Kado Ulang Tahun

1.3K 86 2
                                    

Suara nyanyian burung-burung kecil khas pagi hari terdengar menyejukkan telinga, sementara cahaya mentari yang menyelinap masuk lewat lubang-lubang kecil di atas jendela mengerjapkan kelopak mata kunoichi merah muda yang tengah terbaring bersama kekasihnya. Ia membuka kedua matanya kemudian menoleh wajah lelaki yang masih tertidur di dadanya, tangan mungilnya mengusap kepala berambut raven itu kemudian menggesernya ke sebuh bantal yang berada di sampingnya.

Sakura terbangun, kepalanya masih berasa pusing, tubuhnya pegal-pegal. Ia ambil sehelai dres tipis putih menerawang untuk menutupi tubuh polosnya yang mulus, kedua kakinya ia langkahkan ke arah jendela kemudian membukanya, tampak bunga-bunga segar seperti menari-nari bersama embun pagi yang sejuk.

Sebuah cermin berdiri pada sudut ruangan dekat dengan jendela, Sakura menghampirinya, ia pandangi tubuh seksinya yang berbalut dres tipis tanpa dalaman kemudian kedua tangannya ia letakkan di atas perutnya, "shannaroooo....aku bakal segera menjadi ibu" Sakura menjerit tertahan.

Pandangannya sedikit kabur, wajahnya pucat dengan kepala yang terasa berputar hingga mual-mual. Sakura berlari ke kamar mandi lalu memuntahkan segala isi lambungnya.

"Sakura" suara parau Sasuke yang terdengar seksi sontak saja mengagetkannya, lelaki itu tampak berlari menghampirinya.

Sakura menoleh, "Sasuke kun sudah bangun?, huweeekkkkk" Katanya sembari kembali muntah-muntah.

"Sakura, kau sedang sakit?" Ujar Sasuke sembari memijat tengkuk kekasihnya.

Tubuhnya terasa terhuyung dengan pandangan memburam hingga lama kelamaan semakin berkunang-kunang kemudian menggelap, Sakura terjatuh dalam pangkuan Sasuke yang dengan sigap segera menggendongnya ke tempat tidur lalu membaringkannya di sana.

Dengan kondisi setengah sadar, samar-samar dapat Sakura lihat wajah penuh khawatir Sasuke yang sedang mengelus wajahnya.

"Sasuke kun..." gumam Sakura pelan.

"Biar ku panggilkan tabib terbaik di sini" ucap Sasuke.

"Tidak usah, aku bisa mengobati diri sendiri" jawab Sakura sembari meletakkan tangannya di atas perut mengalirkan cakra ke tubuhnya.

"Tapi wajahmu pucat sekali dan tubuhmu sangat lemas, apa yang menyebabkan dirimu sakit separah ini?" Ucap pria bermata onyx itu.

Merasa kondisinya sudah mulai membaik selepas mengalirkan cakra, Sakura melepaskan senyuman manisnya ke arah Sasuke, pandangannya mulai normal lalu ia menarik tangan kekasihnya kemudian diletakkan di atas perutnya.

Sakura menarik nafas, "Aku hamil" katanya.

Bagai petir di siang bolong, sontak saja Sasuke terkejut bukan main, betapa tidak, ia yang sejak awal keberangkatan sudah curiga dengan kondisi Sakura malah membiarkannya ikut bersama dirinya melewati berbagai bahaya dalam keadaan hamil?, anaknya?.

"Sakura, sejak kapan kau...?" Sasuke bertanya sembari meremas lengan Sakura dengan lembut.

"Sejak sebelum kita meninggalkan Konoha, ini adalah hasil buah cinta yang kita lakukan ketika kau masih di dalam penjara" jawab Sakura. "Sasuke kun, maaf aku tak memberitahumu lebih awal, aku takut kau tak mengijinkanku ikut, sedangkan aku sendiri tidak ingin ditinggal dalam keadaan sedang mengandung" katanya.

Sasuke menghela nafas, ia sadari betul memang jika Sakura memberitahunya sejak awal, ia tak akan pernah mengijinkannya ikut, namun sepertinya iapun takan sanggup meninggalkan Sakura dalam keadaan hamil meskipun ia yakin akan banyak orang yang menjaganya di Konoha sedangkan dia sendiri harus segera pergi berkelana, ia yakin pikirannya tidak akan tenang karena jauh darinya yang sudah pasti sangat membutuhkan kehadirannya.

The Light of UchihaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang