"Hey, kok diem sih?" tanya Aksa kepadaku
"Gue bingung jawab apa" hanya itu jawabanku
Aksa terdiam beberapa saat setelah mendengar jawabanku, "Gue seneng bikin lo bingung"
"Hah? Dasar aneh!" jawabku ketus. Kemudian aku mengalihkan pandanganku darinya, aku melihat di seberang sekolah kakakku sedang menungguku pulang dan dia sepertinya melihat ke arahku lalu melambaikan tangannya.
"Gue seneng bikin lo bingung karena--"
"Kakak gue udah jemput, duluan ya" aku meninggalkan Aksa yang masih duduk diatas motornya. Kemudian aku menunggu lampu merah untuk bisa menyebrang ke arah kakakku.
"KAPAN-KAPAN GUE YANG ANTER YA!" teriak Aksa.
Aku hanya melihatnya sekilas, kemudian aku segera menghampiri kakakku "Siapa dek? Pacar?" tanya kakakku saat aku sudah naik diatas motornya. "Gatau, orang aneh" jawabku saat itu. Kakakku pun segera melajukan motornya untuk pulang. Oh iya, saat itu aku benar-benar tidak ingat bukannya kakakku itu kerja lembur kok bisa dia tiba-tiba jemput sih, tapi bodo amat lah yang penting saat itu aku bisa lolos dari pembicaraan konyol dengan Aksa tanpa harus menunggu angkot agar aku bisa mengakhiri obrolan dengannya. "Katanya abang lembur?" tanyaku saat kita masih berada diperjalanan, "Iya abang lupa ngabarin kalau gajadi lembur. Terus abang coba mampir ke sekolah kamu, kirain udah pulang naik angkot. Ternyata adikku ini masih sibuk ngobrol berdua sama cowok depan sekolah hahaha" jawab kakakku itu, "Apa sih bang gak lucu" aku sedikit kesal dengan jawaban dari dia sehingga aku memukul helm yang dikenakan kakakku itu.
***
Aku dan kakakku sampai di rumah sebelum maghrib, seperti biasa aku membaringkan tubuhku sejenak di atas kasur untuk sekedar menghilangkan lelah sebelum aku membersihkan diri. Tapi saat itu ibuku rewel sekali untuk menyuruhku segera mandi, ya bagaimanapun juga aku males jika harus berdebat dengan ibuku. Aku terpaksa segera mandi, walaupun sebenarnya aku masih ingin membaringkan tubuhku ini. Sebelum aku masuk ke kamar mandi, tiba-tiba ada pesan masuk dalam ponselku. Tapi aku tidak tertarik membaca pesan itu, kuputuskan untuk mandi terlebih dahulu karena kamar mandi tepat di depan mataku.
Selasai mandi dan berganti pakaian, aku membuka ponselku itu. Ternyata pesan yang tadi masuk adalah pesan dari kontak yang belum aku save, masih berupa nomor dan siapa lagi kalau bukan Aksa. Isi pesannya "Lo udah sampe rumah dengan selamat?" . Sekarang ada 3 pesan yang belum kubalas dari tadi siang. Aku save nomor Aksa terlebih dahulu, namanya tidak kubuat aneh aneh hanya 'Aksa' karena aku pusing jika ada penting harus mencari kontak dengan nama aneh dan saat kucari nama aslinya tidak muncul. Aku membuka pesan dari Aksa, ada 3 kolom pesan yang masih belum kubalas. Baru beberapa detik aku membuka pesannya itu, sudah masuk pesan baru dari Aksa "Sekarang ada 2 pertanyaan yang harus lo balas. Pertama, yang kemarin lo simpan tissue nya gak? Kedua, lo pulang dengan selamat kan? Jangan anggurin gue apalagi cuma lo baca pesan dari gue" itu pesan terbaru dari Aksa. Tanpa pikir panjang jariku langsung menari di atas papan ketik "Gue minta maaf ga balas pesan dari lo, jawaban pertama tissuenya masih ada di tas gue dan kedua gue pulang dengan selamat" itu pesan yang kukirim kepada Aksa, entah mengapa aku langsung mengetiknya tanpa berpikir terlebih dahulu seperti kemarin, selang beberapa detik muncul pesan baru dari Aksa "Mau jawab masih disimpan di tas aja butuh waktu seharian, apalagi kalau disuruh harus jawab mau jadi pacar gue atau enggak, butuh ribuan tahun kali ya Al" entah mengapa aku risih membaca pesan dari Aksa, ayolah Alena kamu baru mengenalnya 2 hari, bener kata Alfie apapun butuh proses, progres, baru sukses karena lama-lama mungkin aku akan terbiasa dengan Aksa. Aku membalas pesan Aksa, namun bukan membahas pesan yang baru saja dia kirim "Haha, sekarang giliran lo jawab pertanyaan gue" belum sempat kubaca balasan dari Aksa kemudian ibuku tiba-tiba masuk kedalam kamar.
"Aeh, malah main hp. Udah maghrib ini, cepetan salat. Habis itu kita makan bareng, terus kamu jangan lupa baca-baca lagi materi yang baru dipelajari tadi. Jangan main hp terus" jelas ibuku
Itulah ibuku, terlalu memaksaku belajar. Aku juga sama seperti orang lain pasti akan mengalami apa yang namanya jenuh ketika terus-terusan disuruh belajar. Hari-hariku sepulang sekolah ketika SMP tidak pernah absen belajar kembali apa yang telah kupelajari di sekolah, kebiasaanku ketika malam hari adalah belajar, mematikan ponsel sampai semuanya beres, dan membaca novel atau manga ketika aku jenuh harus terus belajar. Sepertinya kebiasaanku ini akan dimulai malam ini.
"Iyaa, Alena salat dulu habis itu Alena makan" jawabku sambil mematikan ponsel yang masih kupegang
"Mama tunggu di bawah"
Beberapa menit kemudian aku menghampiri keluargaku yang sudah lengkap di meja makan ada ibu, ayah, dan juga kakakku.
"Gimana sekolah kamu dek? Kapan mulai bimbel?" tanya ayahku
"Sama aja. Gaada bedanya, pelajarannya juga masih ringan. Mungkin minggu depan. Papa kapan mulai kerja?" tanyaku kepada ayahku, karena memang ayahku bekerja di luar kota dan saat ini ayahku sedang ambil cuti tahunan.
"Lusa papa berangkat ke Malang. Kalian baik baik disini, kamu juga dek belajar yang bener"
"Siap dong"
Beberapa obrolan singkat menemani aku dan keluargaku saat makan malam. Sesudahnya, aku segera kembali ke kamar untuk membahas materi yang tadi siang kupelajari dan membaca materi baru untuk pelajaran besok. Selesai belajar biasanya aku membaca seri manga walaupun sudah berulang-ulang kali kubaca sampai mataku mengantuk. Tapi kali ini tidak, jam dikamarku menunjukkan pukul 8 malam. Aku mengaktifkan ponselku dan saat layar ponselku sudah menyala terdapat notifikasi, mungkin itu pesan dari Aksa yang belum sempat kubaca tadi. Aku sempat terdiam dan bertanya pada diriku sendiri, mengapa harus aku setertarik ini untuk membaca balasan dari Aksa. Bahkan, saat aku membalas pesannya tadi itu terjadi begitu saja, mungkin itu hanya intuisiku.
Aku kemudian membaca balasan dari Aksa, isinya "Fian pacar gue. Tapi kalo lo mau jadi pacar gue. Gue jamin putusin Fian, Alena". Aku tertawa membaca pesan dari lelaki itu, lagi-lagi tanpa berpikir jariku segera menari di atas papan ketik "Haha lo lucu". Beberapa menit kemudian terdapat notifikasi baru tanda pesan masuk, isinya "Sayangnya ada yang lebih lucu dari gue" "Mau tau?" 2 pesan masuk yang dikirimkan Aksa saat itu berhasil membuatku tersenyum, aku kemudian membalas pesannya "Gue ga bilang lo paling lucu ya karena semua orang tau kalau gue lebih lucu dari lo hahaha". Ternyata pesan itu menjadi akhir topik pembicaraan kami, Aksa tidak membalas lagi pesan dariku bahkan dia tidak membacanya. Jujur, saat itu aku menunggu balasan darinya sampai aku ketiduran.
***
Besoknya, saat aku bangun di pagi hari entah kenapa aku langsung mencari ponselku. Ah, itu bukan kebiasaanku. Aku membuka ponselku itu, ada notifikasi baru tapi itu bukan balasan dari Aksa melainkan hanya group kelas. Aku sedikit memiringkan bibirku dan berpikir bagaimana mungkin aku menunggu balasan darinya, lagi lagi Aksa menjadi bagian dari intuisi pagi hari itu.
Aku meminta kakakku untuk berangkat jangan terlalu pagi karena aku bosan menunggu di kelas sampai teman-temanku datang. Karena jam masuk kerja kakakku sama seperti murid sekolah yaitu jam 7 pagi makanya dia mengikuti saja apa mauku.
***
Ketika aku sampai di sekolah, ternyata sudah ada beberapa orang di kelasku. Kemudian aku langsung duduk, berniat membaca novel yang aku pinjam dari Alfie. Belum sempat kubaca tadi malam karena selain gak tertarik untuk membaca, novelnya tertinggal di bawah meja. Ketika aku meraih novel yang ada di bawah meja itu, aku menemukan 2 buah kotak susu UHT masih dalam kantong keresek. Saat kubuka, aku menemukan post it yang tertempel dari salah satu susu itu, isinya :
'Alena, kalo lo masih bayi mungkin lo bener. Lo tau kan bayi suka minum susu? Makanya gue kasih lo susu, siapa tau lo beneran jadi lucu. Hahaha'
KAMU SEDANG MEMBACA
Spekulasi
Teen FictionAlena seorang gadis SMA yang kehidupannya normal, kemudian berubah penuh spekulasi setelah bertemu dengan seorang lelaki bernama Aksa. Berbagai rangkaian kejadian pun terus terjadi sehingga membuat mereka semakin dekat. 'Tidak ada yang pernah membe...