Part 16 - Special

223 23 6
                                        

"Hun, bangun."

Junmyeon menepuk halus lengan Sehun berusaha membangunkannya. Perlahan pria di hadapannya itu membuka matanya.

"Ayo makan dulu. Aku sudah memasakkan bubur untukmu."

Sehun mengerang sembari menutup matanya lagi.

"Aku lelah Jun."

Junmyeon meletakkan telapak tangannya di dahi Sehun.

"Kau demam, Hun. Ayo makan dulu."

Sehun berusaha bangkit dari kasurnya. Dibantu dengan Junmyeon ia mengambil posisi duduk.

"Kau bisa bangun? Ayo pindah ke tempat tidurku."

"Kenapa? Di sini saja, aku tidak apa-apa."

"Kau sedang sakit Sehun. Pasti akan susah untuk bangkit kalau kau tidur di bawah. Untuk hari ini kita tukar tempat tidur saja."

Sehun yang merasa lemas menurut saja dengan Junmyeon. Kepalanya benar-benar terasa pening. Seluruh tubuhnya terasa panas. Junmyeon menuntunnya rebah ke tempat tidur kemudian menyelimutinya.

"Kau tidak kerja?"

Sehun bertanya pada Junmyeon yang sedang meletakkan bantal tambahan di kepalanya agar posisi Sehun lebih tinggi.

Junmyeon berjalan ke arah meja rias, ditariknya bangku ke samping Sehun. Setelah duduk, ia mengaduk bubur yang masih mengepulkan uap panas sambil sesekali meniupnya.

"Aku sudah izin. Aku juga sudah menelepon ke kantormu, mengabari kalau kau sakit. Aak!"

Junmyeon menyuapi Sehun sesendok demi sesendok dengan telaten.

"Apakah rasanya enak?"

"Tidak tahu, lidahku pahit."

"Tapi kau memakannya dengan baik. Kupikir karena rasanya enak."

"Aku hanya mau cepat sembuh. Jadi tidak akan menyusahkanmu lebih lagi."

"Menyusahkan musun."

Junmyeon mengalihkan pandangannya ke arah samping. Lalu kembali memusatkan perhatiannya pada bubur yang berada di tangannya.

"Jun, kenapa kau tidak menghubungiku sama sekali setelah sampai di sini?"

Junmyeon mengaduk-aduk bubur Sehun yang bahkan sudah tidak mengeluarkan uap lagi.

"Kenapa kau tidak ke bandara?"

"Itu karena aku kesal karena kau meninggalkanku tanpa aku tahu apa-apa."

"Mian."

Sehun menggeleng lemah.

"Bukan salahmu. Aku saja yang tidak perhatian padamu."

Sehun memandang lagit-langit kamar Junmyeon.

"Padahal aku punya nomormu selama ini dari Eomma Kim. Akunya saja yang pengecut."

Sehun terkekeh kecil mengingat kebodohannya. Ia kemudian menatap ke arah Junmyeon sambil memberi kode dengan jarinya untuk menyuapi buburnya lagi.

Junmyeon sedikit terkejut dari lamunannya.

"Sorry. Ini, 3 kali suapan lagi ya."

Sehun mengangguk dan terus berusaha menelan bubur-bubur yang terasa pahit itu.

"Ini minum obatnya."

Junmyeon memberikan beberapa tablet obat, yang langsung ditelan sekaligus oleh Sehun.

"Gomawo Jun."

Sehun tersenyum lalu memindahkan 1 bantal kepalanya agar ia bisa kembali rebahan.

"Tidurlah lagi. Aku ada di ruang tamu, panggil saja kalau kau butuh sesuatu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BreakevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang