28. Lagi-Lagi Ulah Melody

5.1K 330 64
                                    

SMA Pahlawan boleh saja mengeluarkan Melody. Mahesa boleh saja membuat Melody di-Blacklist dari seluruh sekolah di Jakarta. Namun, Melody tidak akan kehabisan cara untuk membalaskan dendamnya pada seorang Ruby Almera.

Meskipun dua temannya terkena skorsing, masih ada teman-teman lainnya yang akan membantu Melody untuk melakukan apa yang ia mau--termasuk menghancurkan Ruby.

Di tengah keramaian lampu dan musik club malam, Melody menyeringai menatap beberapa lembar foto di tangannya yang ia dapatkan dari orang suruhannya untuk memata-matai Raden dan Ruby.

"Gue nggak nyangka mereka udah sejauh ini," gumamnya.

Di tangannya, ada foto saat di mana Ruby masuk ke dalam mobil Raden yang menepi tak jauh dari area sekolah. Ada juga saat mereka memasuki lift yang sama di sebuah apartemen dan saat masuk ke unit apartemen Raden. Dan yang paling membuat Melody terperangah adalah foto saat Raden dan Ruby masuk ke dalam kamar yang sama di sebuah club. Mungkin ini saat ulang tahun Pandu, Melody tidak begitu ingat sebab sahabat Raden itu tidak mengundangnya.

Melody membuka ponsel untuk mengirim beberapa jumlah uang ke rekening orang suruhannya. Kemudian, gadis yang berpakaian seksi itu meneguk alkoholnya hingga tandas sebelum keluar dari club sambil menghubungi teman-temannya.

"Besok sebelum ke sekolah, lo ke rumah gue dulu!"

✩✩✩

Malam berganti pagi dengan begitu cepat. Ruby sebenarnya masih mengantuk untuk datang ke sekolah sebab tadi malam, Raden kembali muntah-muntah dan mengeluh merasa tidak nyaman serta pusing. Pun saat pagi tiba, Raden keluar masuk ke kamar mandi hanya untuk mengeluarkan isi perutnya yang hanya berupa cairan bening.

Ruby mengajak laki-laki itu untuk periksa. Namun, Raden menolak dengan alasan hanya masuk angin dan efek alkohol yang mungkin belum sepenuhnya hilang. Ruby pun tidak lagi memaksa saat Raden tampak yakin bisa masuk sekolah.

"Aku turun di depan halte aja," kata Ruby di atas mobil saat mereka berangkat bersama ke sekolah.

Raden menoleh. "Kenapa? Sekolah masih agak jauh dari halte."

"Aku nggak mau orang-orang liat kita semobil."

"Lah, emang kenapa? Takut sama Melody? Dia udah nggak ada di sana. Lagian orang-orang juga udah tau kita deket."

"Pokoknya turunin aku di halte!"

Raden mendengus dan tidak lagi membalas. Namun, jangan dipikir ia akan menuruti keinginan Ruby, karena laki-laki itu dengan santainya menepikan mobil mewahnya tepat di depan gerbang sekolah. Di mana saat itu masih banyak siswa-siswi yang baru datang.

"Raden!" tegur Ruby.

Raden hanya menaikkan alis dan tersenyum miring. Pokoknya semua orang harus tahu kalau Ruby lagi dekat dengannya dan mereka semobil.

"Nyebelin!"

Raden hanya terkekeh.

Ruby membuka pintu untuk keluar, tapi Raden lebih dulu menahan lengannya.

"Kenapa?" tanya Ruby.

"Salim sama suami dulu!" Raden menjulurkan tangan kanannya ke depan wajah Ruby.

Gadis yang menguncir rambutnya itu mengernyitkan alis, namun kemudian menuruti keinginan Raden. Sebab, ancaman andalan laki-laki itu pasti akan keluar jika ia menolak. Untung saja kaca mobil Raden tidak transparan.

Tersenyum melihat Ruby mencium punggung tangannya, Raden mengelus rambur hitam istrinya yang terikat satu itu. "Belajar yang bener ya, istriku!"

Ruby memasang wajah geli. "Alay," gumamnya pelan.

RADENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang