25 | Couple Intuitive

691 102 7
                                    

H A I !👋

─ H A P P Y R E A D I N G ─

⚝⚝⚝

INI BUAT KAMU YANG SECARA SUKARELA MAU VOTE DAN KOMENT!💐

***

Baru di tinggalkan sang suami beberapa jam, Khairiah sudah rindu bukan kepalang. Biasanya juga tidak begini, "Apa ini keinginan anak kami?" Mengingat itu, senyum Khairiah merekah sempurna.

Betapa bahagianya dia saat dapat kabar jika tengah mengandung buah hati mereka saat ini, buah cintanya bersama Ayah Gama. Juga buah dari kesabarannya selama ini. Ya, kalian benar, jika berpikir bahwa Khairiah tidak mengetahui mengenai keberadaan Buna Anara juga Kaizer sebagai istri dan anak lain Ayah Gama.

Yang Khairiah tahu, Ayah Gama adalah seorang nahkoda yang sangat mencintainya. Khairiah tak menekan agar Ayah Gama sering pulang ke rumah mereka, karena yang Khairiah tahu, Ayah Gama adalah seorang nahkoda yang memang kerjanya di laut dan jarang pulang. Padahal itu semua hanyalah alibi.

Ayah Gama bisa tidak pulang selama berbulan-bulan dengan alasan pekerjaan, padahal nyatanya, dia pulang ke rumah Buna Anara. Menghabiskan waktu dengan anak tunggal kesayangannya sekalipun mereka selalu bertengkar saat bertemu muka juga bermanja ria dengan istri yang sangat di cintainya.

Ya! Jelas, Ayah Gama mencintai Buna Anara jika tidak, sudah dari lama Ayah Gama menceraikan Buna Anara lalu memilih bersama Khairiah saja yang jelas, tidak akan ada orang kedua jika cintanya pada orang pertama masih utuh. Terbukti, saat ini, Ayah Gama turun dari atas ranjang, memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri, meninggalkan Buna yang tengah terlelap tidur.

Pertempuran keduanya membuat tenaga Buna Anara terkuras habis, ya sekalipun Kaizer menentang dan berusaha keras menghindari adanya persetubuhan antara Buna dan Ayahnya, hal demikian akan tetap terjadi karena termasuk dalam alur kehidupan. Tapi setidaknya, Ayah Gama juga Buna bermain aman, mereka tak mau mengecewakan Kaizer.

Buna adalah wanita subur yang jelas masih bisa mengandung, tapi tahu bahwa kesayangannya enggan memiliki seorang Adik, Buna Anara dan Ayah Gama sepakat untuk tidak bertindak ceroboh. Karena mau bagaimana pun, mereka adalah sepasang suami istri, kebutuhan biologis adalah hal biasa untuk pasangan halal.

Berbeda dengan Kaizer juga Xia Mei yang masih nyenyak tidur dengan posisi Xia Mei di atas tubuh Kaizer, keduanya terlihat seperti tidak tidur hampir berbulan-bulan saking pulasnya tertidur, padahal, mereka hanya lelah saling memandang tanpa adanya rasa bosan.

Tak lama, Kaizer terbangun lebih dahulu. Cowok itu mengeratkan lilitan tangannya pada pinggang Xia Mei, bergeser ke samping hingga dapat memeluk Xia Mei seperti memeluk guling. "Pagi," suaranya yang serak mengangguk ketenangan bulu kuduk Xia Mei.

Gadis mungil itu baru saja terbangun tapi harus mendengar suara serak juga berat Kaizer yang menggetarkan jiwa. "Gege,"

Kaizer berdehem tanpa melepas pelukannya, ini adalah pelukan ternyaman kedua setelah Bunanya. Kaizer tak pernah memeluk lawan jenis selama ini kecuali Buna yang jelas Ibunya dan juga Xia Mei yang termasuk orang asing untuknya. Pertemuan orang asing yang diawali kejadian mengagumkan.

***

Terlepas dari genggaman Kaizer, Xia Mei tampak kembali riang bersama kedua orang tuanya yang masih kebingungan, kemana hilangnya Xia Mei? Apalagi, gadis mungil itu hanya berkata ala kadarnya, "Xia seru sekali bermain jadi lupa sedikit untuk pulang, hehe."

