XVII

1.2K 131 5
                                    

typo bertebaran mungkin? hehe

.

.


"Jungwon sini!" Jungwon menoleh kala Sunghoon memanggilnya sambil melambaikan tangan. Setelah melihat sekelilingnya, ternyata meja di kantin sudah penuh, kecuali tempat Sunghoon yang kursinya masih kosong satu. Lantas Jungwon membawa nampan makanannya menuju ke meja yang Sunghoon tempati. Saat sampai di meja itu langkahnya terhenti karena melihat seorang yang sedang ia hindari saat ini.

"Sini duduk." Sunghoon menarik Jungwon untuk duduk di sampingnya dan tepat di depan Jay. Sekali lagi, Sunghoon maupun Jake masih belum mengetahui hubungan di antara Jungwon dan Jay. Yang mereka tau kalau Jungwon dan Jay berada di satu ekskul yang sama yaitu ekskul musik.

Pandangan Jungwon dan Jay bertemu, tapi dengan cepat Jungwon memutuskan kontak mata itu, lalu fokus dengan makanannya.

"Oh iya Won, dari ekskul lo enggak ada niatan buat perwakilan nyanyi di kemping nanti?" tanya Sunghoon, namun bukannya membalas dengan suara, Jungwon malah mengedikkan bahunya acuh.

"Dih, Jay lo kan satu ekskul sama Jungwon, jadi kalian ada ren-"

"Lo nanya gue?" tanya Jay sewot.

"Yaiyalah masa gue nanya sama nasi lo." Sunghoon merotasikan matanya malas.

"Tapi gue enggak mau jawab." ujar Jay datar.

"Jay gue udah minta maaf sama lo."

"Emang gue maafin?" Jay berdiri hendak pergi dari sana, namun ia berhenti saat mulai melangkah.

"Jangan lupa rapat ekskul musik istirahat kedua nanti." Ucap Jungwon, dan setelah itu Jay mengangguk dan benar-benar pergi dari sana.

***

Jake kini sedang berjalan di sepanjang kolidor menuju perpustakaan. Niatnya ia akan meminjam buku lagi untuk belajar. Sejujurnya Jake bisa sih untuk sekedar membeli buku ke toko buku. Tapi setelah dipikir lagi itu akan sayang sekali, karena Jake membutuhkan bukunya hanya sebentar saja. Jake juga bukan orang yang suka membaca. Dirasa untuk meminjam saja lebih baik.

Namun entah kenapa jarak menuju perpustakaan, Jake rasa sangat jauh. Bahkan kakinya kini mulai bergetar, pandangannya seketika berkunang-kunang, kepalanya juga terasa berat. Dan tak lama pandangan Jake pun menjadi gelap.

Taeyong yang melihat itu dari kejauhan pun langsung saja berlari menghampiri Jake yang kini sudah tergeletak di lantai.

"Kak Jake!" panggilnya sambil menepuk nepuk pipi Jake, namun Jake sama sekali tak meresponnya. Lantas Taeyong langsung saja mengangkat tubuh Jake ala bridal lalu segera berjalan cepat menuju uks.

Sesampainya di uks, Taeyong langsung membaringkan Jake di atas brankar. Untung saja uks hari ini sedang dijaga para senior, jadi Jake bisa langsung ditangani.

"Tae..." salah satu senior memanggil Taeyong, lantas Taeyong langsung menoleh ke arah senior itu.

"Lo izin ke piket gih, Jake kayaknya harus dibawa ke rumah sakit." Ucap si senior.

"Loh kenapa? Kakak gak bisa obatin?"

"Bukan gitu Tae, kayaknya Jake kena tipus. Dia harus di opname."

"Hah?"

"Udah sana ke piket, sekalian minjem mobil sekolah."

***

Jay memasuki ruang musik itu. Dan ternyata hanya ada Jungwon di sana, sedangkan anggota lain tidak ada. Berarti dugaannya benar, Jungwon hanya ingin bicara berdua. Jay menghampiri Jungwon yang kini sedang duduk di depan piano tapi tak ada niat untuk memainkannya.

"Won?" cicit Jay agar Jungwon menyadari kedatangannya.

"Kamu punya kekurangan?" tanya Jungwon tapi dengan nada dinginnya.

"Eh itu kekurangan gue menghitung sama olahraga."

"Kekurangan sikap?"

"Gue ngelawan orang tua."

"Selain itu?"

"Hmm, gue berandal?"

"Kekurangan sendiri aja kamu gak tau, gimana bisa nilai orang lain?" Jungwon membalikkan duduknya lalu mendongak menatap pemuda yang tengah berdiri di depannya.

"M-maksud lo?"

"Aku siapa kamu?"

"Kakak.... Tiri?"

"Kakak, kamu harus bohongin aku atau jujur ke aku?"

"Jujur?"

"Berarti kekurangan kamu kejujuran." Jungwon bangkit melangkah maju mendekati Jay sedangkan Jay melangkah mundur.

"Kamu kenal Sunoo kan?—kamu bukan sekedar lewat di makam Sunoo waktu itu—kenapa kamu enggak bilang ke aku? Kenapa gak bilang kalau kamu sebenernya yang nabrak orang yang paling aku cintain? Kenapa kamu lari dan nutup kasus itu seenaknya dengan uang? kamu enggak tau gimana perasaan aku waktu itu? Jawab!" Jay terkejut karena Jungwon membentaknya dan menyudutkannya ke tembok.

"Gu-gue..."

"Jay... kalau waktu itu kamu jujur mungkin aku enggak akan semarah ini!"

"Won maafin gu-gue."

"Terlambat Jay, aku udah terlanjur marah sama kamu."

"Won gu—hmmpt."

Tak disangka Jungwon malah langsung melumat bibir Jay dengan kasar, entah dorongan dari mana, tapi Jungwon ingin melakukannya. Ciuman kedua bersama Jay.

"Jungwon jangan marah sama Jay, dia tulus dan udah minta maaf sama aku. Walau tadinya aku masih kesal, tapi setidaknya dia rutin dateng ke makam aku buat minta maaf, aku sendiri udah maafin dia. Jadi jangan marah ke dia ya."

Kata-kata Sunoo di mimpi tadi malam kini terngiang kembali di kepala Jungwon. Lantas pemuda itu melepaskan ciumannya dan menatap wajah Jay yang kini telah dibanjiri oleh air mata. Jungwon menatap wajah itu dengan sendu lalu mengusap pipi basah itu dengan lembut.

"Jujur apa susahnya sih?" ucap Jungwon. Jay makin menunduk sambil terisak.

"Maaf." Cicit Jay.

"Enggak tau kenapa, aku enggak bisa marah lama-lama sama kamu. Aku ngerasa kalau kamu itu fugurinha aku, jadi kalau tanpa kamu, album hati aku kerasa hambar."

FIGURINHA [WONJAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang