14. REPALA

0 0 0
                                    

Keesokan harinya, aku kembali bersiap untuk pergi ke sekolah. Suasana pagi di rumah saat itu membuatku sedikit canggung karena semalam baru saja dinasihati. Padahal, hari itu hari terakhir papaku libur dan harus kembali ke Malang untuk bekerja. Aku diam saja karena bingung untuk membuka pembicaraan dengan topik apa. Sampai akhirnya bang Rian datang dan berusaha mencairkan suasana antara aku dengan papa mamaku.

"Pagi-pagi kok pada diem-dieman sih, ngobrol apa. Besok kan papa udah harus berangkat ke Malang" ucap bang Rian.

"Iya nih, mama juga bingung masa dari tadi Nana sama papa diem-dieman" jawab mamaku

"Orang mama juga diem" jawabku.

"Udah-udah mendingan nanti kita makan malem di luar, kebetulan besok libur kan dek? Jadi ga ada tugas kan"

"Iya aku ikut aja"

"Mama setuju nih, gimana pah?"

"Iyaa, papa juga ngikut aja"

Bang Rian mengajak aku dan mama papa untuk makan di luar, kami semua juga menyetujui hal ini. Akhirnya suasana pagi itu mulai seperti biasa dan aku pergi ke sekolah diantar oleh bang Rian karena sekalian dirinya akan berangkat bekerja. Namun, ketika akan berangkat papa kembali mengingatkanku untuk fokus di sekolah dan jangan sampai kejadian hari kemarin terulang ke dua kalinya. Aku makin merasa takut jika aku tidak bisa membuktikan kepada mama papaku.

"Udah nurut aja" bisik bang Rian.

***
Saat di perjalanan bang Rian banyak bertanya kepadaku soal Aksa. Aku yakin, dia pasti mengetahui hal ini dari bang Dimas. Ah, padahal aku dan Aksa saat itu tidak ada apa-apa.

"Dek, cowo yang waktu itu ngobrol sama kamu di depan sekolah pas abang jemput namanya Aksa?" Tanya bang Rian.

"Ohh yang itu, iya dia Aksa temenku" jawabku.

"Pacarmu bukan?"

"Ya ampun bang, aku ga punya pacar kali"

"Soal omongan bang Rian semalem, sorry ya dek bukan maksud kakak lo ini mau ngatur ngatur. Cuma abang gamau kamu terlalu deket sama anak GF aja, walaupun mereka anak baik-baik yaa tetep aja"

"Tetep aja apa maksudnya? Mereka kan anak baik-baik walaupun aku cuma kenal beberapa tapi aku yakin mereka anak baik-baik ko"

"Iya gini deh contohnya aja masalah kemarin, kamu sampe berani bolos kan? Bolos kadang udah jadi makanan sehari-hari anak GF dek mereka ga takut buat bolos, gue gamau lo ikut-ikutan" jelas bang Rian.

"Iyaa bang tenang aja kali, kaya gatau adek sendiri deh. Aku kan udah jelasin juga semuanya kenapa aku sampe ikut nonton kemarin, abang ngerti dong tolong jangan ikut-ikutan mama sama papa. Aku mau banggain mereka dan aku yakin aku bisa tanggung jawab soal akademik ku bang, tapi tolong jangan batasin pertemanan aku ya. Aku juga mau punya kehidupan SMA kaya orang lain, punya temen-temen yang banyak, ga lurus-lurus aja" jelasku kepada bang Rian.

Dari semalam aku ingin menyatakan hal ini kepada bang Rian hanya saja aku tidak memiliki keberanian karena saat semalam bang Rian masih terlihat sedikit tegas dan tidak terima kalau aku dekat dengan anak GF. Namun, pagi saay mengantarku dia terlihat lebih santai.

"Iya makanya kn abang minta maaf buat semalem. Iya abang juga ngerti apa mau kamu, tapi kamu juga jangan lupa mama papa. Intinya dari abang, mau kamu temenan sama siapa pun, deket sama siapa pun itu hak kamu asalkan kamu jangan mengesampingkan kepentingan akademik kamu, demi mama papa"

Bang Rian akhirnya memahami posisiku dan dia juga berjanji tidak akan membatasi apapun selagi aku dapat membagi waktu dan mempertanggung jawabkan nilai-nilai akademik ku di sekolah.

SpekulasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang