22. First Date

5.5K 430 556
                                    

RADEN menatap satu persatu senjata yang baru saja dibuka oleh salah satu orang berjas hitam di depannya. Netra tajam laki-laki itu menelisik dengan teliti, mencari celah kekurangan dari senjata api yang tersuguh di atas meja.

"All of these weapons are the latest and limited edition from New York. Jeome has agreed that Black Satan will work with our company." Salah satu dari pria-pria berbadan kekar itu berceletuk.

Raden mengangkat alis singkat lalu mengangguk tak acuh. Laki-laki itu melirik Pandu sambil mengendikkan kepala ke arah koper tersebut.

Mengisyaratkan Pandu untuk mengambilnya.

Pandu mengambil dua koper yang ada di atas meja. Satu koper besar berisi senjata api yang beratnya bukan main hingga Pandu harus menyeretnya dengan susah payah. Koper kedua yang berukuran lebih kecil, berisi macam-macam racun yang biasa digunakan Black Satan untuk melumpuhkan musuhnya.

"Ken!" panggil Raden.

Mengerti dengan panggilan itu, Kenneth maju dan memberikan koper berisi uang ribuan dollar yang sejak tadi ia tenteng.

"Is that enough?" tanya Raden.

Pria berkepala botak yang Raden tahu sebagai pemimpin orang-orang itu maju dan membuka koper pemberian Kenneth. Pria itu mengangguk puas. "It was a pleasure working with you and Jerome," katanya.

Raden tersenyum miring penuh arti.

Raden berbalik bersama Pandu dan Kenneth. Saat melewati Aksa, Raden memberikan sebuah isyarat pada sahabatnya itu yang tentu sangat dimengerti oleh Aksa.

Tepat saat orang-orang itu berbalik pergi, Aksa mengangkat pistol yang sejak tadi ia sembunyikan di punggungnya. Suara tembakan terdengar nyaring di terowongan gelap dan sunyi itu. Lima pria yang tadi bertransaksi dengan Raden terkapar di aspal dengan darah merembes.

Aksa tersenyum puas sambil meniup ujung pistolnya dan segera menyusul teman-temannya ke mobil setelah lebih dulu mengambil kembali koper berisi dollar tadi.

Lima pria yang sudah tak bernyawa itu merupakan anak buah dari Ketua Mafia musuh Jerome yang juga melakukan penyerangan pada SMA Pahlawan. Kata Jerome, orang-orang itu tidak terima dengan kekalahan yang mereka dapatkan kemarin sehingga mengirim anggotanya untuk menghadang paket Black Satan dan menyabotase serta membunuh orang yang seharusnya mengirim paket tersebut.

Mobil van hitam milik Black Satan meninggalkan terowongan gelap tersebut. Di atas mobil, ponsel Raden berdering. Nama Jerome memenuhi layar ponselnya.

"How?"

"Mati."

"Good. Tiger harus berpesta malam ini," kata Jerome dengan Bahasa Indonesia yang tidak jelas karena aksen Amerikanya yang masih kental.

Raden menyeringai. "Oke."

Panggilan terputus. Raden menyandarkan tubuhnya ke jok. "Kita ke rumahnya Jerome," ujar Raden pada rekannya yang menyetir.

Mobil van hitam tersebut melaju menuju sebuah rumah kecil yang cukup terpencil dari perkotaan karena letaknya yang agak jauh ke dalam hutan. Setibanya di sana, Raden turun lebih dulu. Kemudian masuk ke dalam dan mendapati rekan-rekannya sudah berada di sana dengan lima karung besar yang Raden tahu apa isinya.

Tungkai jenjang berbalut jeans hitam yang terdapat sobekan di lututnya itu berjalan mendekati sebuah jerusi besi berukuran besar. Raden menekuk lututnya membentuk siku-siku dan menyeringai melihat seekor harimau yang tampak bermalas-malasan di dalam sana.

"Tiger!" seru Raden.

Bak mengerti, hewan berwarna orange dengan garis-garis hitam di tubuhnya itu mendekat. Langkahnya terlihat pelan dan mengintimidasi bersama mata tajamnya yang tertuju pada Raden.

RADENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang