Episode 7

2 0 0
                                    


Akibat Cerita Semalam

Suasana hening, hanya ada aku, Adrian dan Vino yang masih tersisa diruang tamu beriring suara toklek-toklek dari tetangga sebelah. Suara mesin tenun modern karena di daerahku banyak sekali yang memproduksi kain tenun yang sudah cukup berkembang pesat di pasaran lurik, ada yang sampai ke luar kota dan ada salah satu sudah berhasil memboyong lurik ke berbagai daerah dan kota-kota besar di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. "Mbak, itu suara apa sih?" tanyanya memecahkan kikuk diantara kita bertiga sama Vino yang sibuk mainan sendiri. "Yang bunyi toklek-toklek itu?" sambungku. Angguknya sambil menunggu penjelasan dariku. "Itu suara tenunan, jadi disini itu banyak sekali para penenun. Produksi lurik buat dipasarkan, ada yang kepasar bringharjo Jogja, terus Pasar klewer Solo, bahkan mancanegara sih, Ad." Jelasku. "Rata-rata disini bekerja di tenun, Mbak?" tanyanya lagi, "Iya, yang ibu-ibu biasanya tenun terus bapak-bapak ke sawah. Ya, selebihnya mungkin sama serabutan kayak didesamu Madiun sana, Ad." Ujarku. Dia mengangguk paham. "Diminum itu." Pintaku. "Iya, Mbak." Jawabnya dan menikmati camilan yang ada dimeja seadanya. "Mbak, nggak ada jadwal kemana gitu hari ini?" tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepala. "Hoam, kemana Ad. Tidur aja enak dirumah." Balasku sambil menahan kantuk. "Ayolah produktif, aku udah jauh-jauh kesini masa cuma nungguin orang tidur." rajuknya. "Bocah, nggak ada capeknya apa. Nggak usah kode-kodean, mau ngajakin kemana emangnya?" tanyaku. "Muter-muter mana gitu." Balasnya "Ya, udah pamit sama Mama. Aku tak ganti baju dulu." Balasku. "Okay, aku tungguin deh." balasnya.

Menelusuri jalan-jalan yang belum pernah aku lewati bersama Adrian, sedikit mengukir kenangan indah di ingatan dengan pemuda Madiun dan meninggalkan jejak di galeri ponsel masing-masing. Supaya suatu saat jika terulang, ada satu ingatan bahwa kita semakin tak berjarak terawali dari sini. Dari sebuah pertemanan di Instagram, pamitnya Hadi dan cerita akhir-akhir ini dan lalu kau mengsave nomorku. #Asekkk Secara tidak sengaja, ya, walaupun sudah pernah saling bertukar candaan lewat dm Instagram kala itu. Rotasi bumi, mengantarkan kita berdua hingga ia mengetahui arah rumahku. Banyak berbincang mengenai kehidupan yang sedang berjalan, segala keterpurukanku di masa silam perlahan Adrian mendengarkan.

"Mbak, boleh tanya?" ia mengajukan sebuah kata tanya

Aku menagngguk.

"Menurutmu kalau cowok nangis itu tandanya apa?" tanyanya meminta sebuah pendapat dariku

"Maksutnya?" tanyaku yang masih belum jelas dari pertanyaan yang dia ajukan

"Hmm, gini, menurutmu kalau seorang cowok menangis itu menandakan apa? apakah dia seseorang yang cengeng atau lemah atau gimana?" ia memperjelas kata tanyanya

"Hal yang wajar, karena menangis bukanlah tanda kelemahan. Dan menangis itu tidak selalu perempuan, kan?" tanyaku balik

Dia mengangguk.

"Kalau memang menangis adalah pelampiasan terakhir dari segala kepenatan, boleh-boleh saja. Tidak ada larangan untuk seorang laki-laki tidak boleh menangis, kadang sebuah keadaan memang mengharusan menangis disaat semua pendengar tidak lagi peduli dengan baik rintihan kita. Tapi ingat! Tangismu boleh tumpah, setelahnya jangan menyerah." jelasku dan mengukir senyum hangat untuknya

"Mbak pernah nangis pas dewasa ini? Kalau boleh tahu karena apa, Mbak?" tanyanya

"Bukan pernah lagi, bahkan sering, Ad. Yah, banyak faktornya, pas capek nangis, pas ribut selisih paham sama Mama, Ayah atau Bang Raden pasti nangis." ujarku

"Bahkan setiap kali ada ucapan yang kasar dikit dari siapapun aku gampang banget kena mental, ada lagi pas ada orang yang lebih tua kasih nasihat ngena banget ke hati itu aku bisa juga nangis." imbuhku

Dia mengangguk paham.

"Kalau kamu?" tanyaku balik

"Juju raku juga gampang nangis orangnya, Mbak. Bahkan semaleman aku nangis, kepikiran orangrumah. Pas pulang dari sini, mandi terus mau tidur gitu inget Ibuk sama Adek-adekku bawaannya pengen nangis. Tahu-tahu ngalir aja air dari mataku." ujarnya sedikit berkaca-kaca

Sekutip Istimewa Kenamaan YogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang