"Yaudah cepetan cerita kenapa" ungkapku saat Aksa terus melihatku.
"Jadi ceritanya ya gitu"
"Ya gitu gimana?" aku kesal, Aksa terlihat seperti mempermainkanku. Padahal aku ingin cepat-cepat mendengar ceritanya, aku takut kakakku sudah menunggu di depan.
"Jadi, semalam gue ga balas lagi chat lo karena gue takut ganggu lo Al. Terus pagi-pagi gue ke sekolah sambil bawa susu UHT, niatnya mau nyimpen di bawah bangku lo. Kenapa gue pagi banget, karena gue tahu lo datang ke sekolah selalu pagi, makanya gue mau ngalahin lo"
Aku terdiam, menyimak setiap kata yang diucapkan Aksa
"Mau lanjut?"
"Terusin" jawabku
"Ya terus gue dateng pagi banget bintang aja masih kelihatan gue juga belum pake seragam, karena emang gue niatnya mau balik lagi ke rumah. Pas gue nyampe di sekolah ternyata pintunya masih dikunci, gue panjat aja pagar sekolah terus masuk ke kelas lo. Pas gue mau balik dari kelas lo, ternyata Pak Topan lagi piket sambil bikin miniatur bangunan sekolah, terus dia ngelihat gue sangkanya maling, dia kejar-kejar gue sampe gue masuk ke ruangan tempat dia bikin miniatur, dan lo tau? Gue ga sengaja senggol miniatur buatan dia sampe pecah"
Aksa menghentikan ceritanya ketika aku terus-terusan tertawa saat mendengarnya.
"Jadi mau lanjut gak?" tanya Aksa kesal
"Haha iya iya, maaf gue gak kuat pengen ketawa denger cerita lo"
"Ya terus gitu, gue disuruh jadi asistennya seharian sama bantuin dia benerin miniaturnya. Gue mau pulang ganti baju sekolah aja gak boleh, katanya takut gue kabur. Ya gitu Al, senggol dikit bacok"
Aku tak henti tertawa mendengar ceritanya itu. Sementara Aksa terlihat kesal, baru kali ini aku melihat wajah Aksa terlihat sangat kesal.
"Itu namanya pembodohan, ngapain juga sih lo pagi-pagi banget ke sekolah sambil panjat-panjat pagar ya pantes aja lo disangka maling hahaha"
"Terus pagi-pagi gue nunggu chat dari lo, ternyata gak ada. Tapi gue seneng ternyata kelas pertama Pak Topan itu kelas lo, dan gue bisa lihat lo belajar Al. Ternyata orang pinter kayak lo juga bisa gak fokis ya"
Kali ini aku merasa sangat akrab dengan Aksa, berbeda dari kemarin. Dinding tebal yang menghalangi kami seakan sirna begitu saja. Aku benar-benar tertawa dengan Aksa hari itu.
"Terus? Lo tahu gue disini dari siapa? Pacar lo?" tanyaku
"Itu lo tahu, gue kesini karena gue takut ada hantu yang cinta sama lo nanti saingan dong sama gue. Soalnya kata si Fian jam segini tuh jamnya hantu-hantu sekolah liar" jelas Aksa
"Aneh lo" jawabku saat itu
Tiba-tiba ponselku berbunyi pertanda ada pesan masuk. Dan benar saja, itu pesan dari kakakku katanya dia sudah menunggu depan sekolah. Padahal saat itu, aku masih ingin melanjutkan obrolan dengan Aksa.
"Boleh gue kenalan sama kakak lo?" tanya Aksa
"Kok lo tahu tadi pesan dari kakak gue, lo ngintip ya?"
"Apasih yang gak gue tahu tentang lo"
"Gue duluan ya" jelasku sambil berdiri
Saat aku berjalan di koridor sekolah, aku melihat aksa berjalan tidak jauh dariku. Mungkin dia juga ingin keluar, tapi kenapa dia tidak berjalan sejajar denganku. Dia malah membiarkanku pergi duluan, kemudian dia mengikutiku dari belakang.
"Lo mau kemana? Kenapa gak jalan bareng gue aja kalo mau keluar? Gue risih, ngerasa ada yang ngikutin" jelasku sedikit berteriak sambil terus berjalan
"Lo mau jalan bareng gue?" tanya Aksa dibelakangku, jaraknya mungkin 2 meter, tapi aku masih bisa mendengar ucapannya karena sekolah sudah sepi, dan saat itu hanya kita berdua yang berjalan di koridor.
"Kenapa enggak?" tanyaku
"Yakin ya, nanti malem gue ke rumah lo kita jalan"
"Jangan, bukan itu maksud gue" jelasku sambil berbalik melihatnya.
"Becanda. Lo duluan aja, gue mau ke toilet dulu" jelasnya sambil berlalu meninggalkanku.
Aku cepat-cepat berjalan menuju gerbang, karena kakakku sudah menunggu. Aku lupa, sejak awal aku menulis cerita ini belum sempat memperkenalkan kakakku itu. Bahkan namanya, belum pernah aku sebut. Adrian Prasetya, aku sering memanggilnya 'abang/bang Rian'tapi kalau aku kesal biasanya aku panggil namanya saja 'Adrian'. Kakakku lebih tua 6 tahun dariku, ya walaupun usia kita beda jauh tapi kelakuan aku dan kakakku itu terkadang seperti anak kecil. Dia baru saja lulus sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang masih satu kota denganku, aku senang karena setelah 4 tahun dia menjadi mahasiswa di luar kota akhirnya dia kembali. Makanya aku masih bisa berangkat dan pulang bareng dia. Asal kalian tahu, dia baru saja putus dengan pacarnya haha. Selain kakak kandungku, aku juga mempunyai kakak sepupu yang sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri, namanya Dimas Naofal. Kalian pasti ingat kan aku pernah menuliskan namanya di part sebelumnya, dia baru saja lulus SMA dan melanjutkan pendidikan di salah satu universitas swasta di kotaku. Rumahnya juga tidak terlalu jauh dari rumahku, sehingga ketika bang Rian sedang kuliah di luar kota, dia sering sekali berkunjung ke rumahku untuk sekedar nonton anime bareng atau main PES ketika libur.
***
Sekitar 20 menit perjalanan, akhirnya aku dan kakakku sampai di rumah. Saat itu, bang Dimas juga baru saja sampai dirumahku dan turun dari motor.
"Loh Dim, baru kelihatan. Dari mana aja lo?" tanya kakakku sambil melepas helm
"Ada sih bang, biasalah mahasiswa baru terus nemu dosen killer. Terpaksa gue rajin karena gak mau jadi mahasiswa abadi, kalo beneran gue jadi mahasiswa abadi bisa-bisa gue dicoret dari KK" jawab sepupuku itu.
"Makanya sekolah yang bener" ledekku saat itu.
"Iya nih dek nyesel gue waktu SMA gak bener, SNMPTN gak lolos, SBMPTN gagal, akhirnya kan masuk swasta dengan biaya pendidikan yang ngebebanin orang tua. Tapi gue seneng sih bisa nikmatin masa muda gue"
"Bisa aja lo bang" jawabku sambil berjalan masuk ke rumah, baru beberapa langkah aku dikejutkan dengan pertanyaan kakakku kepada bang Dimas, akhirnya aku diam dibalik pintu.
"Masih suka kumpul sama anak GF,Dim?"
"Masih lah, lo ikut kumpul kali-kali lah bang di warung Mang Eki. Bang Bara juga suka ada, GF'14 juga kan seangkatan sama lo" jelas bang Dimas
Bang Rian anggota GF? Kakakku memang alumni sekolahku juga. Namun, aku sedikit tidak menyangka karena setahuku anggota GF kebanyakan anak-anak nakal, suka merokok, dan tidak taat aturan. Kalau bang Dimas sih aku masih percaya, karena memang dia dulunya bocah SMA yang nakal. Tapi kalau kakakku? Setahuku dia dulunya anggota OSIS dan tidak pernah tercermin bahwa dirinya anak nakal seperti anak-anak GF.
"Malu lah gue Dim, udah 4 tahun sejak gue kuliah di luar kota gue gak pernah nongkrong sama GF, anggotanya juga mungkin sekarang udah pada baru. Kalo lo kan baru aja kemaren lulus, adek kelas lo juga masih pada kenal. Si Bara juga, dia sih gak ada kerjaan makanya sering nongkrong" jelas kakakku
Saat aku menguping percakapan mereka, tiba-tiba ibuku datang dan menyuruhku segera bersih-bersih untuk selanjutnya makan malam, lalu belajar.
"Alena, udah pulang kamu neng? Kok malah diem depan pintu? Cepetan bersih-bersih, terus kita makan malam bareng. Besok ayah udah berangkat ke Malang, meja makan harus komplit" jelas ibuku.
"Iya ma, maaf"
Aku pun segera pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih tanpa merebahkan badanku terlebih dahulu padahal hari itu aku merasa capek sekali. Selesai mandi, aku segera keluar dari kamar karena kukira semuanya sudah siap di meja makan tapi ternyata belum, ibuku masih sibuk memasak di dapur dengan bi Tiah mungkin karena malam besok ayahku sudah tidak di rumah jadi ibu sengaja membuat makanan spesial untuk malam ini.
Aku tidak berniat membantu ibu memasak, aku lebih memilih untuk menghampiri bang Dimas yang sedang nonton tv di sofa, kebetulan saat itu aku ingat ada hal yang harus kutanyakan. Ini tentang kak Prima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spekulasi
Novela JuvenilAlena seorang gadis SMA yang kehidupannya normal, kemudian berubah penuh spekulasi setelah bertemu dengan seorang lelaki bernama Aksa. Berbagai rangkaian kejadian pun terus terjadi sehingga membuat mereka semakin dekat. 'Tidak ada yang pernah membe...