08 | Cute Girl Dua

881 129 3
                                    

H A I !👋

─ H A P P Y R E A D I N G ─

⚝⚝⚝

INI BUAT KAMU YANG SECARA SUKARELA MAU VOTE DAN KOMENT!💐

***

"BUNAAAA! DIMANA KAOS KAKI ADEKK?!"

Di dapur, Buna Anara mengelus dadanya sabar. "Jangan teriak, Adek! Kaos kakinya ada diatas kasur!"

Kaizer datang dengan tampang tanpa rasa bersalah, dia menyegir lebar. "Hehe, udah ketemu."

Melihat hal itu, Buna Anara hanya bisa menggeleng pelan. Dia pun memakaikan dasi yang masih diselipkan disaku celana Putra tampan nya itu, "Buna. Adek mau sarapan disekolah aja, jadi makanan nya buat bekal aja."

"Yaudah kalo gitu, sana ambil tasnya, biar Buna siapin dulu bekal buat kesekolah."

Kaizer mengangguk, dia pun kembali naik kelantai atas, mengambil tas yang hanya diisi satu buku, hoodie hitam, masker hitam, dan juga topi yang dia masukan kedalam tasnya. Setelah itu, Kaizer melangkah menuruni anak tangga. Mengambil bekal yang sudah disiapkan Buna nya.

"Buna, Adek berangkat ya!"

Kaizer mengecup kedua pipi Bunanya, dibalas demikian pula. Kaizer melambai, "Bye Buna!"

"Bye, sayang! Take care!"

Satu langkah keluar pintu rumah, raut wajah Kaizer berubah datar seketika. Cowok yang tadinya begitu humoris berubah menjadi sedatar tripleks dengan sorot setajam bilah pedang. Satu sudut bibirnya terangkat, dia menyeringai penuh makna.

Mengendarai motor sport hitamnya, Kaizer terus menatap lurus dengan pandangan yang kian menajam juga mendingin. Sebelum tiba diarea sekolah, Kaizer menyempatkan untuk memakai hoodienya, masker, dan juga topi. Barulah dia memasuki area sekolah yang senyap itu.

Tak ada lagi suara bising siswa-siswi yang takut datang terlambat, karena sekolah ini, memang telah tak berpenghuni. Sunyi bak bangunan kosong terbelengkalai. Kaizer terkekeh pelan, setelah kejadian mengerikan yang raga ini alami, sekolah ini resmi ditutup dengan tidak hormat.

Konspirasi masih belum terpecahkan, mengapa Buna nya tidak mencurigai tentang sekolah ini yang ditutup tiba-tiba? Apalagi, dirinya pernah masuk rumah sakit yang berarti, tak pulang ke rumah untuk beberapa waktu. Mengapa Buna nya masih bisa setenang itu? Apa yang sebenarnya terjadi?

Apakah ini semua masih ada sangkut pautnya dengan Ayah biologis nya itu? Kaizer menaikan satu alisnya, dia melangkah menuju lapangan. Menatap bercak sisa darah yang masih ada dilapangan itu, darah dari raga ini yang mungkin terlewatkan saat sedang dibersihkan.

SMA Persaptius 1 adalah sekolah berbasis swasta yang telah dikenal hingga kemanca negara, memiliki SMA Persaptius 2 sebagai saingan yang sebenarnya, dua sekolah itu, dimiliki oleh satu orang yang sama. Namun para siswa-siswi didalamnya lah yang membuat rumor persaingan itu terjadi kian membara.

Sekolah ini, adalah yang kedua, SMA Persaptius Dua yang resmi ditutup tanpa alasan jelas. Kaizer mengulirkan pandangannya kesetiap sudut, sayang sekali, sekolah sebesar ini ditutup tanpa diberi tahu apa alasan jelasnya. Membuat sebagian muridnya dipindahkan ke SMARSA, SMA Persaptius 1 yang Kaizer yakin, jiwa persaingan diantara dua pihak itu masih pekat.

Kaki jenjang nya menelusuri setiap lorong yang berdebu, terlihat sekali, jika gedung yang lamanya begitu dirawat, kini dibiarkan rusak sendiri. "Buna adalah seseorang yang berpengaruh di Negara ini, enggak mungkin kalau Buna Enggak tahu tentang kasus Leon."

Sebagai perancang busana dunia dengan puluhan anak cabang perusahaan, sangat tidak masuk akal jika Buna Anara tidak tahu tentang kasus yang diterima anak semata-wayangnya. "Si Gama malah enggak mungkin, dia enggak punya koneksi sekuat Buna di Negara ini."

"Apa─"

Tepukan dibahu nya, membuat Kaizer menoleh. "Nak, kenapa bisa ada disini?"

Kaizer tersentak kaget, dia tersenyum kikuk dibalik maskernya, menatap seorang wanita tua yang tersenyum teduh kearahnya. "Ah, tidak ada, Nek."

Nenek itu tersenyum, "Apa kamu tidak takut? Semua orang selalu ketakutan saat datang atau hanya sekedar lewat didepan sekolah ini."

Kening Kaizer berkerut, "Takut?"

"Benar, mereka semua menganggap, jika sekolah ini angker."

Ya... Tidak salah juga, karena kasus Leon pasti telah menyebarkan banyak rumor tak benar. Kaizer pun mengangguk, dia pamit pergi karena harus pergi ke sekolah. Iya, sekolah! Kaizer juga masih dilanda kebingungan, mengapa Buna nya begitu tenang? Seakan Kaizer memang sekolah di SMARSA, jadi tak ada hal yang perlu dipertanyakan.

Padahalkan, Leon itu sekolahnya di SMARDU bukan SMARSA.

Ck! Niat ingin bersenang-senang, Kaizer malah dibuat bingung tujuh keliling, sudah bukan lagi pusing.

***

Derum knalpot motor terdengar bersahutan, menyambut pekik senang penuh kegembiraan bagi para siswi yang cepat-cepat merapikan penampilan mereka. Berusaha keras tampil cantik didepannya para cowok tampan itu. Termasuk Kaizer yang kebetulan datang bersamaan dengan empat motor sport itu.

Keempat pengendara motor itu, melepas helm mereka seperti disertai gerakan slow-motion yang semakin menciptakan teriakan membahana. Kaizer tak perduli, dia pun turut melepas helm nya, yang malah disambut keheningan sejenak. Kaizer tak perduli, dia menyugar rambutnya─

"KYAKKKKKKK!!!!! AAAAAAAA!!!"

Teriakan jauh lebih membahana, membuat Kaizer menggertakkan giginya. Dia tak suka kebisingan dari mulut para perempuan itu! Dia pun turun, melangkah cepat meninggalkan motornya yang bahkan kuncinya, belum sempat dia cabut.

Melihat kunci motor Kaizer, salah seorang cowok diantara empat motor tadi, merampas kunci motor milik Kaizer, berlari mengejar langkah cepat Kaizer. "Bro, sekolah kita punya banyak kriminalitas. Hati-hati aja, takutnya motor mahal lo berubah jadi semangkuk seblak!"

Satu alis Kaizer terangkat, "Thanks."

"Yoi!"

Selepas kepergian Kaizer, cowok itu kembali kebelakang dimana teman-temannya berada. "Don, gimana kabar SMARDU? Apa udah enggak ada harapan buat dikembangkan lagi?"

Orang terkait yang di ajak bicara hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh, "Enggak penting juga."

"Idih si anjir!"

Sementara itu, Kaizer duduk diam dikursi taman belakang gedung SMARSA ini. Cowok tampan itu menatap lurus kedepan, ada banyak misteri tentang kehidupan Leon yang belum terpecahkan. Latar belakang cowok itu, terlalu rumit untuk dijabarkan, membuat Kaizer, ingin kembali ke surga saja rasanya.

Kaizer terlalu larut melamun, mengabaikan dengung bel yang menandakan dimulainya belajar mengajar. Sampai kedatangan seseorang, membuat Kaizer mendongak. "Budek lo, hah?! Ini udah bel! Cepet masuk ke kelas atau lo mau gue hukum?!"

Jane Andromeda, Kaizer terpaku menatap name tag yang ada di almamater gadis berambut panjang itu. Tokoh perempuan utama dalam hidup Leon telah muncul, gue harus apa?!

Kaizer meneguk kasar salivanya yang malah disalah artikan oleh Jane. Gadis itu mendengus sebal, dia menatap nyalang pada Kaizer yang masih terpaku pada name tag nya. "Mesum lo!"

Sontak, Kaizer menggeleng pelan, Jane memang tokoh utama dalam kisah Leon, tapi bukan dikisahnya. Untuk apa Kaizer cape berpikir? Jane bukanlah urusan nya, dia adalah urusan Leon. Ingat, Leon!

Yang dimana, Kaizer dan Leon adalah dua jiwa yang berbeda. Tentu, keduanya tak akan pernah sama, entah dalam bentuk nasib, percintaan, ataupun kematian.

***

Couple Intuitive [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang