Hana melepas kacamatanya saat melihat siluet Haruto berdiri berhadapan dengan ayahnya. Pandangan gadis itu terpaku pada kedua pria yg terlihat sangat akrab itu, bahkan mereka tertawa bersama membicarakan hal yg sama sekali Hana tidak ketahui.
Gadis itu kembali memasang kaca matanya, berjalan melewati lobi seperti biasanya. Tak peduli orang orang memperhatikannya. Dia hanya penasaran dengan apa yg ayah dan menantunya sedang menggosip apa.
"Hana? Kau bisa rumah stylemu" Ayah terkekeh.
Memang ada apa dengan style nya? Gadis ini suka warna dominan hitam, lagipula tak masalah jika dia menggunakan setelan jas ke kantor kan? Haruto hanya tersenyum melihat Hana yg sedang mengoreksi dirinya sendiri.
"Lepaskan ini, apa kantor ayah terlihat sangat berkilau?"
Hana menghela napas, menuruti mau ayahnya.
"Kau sudah selesai dengan acaramu pagi ini? Sampai tidak berangkat bersama dengan suamimu?"
Hana melirik pada Haruto. Sepertinya pria itu baru saja mengarang sebuah dongeng untuk diperkenalkan pada sang ayah.
"Ah, tentu! Aku siap bekerja hari ini"
"Tidak, siapa yg menyuruhmu bekerja"
"Ayah kan? Setelah lulus kuliah kau akan meneruskan perusahan ayah, itu kan yg ayah katakan?"
Ayah menepuk pundak Hana.
"Sekarang sudah tidak!"
"Kenapa?!" Kejutnya, gadis itu bahkan menatap tidak percaya. Apa perubahannya akan secepat ini?
"Katanya kau hamil, ah ayah tidak sabar menimang cucu"
"Hamil?!"
"Lo gila apa gimana sih?!"
Haruto hanya melirik, pria itu lebih memilih meneruskan pekerjaannya di laptop dari pada mengurusi istrinya yg sejak masuk ke ruangannya mengomel.
"Lo pembohong tau ngga, itu artinya lo bakal ngebohongin satu dunia!"
Kali ini pria itu menghela napas.
"Gue ngga mau lo kerja"
"Alesan klasik apa sih? Otak lo udang apa gimana ya? Lo bisa cari cara lain atau bilang sesuatu yg lain, kenapa harus hamil?!"
Suara ketukan pintu membuat mereka berdua berbalik. Bunda dan Eunna baru saja membuka pintu itu, membawa sekotak makan siang untuk Haruto.
"Ada Hana? Maaf ya bunda jadi ganggu kalian"
"Oh? Engga bunda" ucap Hana manis.
Haruto hanya menggelengkan kepalanya pelan. Bagaimana bisa dia mengubah mimik wajahnya secepat itu? Dia punya berapa karakter sih di dunia ini?
"Hallo, Eunna"
"Ayo salam sama aunty"
"Manis banget"
"Bunda ngapain susah susah kesini? Tadi naik apa?" Tanya Haruto sambil melanjutkan pekerjaannya.
"Naik bus, lagi pula bunda bosen dirumah. Airi kan lagi ada tour di sekolahnya"
"Pulang kapan dia?"
"Besok, kalo besok bunda ada waktu buat jemput dia. Jadi Eunna bisa jalan jalan lagi"
"Besok Haru anter"
"Ngga usah ah, kamu kan sibuk"
"Hana aja yg anter ya, Eunna" selah Hana sambil mengusap pipi Eunna gemas.
Bunda terkekeh.
"Ngga usah, aku aja" celah Haruto.
"Aku aja!" Kekeh Hana.
"Udah, ngga usah" kali ini Bunda tertawa melihat Hana dan Haruto beradu.
"Hana besok free, kita jalan jalan ke mall ya? Eunna mau?"
"Mau" ucapnya pelan. Gadis itu sepertinya sudah hampir terbiasa dengan kecerewetan auntynya. Walau malu malu, Eunna ternyata juga suka dengan Hana. Karena keceriaannya membuat Eunna ingin terus tersenyum, walau dia sembunyikan sesekali.
"Oke! Besok kita jalan jalan" Hana mengendong Eunna. Membawanya ke sofa untuk duduk berdua. Sementara Bunda hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
"Bunda denger Hana udah hamil, padahal kayanya belum ada satu bulan pernikahan kalian" ucap Bunda pada Haruto.
Haruto menatap Hana yg masih asik bicara dengan Eunna. Mana bisa dia membohongi bundanya? Lagi pula kenapa ayah Hana cepat sekali memberi informasi itu pada bundanya?
"Ah, ternyata cuma mual biasa, bun. Aku kira beneran hamil"
"Oh mual biasa ya?"
Haruto mengangguk.
"Tapi kalian ngga nunda kan?"
"Haru sebenernya,"
Bunda menepuk pundak Haruto. Bukankah dia sadar dengan keadaan anaknya saat ini? Bunda tersenyum saat Haruto mendongak.
"Bunda tau, tapi jangan kecewakan keluarga Choi" kali ini bunda mengusap rambut Haruto.
"Bunda bakal bilang kalo cuma mual biasa, ngga usah khawatir"
"Maaf, bunda"
"Ngga papa, nanti juga terbiasa" bunda menatap Hana. Gadis itu lebih cerita saat bermain dengan Eunna.
"Liat deh, bandingin sama Nara"
Haruto mengikuti perkatakan Bunda.
"Bunda tau banget sifat dia, dingin dan ambisius"
"Tau dari mana?"
"Orang dalem"
Haruto terkekeh.
"Deketin dia, pelan pelan aja. Justru kalo kamu bisa buat Hana jatuh cinta, kamu berhak dapet penghargaan special di dunia ini"
"Penghargaan apa?"
Bunda menoleh seakan berpikir sesuatu "penghargaan telah sukses menaklukkan kutup selatan, karena kamu kutup utaranya"
Haruto kembali terkekeh. Ini yg dia suka saat bicara dengan bunda. Tidak terlalu serius tapi selalu punya inti yg sukses membuat Haruto berpikir.
"Bawa Eunna aja sana, itu bisa jadi alesan kamu kalo di tanya kapan punya anak"