Perhatian Kecil Namun Tersampaikan
Kembali kerutinitas seperti biasanya bekerja bagaikan kuda, mungkin kata karyawan lama demikian. Dibiarkan semua mengalir seperti air dan natural terjadi kedalam hidupku, rasa syukurku akan menghilangkan lelahnya bekerja seharian ini nanti. Masih bisa kuliah dan bekerja dengan baik, bahkan aku tidak jauh dari orangtuaku demi sebuah pekerjaan walaupun jarak tempatku bekerja dengan kampus dan juga rumah begitu melenceng asal aku menikmati setiap proses dalam bertumbuh semua akan terasa ringan terlalui. Meskipun kadang kurang baik terlewati ada gronjalannya, banyak kerikilnya dan kadang ada bumbu-bumbu nangisnya juga. Tapi ini sudah pilihan yang aku ambil sejak awal, ya, aku harus selesaikan dengan saksama meskipun nanti kurang sempurna.
"Mbak, sini aku bawain sampai parkiran." Tawar Adrian yang tiba-tiba muncul dibelakangku saat aku mengambil tas di loker
"Adrian, membuatku kaget saja." Bentakku
"Maaf, dari tadi aku buntutin nggak sadar?" tanyanya
Aku hanya menggelengkan kepala dan berjalan mendahuluinya.
"Sini biar aku yang bawa tasnya, pasti capek seharian kerja." Ujar Adrian dan mengambil alih tas yang berisi laptop dan buku-buku dari tanganku
"Memang kamu nggak capek? Kamu juga kerja seharian." Balasku
"Aku capek badan doang, tidur sembuh. Nah, kamu capek sebadan-badan dan pikiran, Mbak." balasnya sambil mengimbangi langkahku berjalan disepanjang Lorong menuju parkiran
"Mbak, weekend disuruh overtime nggak sama Ibu Ayu?" tanyanya
"Nggak. Kenapa?" balikku bertanya
"Ke kampus nggak besok?" tanyanya lagi
"Nggak juga." singkatku
"Nggak ada deadline atau tugas kuliah yang harus kelar diminggu ini, kan?" tanya Adrian lagi
"Nggak, kenapa sih emangnya kok kepo banget?" tanyaku balik pada Adrian
"Ajakin aku tahu Solo lebih jauh dong, Mbak." ujarnya, Aku menghentikan langkahku
"Maksutnya?" tanyaku ambigu"Mbak, kan, orang sini. Nah, bolehlah ajakin aku main-main kemana gitu biar ngerti Solo." ujarnya
"Tapi, aku nggak ada waktu buat main-main." ledekku
"Gimana sih, Mbak. Nggak gitu." Balasnya
"I Know your mean, tapi capek, Ad. Soalnya habis ini aku masih harus ngumpul dulu sama temen-temen kuliah buat bahas something kemungkinan pulangku malem bgt dan besok jadwalku molor seharian." gamblangku
"Masih ada hari minggu buat molor seharian suntuk, please, Mbak. Gabut aku dirumah nenek, sungkan kalau rebahan dirumah, Cuma numpang soalnya." rengeknya seperti anak yang minta dibelikan permen dan harus diturutin
"Katanya Mas William, Tawangmangu itu sejuk buat ngadem enak. Ajakin aku kesana dong, Mbak." imbuhnya
"Minta, Mas William anterin dong kesana." Suruhku dan terus melangkah menuju parkiran
"Kata Mas William juga, disana enaknya ngadem sama ayang, Mbak." Adrian mulai mencari-carik rajukan agar aku mau diajak ke Tawangmangu
"Ya, udah ajak Ayangmu dong ngadem berdua di sana." Balasku lagi
"Nggak ada ayang, Mbak. Dan aku nggak ngerti daerah Solo." sangkalnya
"Tawangmangu, kan, bukan Solo. Udah karanganyar itu, lagian ada maps ngapain sama aku." sangkalku lagi, mengajukan pernyataan menolak
"Diamapun, apapun, itu. Please ajakin aku ke sana, okay, Mbak Arum yang baik hati, cantik jelita dan tidak sombong, yaaa." rengeknya menjadi-jadi
"Jadi aku yang ngajak kamu gitu?" tanyaku
"Emm, maksut aku, temenin aku kesana. Besok aku jemput, okay?"
"Gimana, ya,"
"Gas dong."
"Aku buru-buru Ad, udah pada ramai nungguin aku digrup nih." sangkalku sambil memperlihatkan chatan grup kelasku pada Adrian
"Besok gimana?" tanyanya
"Terserahmu, kalau dijemput ya ayo kalau nggak ya udah. See you." balasku sambil setengah berlari ke parkiran
"Serlok aku jemput, Mbakkk!" teriak Adrian
"Eh Mbak, tasmu!" imbuhnya dan ikut berlari mengejarku
"Astaga, Sorry-sorry, buru-buru, Ad. Thanks."
Kuraih tasnya eh keikut tanganya ketarik dengan tanganku.
"Ini tanganku, Mbak. Bilang aja mau digandeng pake sok-sokan ngode gini. " celetuk Adrian meledekku
"Apaan sih. Duluan." elakku dan meninggalkan Adrian yang masih dilorong berjalan santai
"Hati-hati, Mbak. Jangan lupa serlok, ya." teriaknya
"Dm aja." Balasku sambil mengacungkan jempol, karena emang aku nggak ada sama sekali nyimpen nomor wa Adrian. Belum sempat aku dan dirinya bertukar nomor ponsel, hanya sekedar saling mengikuti akun Instagram masing-masing waktu itu.
"Selamat malam, Mbak cantik." Pesan masuk di whatappsku
"Maaf dengan siapa?" tanyaku lewat benda pipih milikku itu
"Dengan orang gantengnya Madiun, apa benar ini nomor kepunyaan Mbak Aurum Sekar Widyasari?" tulisnya dalam percakapan pesan
"Kelakuannnn, minimal dinamain biar nggak repot-repot nanya ini nomor siapa." Dengan emoticon geram kukirimkan pesan balasan untuknya
"Tahu gitu, aku kerjain dulu deh ini tadi. Hahaha." Balasnya
"Minta nomorku dari siapa lu, Ad?" tanyaku
"Ada deh pokoknya, nggak penting. Yang penting itu, sekarang kamu share location rumahmu, rapih-rapih dan istirahat. Besok aku jemput." tulisnya dalam pesan
"Besok aja kirim serlokannya." balasku
"Besok malah lupa, Mbak. Sekarang aja, kuy." pintanya
Aku kirimkan alamat lengkapku tanpa menyertakan share location dan dibumbui emoticon tertawa ngakak "Lengkapnya tanyakan pada peta." Imbuhku dalam pesan itu, dan mengakhiri pertukaran pesan dengannya.
Sabtu pagi kali ini Adrian menepati janjinya, ia sungguh kerumah menjemputku untuk pergi healing dari suntuknya kehidupan seorang karyawan di suatu perusahaan besar. Ia bahkan pamit dengan Mamaku dan kakakku dengan sedikit kikuk menyalami keduanya.
"Kok nggak bilang akan datang lebih awal dari jam 10?" tanyaku yang masih belum mandi
"Iya, aku akan datang lebih awal paling tidak 30 menit dari waktu yang sudah aku janjikan." Ujarnya
"Bilang jam kesini jam 10 aja nggak." Sangkalku
"Cek hp deh, Mbak." pinta Adrian
Aku buru-buru membukanya, dan benar memang Adrian menjanjikan akan datang jam 10 kerumah.
"Hehe, kan, baru aku read." Aku nyengir
"Salah ngeyel. Buruan mandi, Rum. Diapelin masih aja molor, pie to kik." timpal Mbak Gita kakak iparku
"Dih diapelin katanya." sangkalku
"Kamu nggak nyasar, Ad?" tanyaku
"Nggak." balasnya
"Seriusan?" tanyaku keheranan, karena emang setiap kali teman atau siapapun yang kerumah dikirim share location aja kadang suka ada yang nyasar. Atau mapsnya nggak kebaca sampai dititik rumahku apa gimana, pasti setiap yang baru pertama kerumahku harus dijemput dulu. Lah, ini bocah Madiun baru di kasih alamat rumah doang sepagi ini udah tiba dirumah tanpa kesasar-sasar.
"Buktinya nyampe sini." balas Adrian
"Sana buruan mandi, Rum. Malah tanyain mulu temennya, kasian dia pagi-pagi udah belain kesini nyari alamat. " perintah Mbak Gita
"Ya udah, mandi dulu, ya. Baik-baik ngobrol sama Mbak Gita sama Mama bahaya soalnya." Balasku dan pergi mandi
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekutip Istimewa Kenamaan Yogyakarta
Roman d'amourAurum Sekar Widyasari, akrab dengan nama bawaan dari orangtuanya Arum. Siapapun itu panggilannya, Arum adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu Universitas Negeri di Surakarta yang berbasis jarak jauh atau kelas karyawan. Pada semester...