17. Sweet But Psycho

6.1K 490 62
                                    

RADEN tidak mengerti kenapa hatinya tiba-tiba menghangat dengan jantung bertalu-talu ketika Ruby memeluknya sembari menangis sebab mengkhawatirkan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RADEN tidak mengerti kenapa hatinya tiba-tiba menghangat dengan jantung bertalu-talu ketika Ruby memeluknya sembari menangis sebab mengkhawatirkan dirinya. Perasaan ini terasa aneh untuk Raden. Aneh dan asing. Namun, entah bagaimana caranya ia justru menyukai perasaan itu.

Ia merasa … lebih hidup.

Raden berdeham dan menepuk punggung Ruby dua kali. "I’m fine. Jangan nangis," ucapnya pelan—bahkan nyaris berbisik—di puncak kepala Ruby.

Aksa, Pandu dan Kenneth berpura-pura tidak melihat. Aksa memilih fokus berkendara. Pandu serta Kenneth membuang pandangan ke luar jendela. Walau sebenarnya Raden beberapa kali mendapati mereka mencuri-curi pandang ke arahnya dan Ruby.

Ruby mengurai pelukannya dan memandangi wajah Raden yang terdapat beberapa memar dan luka berdarah. "Muka kamu," kata Ruby dengan sedih. Hatinya ikut merasa perih melihat luka-luka Raden.

Raden menyentuh sudut bibirnya yang sobek lalu mendesis pelan. Laki-laki itu masih sanggup mengulas senyum tipis untuk Ruby. "Nggak usah khawatir. Udah biasa."

Ruby menunjukkan raut wajah tidak suka atas pernyataan Raden. "Tetap harus diobati."

Ruby melongokkan kepalanya ke depan dan menepuk pundak Pandu. "Tolong ambilin kotak P3K-nya, Pan."

Pandu menoleh, lalu mengangguk dan mengambil kotak P3K di dashboard mobil Aksa kemudian diberikan pada Ruby.

"Makasih, Pan."

"Yoi," sahut Pandu, "obatin baik-baik, By. Laki lo, tuh, suka sok iye soalnya."

Raden menoyor pundak Pandu dengan delikan mata sebal. Pandu membalasnya dengan raut wajah meledek yang benar-benar menyebalkan bagi Raden.

Tersenyum tipis, Ruby membuka kotak obat. Mengambil kapas lalu menuangkan sedikit alcohol. "Aku obati, ya?" ujarnya meminta izin.

Raden hanya mengangguk.

Ruby mulai membersihkan darah di luka Raden. Kapas itu ia tap-tap-kan ke wajah laki-laki itu dengan lembut. "Bilang kalo sakit."

Raden tidak menjawab. Atensi laki-laki itu telah direnggut oleh raut serius dari wajah Ruby saat mengobati lukanya. Sesekali wajah gadis itu mengernyit seolah turut merasakan perih di wajah Raden.

Kenneth mendecakkan lidah, mencibir Raden. "Dia ketembak aja masih bisa nahan sakit, By. Luka gitu doang mana ke rasa. Ya, kan, Den?"

Raden milirik Kenneth dengan sinis. Pandu dan Aksa tertawa meledeknya.

Ruby fokus pada luka-luka di wajah Raden tanpa mendengarkan celotehan teman-teman Raden. Walau sebenarnya Ruby tidak bisa benar-benar fokus sebab ia beberapa kali menangkap tatapan intens Raden padanya. Sesekali matanya bertubrukan dengan mata hitam Raden, namun Ruby segera mengalihkan pandangannya.

"Aduh, aduh! Mataku perih karna kecolok keindahanmu!" Celetuk Aksa sambil melirik spion tengah ketika Raden terlihat sangat serius memandangi wajah Ruby dalam diam.

RADENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang