Terik mentari musim panas mulai menyambut hari dengan cerah, suasana desa Konoha tampak tenteram dan teratur,para genin tengah berlatih bersama guru mereka untuk persiapan ujian chunnin mendatang.
Beberapa bulan selepas misi yang ditugaskan Tsunade kepada tim Shikamaru, mereka akhirnya kembali dengan tangan kosong alias belum berhasil menjemput Sasuke. Ada sedikit penyesalan yang Naruto rasakan dalam hatinya, semua itu karena ia belum menjadi ninja yang kuat untuk menjemput sahabatnya kembali. Ia merasa belum berguna bagi desa dan teman-temannya hingga akhirnya ia mantapkan hati dan tenaganya untuk membuat dirinya menjadi lebih kuat dengan terus berlatih setiap hari tanpa lelah, bahkan ia meminta guru Jiraiya yang merupakan guru dari ayahnya Namikaze Minato untuk turut serta melatihnya selain Kakashi.
Hari itu, Sakura berlari menuju tempat pelatihannya bersama tim 7, disana terlihat guru Kakashi tengah melakukan pelatihan bersama Naruto, si kuning itu rupanya sudah datang lebih awal, tidak seperti biasanya. Melihat perkembangan Naruto membuat Sakura semakin bersemangat untuk terus menjadi lebih kuat.
Bocah lelaki berkumis itu menatap rekan sekaligus gadis pujaannya dengan penuh kegembiraan "Sakura chan..." teriak Naruto.
Sakura terlihat lebih serius dibanding dulu, hari ini adalah hari pertamanya kembali melatih kemampuan fisik setelah kepergian Sasuke, gadis itu tampak bersemangat menggerakkan tubuhnya.
"Aku harus menjadi lebih KUAT...Shannnnarooooo" teriaknya seraya mengayunkan tinju ke sebuah pohon yang membuat pohon itu tumbang seketika.
Naruto dan Kakashi kompak melotot, "kemampuan fisik Sakura meningkat tajam, ini luar biasa" ucap Kakashi."Sssssakura chaaaannn...." gumam Naruto hampir tak percaya.
Merasa tak cukup dengan hanya berlatih dari satu guru, Sakura nekat menyambangi Tsunade dan memintanya untuk menjadi gurunya.
Tentu saja tak semudah itu Tsunade menerimanya, ia ingin menguji sejauh apa Sakura ingin berguru padanya mengingat menjadi muridnya bukanlah perkara mudah, ia harus siap dibanting dan ditinju sepanjang latihan, bisa jadi muridnya akan patah tulang."Tsunade sama, jadikan aku muridmu. Aku ingin menjadi lebih kuat"
Nampaknya tekad bulat Sakura untuk menjadi lebih kuat membuat Tsunade percaya padanya hingga akhirnya ia menerima Sakura menjadi muridnya.
Tubuh mungil Sakura dipaksa untuk terus berlatih fisik, Tsunade tahu bahwa murid kecilnya itu memiliki kemampuan mengendalikan cakra yang baik. Ia mengajari jutsu medis padanya.
"Sakura...., coba kau hidupkan ikan itu" pinta Tsunade.
Sakura segera menyalurkan cakranya ke tubuh ikan dengan penuh kehati-hatian, seluruh konsentrasinya tertuju pada proses penyembuhan, butuh waktu beberapa saat untuknya bisa membuat ikan mati itu bergerak kembali.
Hari demi hari terus Sakura lakukan untuk mematenkan jutsu medisnya dengan mencoba menghidupkan sejumlah ikan pada malam itu meskipun ada beberapa yang gagal, tapi sebagian besar ia berhasil melakukannya. Senyum sumeringah ia pancarkan dari wajah cantiknya, "aku berhasil, yah akan aku patenkan untuk menjadi ninja medis, aku akan menekuni ini" ungkapnya bahagia.
Di balik pepohonan sebelah semak-semak hijau tak jauh dari tempat Sakura latihan, sepasang mata Sharingan tengah mengawasinya sedari awal, namun secepat kilat langsung menghilang tatkala ada dua orang jounin memergokinya.
"Aku curiga bahwa desa kita terus diawasi oleh beberapa musuh, ini berbahaya, kita harus segera melapor pada hokage" ucap salah satu dari mereka.
Desa Konoha meningkatkan keamanan penuh pada seluruh titik jalan, Tsunade bahkan menunjuk beberapa jounin untuk menjaga di luar desa selepas menerima laporan tentang adanya penyusup.
Sakura kembali ke rumahnya hampir larut malam, tubuhnya terasa sedikit merinding seperti merasakan sesuatu tengah mengikutinya, ia menoleh ke belakang namun tak melihat siapapun. Kemudian gadis merah muda itu kembali melanjutkan langkahnya, betapa terkejutnya ia ketika wajahnya kembali menghadap ke depan.
"Shannnaroooooo..., Naruto baka...." teriak Sakura kesal seraya melayangkan tinjunya tepat di pipi sahabatnya itu.
"Aaawwhhhhhss Sakura chan, kenapa kau memukulku...." protes Naruto.
"Kau sudah mengagetkanku, tiba-tiba datang seperti hantu" jawab Sakura.
Naruto terdiam sejenak sambil menunduk kemudian ia menarik nafasnya sebelum melontarkan sebuah kalimat, "ohhh aku hanya ingin memastikan bahwa kau selamat sampai rumah, tidak baik seorang perempuan berjalan sendirian saat sudah larut malam" katanya.
Sakura sedikit menundukkan kepalanya, "aaahhh, aku habis berlatih jutsu medis, aku sudah memantapkan hati untuk menjadi seorang ninja medis, ku harap aku bisa membantumu melakukan berbagai misi dan juga membantu......Sasuke kun" ungkapnya sedikit menggigit bibir bawahnya ketika ia mengingat bocah lelaki Uchiha itu.
Naruto meliriknya, "ah aku mengerti, kau pasti menderita terus memikirkannya, maafkan aku karena belum bisa membawanya pulang, tapi aku sudah berjanji padamu suatu saat aku pasti berhasil membawanya kembali, aku hanya perlu menjadi lebih kuat untuk mengejarnya" ujarnya.
Sakura melirik teman kuningnya itu, ia melihat kesungguhan hati di pancaran wajah Naruto, "aku percaya kita bisa menjadi lebih kuat bersama, kita akan menyelamatkan teman kita dari cengkeraman Orochimaru, suatu saat nanti" katanya.
Mendengar ucapan Sakura, Naruto merasa lebih lega karena nampaknya kini gadis bersurai merah muda itu mulai memiliki semangat hidup untuk terus maju, meskipun belum seceria dulu selepas kepergian Sasuke.
Apapun akan ia lakukan untuk melihat kebahagiaan gadis yang sangat ia cintai, karena itu ia selalu memegang janjinya pada Sakura.Sesuatu seperti sedang mengawasi mereka, sontak saja Naruto bergegas mengambil ancang-ancang untuk melindungi Sakura, ia tetap bersiaga jika ada hal yang membahayakan mereka hingga akhirnya mereka tiba di rumah Sakura.
"Sakura chan, selamat malam, beristirahatlah agar tubuhmu kembali bugar esok hari" ucap Naruto.
"Terima kasih, Naruto, kau juga hati-hati dan beristirahatlah di rumahmu" balas Sakura.
"Tenang saja, aku pasti akan melakukannya dattebayo" jawab Naruto sambil melambaikan tangannya sebelum meninggalkan rumah Sakura. "Aku akan melakukan apapun untukmu, Sakura chan" katanya.
Hutan lebat nampak rimbun dengan tiupan angin sepoy, Sasuke terlihat duduk di salah satu pohon besar selepas latihan, lelaki berambut raven itu seperti tengah memikirkan sesuatu, wajahnya masam dan matanya penuh kebencian.
"Melihat caramu sepertinya kau bersungguh-sungguh ingin segera menghabisi nyawa kakakmu" ujar Orochimaru, "yah aku mengerti, rasa dendammu terhadapnya memang masuk akal" lanjutnya.
Sasuke masih terdiam, tangannya mengepal penuh amarah, bahkan segel kutukannya tampak berpendar seperti hendak menyebar, namun ia tahan karena cakranya belum pulih selepas berlatih.
"Ohhhh yah, sepertinya kekasihmu mulai dekat dengan si bocah kuning, mereka sangat akrab" goda Orochimaru sembari melemparkan seringaian khasnya.
Sasuke melirik, wajahnya dingin memandang kosong wajah Orochimaru, jantungnya berdegup kencang, ia berusaha mengatur nafasnya agar tenang, "aku tidak peduli" katanya.
Orochimaru terkekeh memandang wajah kesal muridnya itu, "belum lagi nampaknya si kuning mulai menjadi lebih kuat menguasai jutsu-jutsu" ia menambahkan.
Sasuke mengunci giginya, ia mengepalkan kedua tangannya sangat erat, wajah dinginnya tampak tersulut, "usuratonkachi.....Naruto" gumamnya seraya melemparkan sebuah suriken ke sebuah dahan pohon hingga patah, "dia tidak akan menjadi lebih kuat dariku" pungkasnya.
To be continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Light of Uchiha
Fanfiction(Sasusaku) Rasa dendam yang menggebu - gebu dalam hati dan fikiran Sasuke terhadap kakak kandungnya Itachi telah memaksanya untuk segera pergi meninggalkan Konoha demi menimba kekuatan dari Orochimaru sebagai bekal untuk membunuh satu - satunya kelu...