Siasat tentu sudah di atur oleh Kaizer agar Xia Mei berkata demikian, tujuannya untuk mengurangi kebencian kedua orang tua Xia Mei pada dirinya. Saat ini, sambil menunggu orang tuanya membeli beberapa makanan, Xia Mei duduk di sebuah kursi panjang. Mengayunkan kakinya yang terjulur ke bawah tidak sampai menyentuh tanah.

Sesaat kedua matanya mengerjab, menatap pemandangan menyilaukan mata yang sangat sulit untuk di alihkan dari prioritas. Xia Mei pun loncat dari duduknya, berjalan cepat menghampiri seseorang yang berpakaian sederhana namun tampak berkilauan bak bintang di tengah kegelapan. Dia tidak tertelan kegelapan, malah semakin menunjukkan sisi dominan.

"Hai!!"

Xia Mei menyengir lucu, membuat gadis yang di temuinya menunduk memandang Xia Mei yang lebih pendek dari dirinya. "Siapa nama, kamu?"

Gadis itu tersenyum tipis, "Suri and you can call me Sui."

Kepalanya bergerak keatas ke bawah beberapa kali, "Oh, hai Sui! Ini Xia Mei, kalau Sui, Sui apa namanya?"

Jiwanya yang memiliki tingkat penasaran kelewat tinggi seperti menara Burj Khalifa itu terus bertanya serentetan kalimat yang agak pribadi, "Suri Asa Holstein."

Matanya berbinar, "Woah! Namanya sangat bagus sekali! Apakah Sui bisa berbahasa seperti bahasa Xia? Xia malas berbahasa seperti Sui," Balasnya dengan bibir mencebik lucu.

Suri, gadis berambut panjang dengan warna perak berkilau itu mengangguk pelan. "Bisa, kamu di sini sendiri?"

Dengan antusias, Xia Mei mengangguk lalu menarik tangan Suri untuk duduk di kursi yang tadi dia tempati. "Tidak, Xia sama Eomma dan Appa tapi mereka sedang membeli makanan keinginan Xia! Kalau Sui? Sendirian kah?"

Dari kali pertama melihat saja, Suri sudah tahu, bahwa Xia Mei memiliki sifat polos yang mudah di manipulasi orang lain. Beruntung Xia Mei bertemu dengan Suri, "Tidak juga. Aku sama Kakak, dia sedang dalam perjalanan ke sini."

"Sui sangat cantik, seperti lukisan!"

Benar, Suri Asa Holstein sangatlah rupawan dengan bentuk wajah yang mendekati sempurna atau terbilang sempurna untuk manusia awam. Hidungnya tinggi, rahangnya tirus, bibirnya pun memerah dengan alami, jangan lupakan bentuk tubuh yang bak gitar spanyol juga warna rambut yang indah. Serta jangan lupakan manik matanya yang mencolok dengan warna cokelat madu.

Tak lama keduanya berbincang, seorang pria berperawakan tegap dengan wajah tak manusiawi mendiamkan Xia Mei yang kini mengerjab beberapa kali. "My honey, sorry to keep you waiting and let's go now,"

"Xia, dia Kakak ku."

"Apakah kalian keturunan Dewa dan Dewi? Mengapa kalian sangat cantik dan tampan?"

Pria itu, seperti Dewa mitologi Yunani yang baru keluar dari dalam lukisan, dia sangat tampan rupawan hingga mengacaukan atensi Xia Mei. Di bandingkan Kaizer, pria itu memang jauh lebih tampan. "Kau belum pernah bertemu Yuan, jika kau melihatnya, kau pasti akan mimisan."

Suri berdiri dari duduknya, usai berkata, dia pun pamit pergi bersama sang Kakak. "Yuan? Siapa itu Yuan?"

Sayangnya, tak sembarangan orang bisa melihat ketampanan seorang Yuan yang Suri sebutkan. Dia terlalu misterius hanya untuk membiarkan ketampanannya di nikmati wanita lain.

***

Next gaaa?

Jujur, bulan puasa gini, aku malas sekali buat ngetik wattpad. Takut tergoda baca sesuatu yang ekhem😭😭

So! Semoga sukaaa!! Maaf kalau cuma sedikit karena buat nulis satu bab ini pun, butuh banyak perjuangan untuk mengumpulkan mood, mwhehe

SAMPAI JUMPA DI NEXT CHAPTER!!!

PAPAY!

Couple Intuitive [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang