona dibuatnya.
"Emm.. Taeyong makasih ya." Ujar Jake agak gugup karena Taeyong yang terus menatapnya. Taeyong tersenyum lagi lalu mengusak rambut Jake gemas.
"Ih apaan sih Taeyong, rambut gue kok diacak-acak?" Jake kesal sambil merapihkan rambutnya lagi.
"Abisnya kakak lucu banget sih."
Tak sadar ucapan Taeyong kini membuat wajah Jake memanas seketika karena malu.
"Udah masuk gih kak, udah mendung nih." Ucap Taeyong membuat Jake tersadar lalu mengangguk.
"Yaudah kak, gue pulang dulu deh. Lain kali gue mampir, Bye!" Taeyong langsung saja pergi, Jake yang masih menatap kepergian Taeyong pun tersenyum.
***
Jay memasuki rumah megahnya. Keadaan rumah sepi seperti biasa, hanya saja tadi Jay melihat mobil orang tuanya yang sudah terparkir di depan rumah. Tumben saja orang tuanya pulang lebih awal.
Hingga saat Jay hendak menaiki tangga menuju kamarnya, ia mendengar suara anak kecil yang sepertinya sedang tertawa-tawa di halaman belakang. Namun Jay tetap tak memedulikan itu dan melanjutkan langkahnya menuju kamar. Namun langkahnya terhenti saat salah satu maid memanggilnya.
"Maaf tuan Jay, tuan dipanggil papa tuan di halaman belakang. Mama, adik serta kakak tuan juga di sana." Ucap maid itu.
Jay menghela nafasnya, sejujurnya ia ingin tidur dan tak ingin menemui keluarganya kali ini. Namun tetap Jay mengikuti perintah papanya dengan pergi menemui beliau di halaman belakang.
Sesampainya di sana, Jay dapat melihat sang papa yang sedang duduk di sebuah kursi besi bersama dengan seorang wanita yang dicintainya. Ya, mamanya Jay, lebih tepatnya mama tiri Jay.
Lalu suara anak kecil yang tertawa tadi berasal dari adik tiri laki-laki yang kini sedang bermain ayunan ditemani kakak tiri laki-laki Jay.
Sebenarnya Jay tak menyukai mereka semua, ia tak rela jika posisi mamanya yang baru saja meninggal dua tahun lalu harus tergantikan. Lagi dua saudara tirinya itu.
Daniel, adik tiri Jay. Anak laki-laki yang kini sedang bermain ayunan bersama sang kakak berwajah datar dan hanya tersenyum sesekali. Daniel masih berumur 7 tahun dan kini masih duduk di bangku sekolah dasar. Sedangkan kakaknya adalah Yang Jungwon, pemuda bersurai cokelat. Dia seumuran dengan Jay, hanya lebih tua beberapa bulan dari Jay. Jay kenal Jungwon, dia salah satu siswa populer di sekolahnya. Hanya saja mereka berada di kelas yang berbeda walaupun mereka seangkatan. Jungwon berada di kelas 11 IPA 1 sedangkan Jay berada di kelas 11 IPS 4.
Jay memang terlampau cuek pada dua saudara tirinya, bahkan dengan mama tirinya. Papa Jay memaklumi itu karena memang Jay belum sepenuhnya menerima bahwa mama kandungnya sudah digantikan, dan posisinya sebagai anak tunggal sudah lenyap.
Tuan Park paham akan hal itu, jadi ia membiarkan sang putra untuk belajar menerima secara perlahan.
Jay menghampiri sang papa dengan jalannya yang santai.
"Jay, papa udah mutusin ini. Nanti sore papa dan mama akan pergi untuk berbulan madu sekaligus menyelesaikan pekerjaan papa di Berlin untuk 3 bulan. Jadi kamu baik-baik bersama Jungwon dan Daniel. Tenang, papa akan mentransfer uang bulanan kalian ke rekening Jungwon." Jay terkejut atas penuturan sang papa, bagaimana bisa papanya akan mengirim uang ke rekeningnya Jungwon. Kan yang berhak itu hanya Jay.
"Tapi kenapa papa malah mengirim ke rekeningnya? bukan ke rekening Jay?" ucap Jay tak terima.
"Jungwon sudah jadi kakakmu Jay, dia yang bertanggung jawab dan berhak memegang uang. Lagipula papa tidak mau uang itu habis karena gaya hidupmu yang terlampau boros itu. Setidaknya Jungwon bisa mengatur pengeluaran dibanding kamu."
"Terserah." Ucap Jay lalu pergi meninggalkan tempat itu begitu saja karena terlampau kesal.
"Lihat Allen? Anak itu semakin sulit diatur, rasanya aku ingin sekali cepat menikahkan anak itu dengan anak pak Lee agar bisa dewasa. Bahkan bertunangan dengan Heeseung saja tidak cukup membuat anak itu sadar." Ujar tuan Park.
"Serim, bagaimanapun putramu masih berada di fase remaja menuju dewasa, masih memiliki sikap tempramen seperti itu. Jadi biarkan saja dulu dia untuk menjadi dirinya. Jangan bebani dia, cukup pertunangan itu saja yang jadi bebannya." Jelas Allen sembari mengusap pundak suaminya.
Jungwon hanya melihat dalam diam dari awal sampai akhir pun kembali mendorong ayunan adiknya.
***
Jay menatap langit-langit kamarnya yang terhias stiker bintang glow in the dark. Ia masih kesal, dia benar-benar tak ingin seperti ini. Semenjak mamanya meninggal, sang papa jadi semakin mengekangnya, bahkan malah menjodohkannya dengan anak dari rekan bisnisnya. Jay ingin menolak namun tak bisa.
Rasanya hidupnya sudah berubah 180 derajat. Dari dulu yang hidup dengan kehangatan keluarga, dan sekarang Jay merasa bahwa tak ada kehangatan lagi di rumah ini. Padahal itu hanya perasaannya saja.
Tak lama layar ponsel Jay menyala menampilkan nama seseorang yang Jay kenal. 'Koga'
Jay membuka pesan dari user Koga itu lalu membacanya dengan serius.
Koga
|Lo ikut racing mlm ini?
Dmn? Jmbr? Rwdny?|
|tempat biasa, jam 9 mlm
Rwdnya lumayan, 15 jt
Ok gw ikt|
|sip
Jay meletakkan kembali ponselnya lalu segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Malam ini ia berencana akan mencari uang tambahan untuk mengisi rekeningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURINHA [WONJAY]
ФанфикJay ingin mengatur takdirnya sendiri, tapi semesta tak mengizinkannya. Semesta malah menjebaknya bersama Jungwon, orang yang ingin ia hindari seumur hidupnya. "Pemahaman tentang semua orang bisa mengatur takdirnya sendiri itu salah." "Te amo mi amo...