Tidak mudah menjadi miskin. Hidup dalam keterbatasan adalah mimpi buruk setiap orang. Bahkan seseorang harus menahan seleranya, menahan keinginan untuk memiliki baju yang bagus. Nila merupakan cerminan seorang anak yang penurut. Dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Sebagai anak tertua dari empat bersaudara, dia memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Bahkan dia tidak bisa menikmati gajinya, karena dia adalah tulang punggung yang begitu diharapkan menghidupi keluarganya.
Saat ini Nila tengah berada di kereta api. Perjalanan menuju Jakarta terasa melelahkan. Nila menatap pemandangan di luar, dia merenungi diri, selalu saja, nasib tidak berpihak kepadanya.
"Aku hanya perlu berjuang dan tidak menyerah," gumam Nila kepada dirinya sendiri, menguatkan.
Terbayang wajah Ervan di pelupuk matanya. Wajah pria itu membuat dia bersemangat. Dia tidak bisa memungkiri bahwa hatinya sudah tertawan oleh pria itu. Nila tahu pasti dia akan terluka. Mengharapkan hubungan yang lebih dengan pria itu hanya akan memberikan kecewaan yang teramat dalam pada dirinya. Tapi Nila hanya ingin menikmati perasaan ini sesaat saja. Walaupun kemudian hari perasaan itu harus direnggutkan oleh kenyataan. Pria itu bukanlah miliknya. Dan perasaan ini adalah miliknya sendiri.
Nila kemudian memeluk tasnya. Mendekap benda itu dengan erat. Matanya terasa berat. Wanita cantik itu menutup mulutnya, dia menguap.
***
Nila sampai di rumah jam 04.00 sore. Hal yang pertama yang ditemukannya adalah tatapan tajam dari Ervan. Pria itu memindainya dengan tatapan murka. Lengannya yang kekar itu bersedekap di depan dada."Apakah kau sudah lupa dengan aturan di rumah ini?" tanya Ervan dingin.
"Maaf, aku terlambat, tadi terjebak kemacetan."
Nila menunduk. Dia berusaha menghindari tatapan Ervan. Nila berusaha menetralkan dadanya yang bergemuruh. Beberapa jam berpisah dengan pria itu, sukses membuat dia merasakan rindu. Dia tahu hatinya sudah tidak tertolong.
Mendengar jawaban Nila, Ervan kemudian masuk ke dalam rumah setelah mendengkus. Nila tak berdaya, dia hanya mengikuti pria itu dari belakang.
"Siapkan aku segelas wine," begitu kata Ervan, membuat Nila mengerutkan keningnya.
Selama ini Ervan sama sekali tidak pernah bergantung kepada alkohol. Kenapa sekarang tiba-tiba pria itu memintanya?
"Maaf, minuman keras, tidak bagus untuk dirimu."
Mendengar itu langkah Ervan berhenti dan sukses membuat kening Nila bertabrakan dengan punggungnya.
"Aku sedang tidak meminta pendapatmu, aku hanya memberikan perintah, layaknya atasan kepada bawahan, kau paham?"
Tiba-tiba saja bunga yang bermekaran di dalam dada Nila rontok dan gugur begitu saja.
***
Yang mau baca lebih dulu bisa Di karya karsa, susah tamat .
Update di Wattpad satu kali seminggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Pernikahan
RomanceJadwal Update setiap SELASA Nila ingin menikah hanya sekali dalam hidupnya. Akan tetapi, takdir malah menyatukan dia dengan pria sakit jiwa yang memiliki trauma masa lampau. Demi apa? tentu saja uang, Nila tak berdaya dengan rentenir yang terus saja...