Part 15 - Hilang

302 25 15
                                    

Tidak terasa sudah 5 bulan mereka tinggal bersama. Begitu banyak perilaku manis dari Sehun terhadap Junmyeon, namun hubungan mereka terbilang cukup stuck. Dibilang mereka musuhan tidak, tapi dibilang dekat juga tidak. Lebih tepatnya Junmyeon yang selalu memberi batasan terhadap hubungan mereka. Sehun paham akan hal itu. Ia tahu perasaan Junmyeon terhadapnya sudah tidak sama lagi. Salahkan dirinya sendiri yang terlalu bodoh dalam berhubungan dengan orang lain, sampai-sampai sahabatnya sendiri meninggalkannya. Dia sadar selama ini he's taken Junmyeon for granted.

Dengan masa internnya yang sudah mau habis, Sehun hanya terus berusaha menjadi roomate yang baik untuk Junmyeon. Disisa waktunya di LA ini dia hanya ingin mengambil banyak kenangan-kenangan indah bersama Junmyeon, sebelum ia kembali ke Seoul dan berharap yang terbaik untuk Junmyeon dari kejauhan. Ia sudah cukup puas dengan apa yang dia dapat selama 5 bulan ini. Bisa melihat Junmyeon setiap hari sudah cukup mengobati kerinduannya. Apa yang Sehun lakukan untuk Junmyeon selama 5 bulan ini, tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan perhatian Junmyeon bertahun-tahun lalu. Sehun bersyukur pada Tuhan karena masih bisa diberi kesempatan singkat ini, meskipun sebenarnya dia sendiri merasa tidak pantas.

Junmyeon memang pantas mendapatkan yang terbaik, dan yang terbaik itu bukan dia, Sehun ikhlas. Tersenyum Sehun membayangkan tingkah laku Junmyeon selama di LA ini. Pribadinya hangat, peduli terhadap orang lain, senyumnya yang manis, kerutan di hidungnya saat dia tertawa pun tampak begitu menawan untuk Sehun. Entah apa yang ada dipikirannya dulu menganggap Junmyeon sebagai pengganggu dalam kesehariannya.

Sehun yang terbiasa dididik mandiri oleh ayahnya, tidak boleh terbiasa bergantung dengan orang lain. Mulai dari TK hingga SD hidupnya baik-baik saja meskipun ia tidak punya teman. Tiba-tiba muncul lelaki manis yang sangat ceria selalu mengikutinya kemana-mana. Sehun selalu berpikir sifat Junmyeon sangat menyebalkan. Kenapa ia tidak bisa melakukan hal apa pun sendiri. Apa-apa harus ikut Sehun. Sehun ke kiri dia ke kiri, Sehun ke kanan dia ke kanan. Ternyata bukan Junmyeon yang tidak bisa melakukan hal sendiri, tapi karena ia ingin selalu bersama orang yang dia anggap berharga maka ia melakukan itu semua. Sehun dulu tak sadar jika kesendiriannya sangatlah monoton, hadirnya Junmyeon dalam hidupnya memberikan warna pada dunia hitam dan putihnya. Namun seperti orang bodoh, ia hanya tidak siap jika dunianya menjadi berwarna. Itu membuatnya gelisah. Jalan satu-satunya adalah membuat Junmyeon hilang dari dunianya.

Namun ternyata itu adalah langkah yang salah. Ketika dunianya kembali hitam putih, ia justru berusaha keluar untuk mencari warna itu. Keheningan justru membunuhnya, membuatnya sesak tidak bisa bernafas. Ia tidak nyaman lagi berada di sana, ia butuh Junmyeon-nya. Tapi Junmyeon-nya sudah pergi jauh meninggalkannya. Junnie sudah bahagia dengan hidupnya dan Sehun tidak bisa egois hanya karena menginginkan Junnie kembali. Ia hanya ingin Junmyeon bahagia walaupun tidak dengannya.




"Yah! Oh Sehun!"

Junmyeon menepuk-nepuk pipi Sehun. Bulir-bulir keringat sebesar jagung tampak menghiasi dahi Sehun.

"Sehun! Bangun! Kau kenapa? Hey!"

Sehun membuka matanya terkejut. Nafasnya tercekat di kerongkongannya. Perlahan nafasnya memburu, jantungnya berdebar sangat keras.

"Ju-Junnie."

"Kau kenapa?"

Junmyeon meletakkan kedua telapak tangannya di pipi Sehun. Tercetak kekhawatiran di wajahnya. Sehun mengangkat satu tangannya menarik Junmyeon dalam pelukannya.

"Maafkan aku, Junnie. Maafkan aku."

Junmyeon merasakan kausnya basah. Hanya suara tangis Sehun yang terdengar di apartemennya. Junmyeon hanya bisa menepuk-nepuk halus pundak Sehun untuk menenangkannya.


TBC


Hai-hai siapakah yang masih mengingat aku?🤣

Maaf yaa lama baru update. Bener-bener writer yang nggak bertanggung jawab aku ini🙇🏻‍♀️

Please tinggalkan kesan dan pesan yaaa, luv you so much😘

BreakevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang