"Oke, kalau lo kalah, lo harus traktir gue makan selama akhir bulan ini."
"Kalau lo yang kalah, lo harus janji comblangin gue sama kak Jake."
"Oke deal!"
"Deal!"
"Taeyong! Taki! Keluar dari kelas saya!" Taeyong dan Taki yang sedaritadi berdebat dengan wajah tidak bersalah merekapun segera menuju keluar kelas karena perintah mutlak dari gurunya. Sebenarnya yang Taki dan Taeyong perdebatkan tadi itu adalah tentang siapa yang akan menjadi pemenang dalam racing minggu ini.
Mereka memutuskan untuk melakukan taruhan. Siapapun yang kalah akan menuruti permintaan yang menang.
"Yang pasti kak Jay menang lagi, diakan juara bertahan." Ucap Taeyong bangga, sebenarnya Taeyong memang kenal Jay, bahkan mengidolakannya sebagai pembalap terkeren. Hanya saja Jay menyuruh Taeyong untuk tutup mulut jika berada di luar arena balap. Karena kalau hal itu terdengar oleh warga sekolah bahkan papanya, dia bisa benar-benar tamat.
"Gue sih tetep ya, kak Koga pasti." ujar Taki tak mau kalah.
"Sotoy lo kalau kak Koga bakal ngikut. Dia biasa juga jadi wasit." ledek Taeyong.
"Tapi kali ini dia ikut goblok, dia baru aja selesai perbaikin aventadornya. Beuh, gak sabar liat kak Koga balik ke arena lagi. Sebelum Jay yang jadi juara bertahan kan kak Koga, jangan remehin legenda dong." ucap Taki sombong padahal bukan dia yang bakal ngebalap.
"Iya iya serah pokoknya gue dukung kak Jay." Ucap Taeyong mutlak.
"Eh kalian berdua kok di luar kelas?" Taeyong dan Taki serentak menoleh melihat ke arah orang yang baru saja berbicara.
"Oh elo Jake, hehe tadi kita ngobrol di kelas, jadi di keluarin." Jawab Taki santai.
Jake hanya ber'oh ria.
"Lo mau ke mana?" Tanya Taki lagi karena melihat Jake yang banyak membawa buku.
"Oh ini gue disuruh guru ngembaliin buku ke perpus." Jawab Jake.
"Kak Jake sini biar Taeyong bantu bawain, kasian kak Jake pasti cape." Ujar Taeyong yang langsung mengambil alih buku yang dipegang Jake. Sedangkan Taki yang melihat itu benar-benar berasa ingin mual akibat aksi modus Taeyong.
"Hoek...hoek..." Taeyong mendengar suara Taki mualpun langsung mendelik.
"Taki lo enggakpapa?" Tanya Jake.
"Gak usah ditanggapin kak, palingan dia sok mual gegara jadi nyamuk." Cibir Taeyong.
"Hoek..hoek..." sial, Taki memang benar-benar merasa mual. Lantas pemuda itupun langsung berlari menuju kamar mandi.
***
Jungwon menatap kembali soulmate marknya, warnanya makin hari makin pekat. Lagi setiap pagi ia mengecap susu strawberry yang biasa ia buatkan untuk Daniel dan Jay. Tapi Jungwon menepis pikirannya jauh-jauh kalau di antara Daniel atau Jay adalah soulmatenya. Mungkin ada juga yang setiap pagi meminum susu strawberry selain adik kandung dan adik tirinya.
Sekarang Jungwon sedang menunggu Taki untuk menemuinya sesuai permintaannya pagi tadi. Tapi sampai sekarang anak itu belum datang juga, padahal Jungwon sudah memberitahukan untuk menemuinya di ruang musik.
Dan tak lama terdengar bunyi pintu yang terbuka. Itu adalah Taki. Pemuda berpipi berisi itu langsung saja datang menghampiri Jungwon.
"Lo Taki kan?" Tanya Jungwon memastikan lagi. Dan Taki pun mengangguk.
"Lo kerja jadi pelayan di bar Hybe?" Taki kembali mengangguk.
"Lo udah setahun setengah kerja di sana?" Taki mengagguk lagi.
"Lo inget waktu 3 bulan lalu tepatnya hari sabtu, minggu kedua lo ngapain aja di bar?" tanya Jungwon lagi.
"Ya kayak biasa, nganterin minuman ke pelanggan." Jawab Taki kini dengan menggunakan suara.
"Kayaknya enggak hanya itu deh." Jungwon langsung memberikan laptopnya yang kini tengah terputar rekaman cctv serta rekaman kamera tersembunyi di lorong dan salah satu kamar. Taki membulatkan matanya terkejut. Pasalnya yang ia ingat saat itu, ia hanya tertidur di kamar mandi staff.
"Lo udah making love sama Niki dan sekarang Niki lagi hamil anak lo." Ucap Jungwon.
"J-jadi apa yang harus gue lakuin?"
"Soulmate mark lo sama kayak punya Niki. Selain kalian soulmate, lo harus tanggung jawab. Karena anak yang dikandung Niki itu anak lo, bukan anak Sunghoon." Jelas Jungwon.
"Gue tau lo belum kenal sama Niki dan keluarganya. Jadi kalau lo mau ngaku dan bertanggung jawab, Sunghoon bakal bantu lo." Ucap Jungwon lagi.
Taki tampak berpikir sejenak sambil meremat ujung almamaternya. Jungwon yang melihat itu malah mengganggap Taki seperti anak kecil yang ketahuan mencuri. Lucu sekali, apa yang seperti ini adalah calon ayah? Lagi Jungwon kurang yakin kalau Taki ini seumuran dengannya yaitu 18 tahun.
"Oke gue bakal tanggung jawab. akhir bulan nanti, gue bakal nelpon orang tua gue buat datang ke sini, Lo tenang aja." Ucap Taki. Karena Taki adalah orang yang tak akan lari dari masalah. Setidaknya itulah yang diajarkan almarhum kakeknya sebagai anak tertua.
"Bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURINHA [WONJAY]
FanfictionJay ingin mengatur takdirnya sendiri, tapi semesta tak mengizinkannya. Semesta malah menjebaknya bersama Jungwon, orang yang ingin ia hindari seumur hidupnya. "Pemahaman tentang semua orang bisa mengatur takdirnya sendiri itu salah." "Te amo mi amo...