limabelas

64 7 0
                                    

"Selera abang gue jelek banget"

Haruto hanya terkekeh. Mereka memutuskan untuk keluar bioskop setelah setengah perjalanan film hanya rasa bosan yg hadir. Mengelilingi mall yg tidak ada di acara malam ini. Tapi sepertinya tidak ada pilihan lain.

"Mau kemana?"

"Udah lama ngga belanja di KKV"

Hana tersenyum, dia ingat saat dia sering sekali di ajak Junky berbelanja di tempat ini. Walau hanya sekedar membeli sheetmask atau parfum yg setiap hari Hana ingin coba aromanya.

"Beli apa?"

"Eyeshadow pallete?"

"Ambil aja, lo suka yg mana?"

Hana menunjuk salah satu yg belum dia punya. Semenjak kematian Junkyu, gadis ini jadi jarang menggunakan riasan yg mencolok. Tapi sekarang, sepertinya dia akan mencobanya. Untuk berusaha terlepas juga dari bayangan masa lalu. Lagi pula Hana juga berhak bahagia dengan warna hidupnya yg baru kan?

"Boleh"

"Menurut lo yg pink atau biru?"

"Biru" Haruto menunjuk panci yg baru saja Hana ambil.

Setelah mengambil apa yg dia inginkan, juga membayar semua dengan uang Haruto. Mereka memilih makan sushi, makanan yg entah sudah berapa lama Hana tidak makan lagi.

"Mau?"

Hana menyuapi Haruto sebelum pria itu mengangguk.

"Em,"

Haruto menoleh.

"Besok,"

"Eo?"

"Hari ulang tahunnya Junkyu, gue mau ke tempat dia"

"Boleh"

Hana menghela napas. Sudah hampir semenjak pernikahan itu, Hana jadi jarang datang ke makam Junkyu. Padahal jika di bilang jauh pun tidak, hanya saja Hana ingin pelan pelan tidak lagi terjun pada jatuh cintanya dimasa lalu. Dia juga ingin hidup layaknya wanita pada umumnya. Tidak melihat pada masa lalu yg sudah tidak lagi hidup.

"Gue temenin?"

"Ngga usah, lo kan si,"

"Enggak, biar gue temenin ya"

Hana meletakkan sebuket bunga yg di pesan Haruro pagi pagi sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana meletakkan sebuket bunga yg di pesan Haruro pagi pagi sekali. Pria itu mendadak tidak jadi mengantar karena ada client penting hari ini. Bahkan setelah dia pulang dari Belanda untuk pekerjaan sekalipun, dia tetap tidak punya waktu istirahat untuk hal lain disini.

Tapi tidak masalah. Buktinya Hana ada di hadapan Junkyu dengan selamat. Gadis itu membersihkan makam yg entah sudah lebih dulu dibersihkan siapa. Ada beberapa bunga dan segelas air di atasnya.

"Bunda ya? Terakhir kali kita ketemu di nikahan gue, Jun. Sekarang mereka udah balik ke Jepang, jadi gue belom ketemu lagi"

Hana mengusap nisan itu.

"Hubungan gue sama Haru lebih completed dari hubungan kita dulu, yah beda ya kalo gue bandingin sama dulu. Gue lebih suka sama lo"

"..."

"Walaupun sama Haruto ngga buruk buruk banget sih"

"..."

"Juna, gue kangen sama lo. Gue selalu doain lo yg terbaik, supaya lo bahagia di atas sana walaupun tanpa gue, walaupun lo ngebawa janji kita buat nikah ke langit"

"..."

"Gue ngga marah kok, cuma kesel dikit" Hana terkekeh.

"Andai aja, ah udahlah ya? Gue kesini sebenernya mau minta ijin sama lo, Jun"

"..."

"Sekian lama setelah pernikahan gue, gue akan berusaha buka hati ini buat selain lo. Boleh ngga kalo gue jatuh cinta sama Haruto?"

Hana menghela napas panjang.

"Ahh percumah juga"

Tidak ada untungnya juga dia bertanya pada sesuatu yg tidak bisa menjawabnya. Gadis itu memilih beranjak, meninggalkan tempat itu sebelum malah melantur kemana mana. Lagipula dia harus ke rumah Bunda juga, jadi dia tidak akan membuang banyak waktunya hanya untuk bicara dengan gundukan tanah. Walau dia sangat merindukan Junkyu.

"Dari mana, dek?"

Hana membasuh tangannya dengan air keran  yg ada di taman. Gadis itu tersenyum melihat Bunda yg baru saja keluar karena mungkin mobilnya memberi kode untuknya keluar.

"Ketemu Juna"

Bunda merangkul Hana. Kedua wanita itu melangkah masuk ke dalam rumah.

"Gimana hubungan kamu sama Watanabe?"

Hana terkekeh "kenapa sih bunda sama ayah suka banget panggil dia pake nama itu?"

"Namanya ganteng tauk, berasa keren aja ngeliatnya"

Hana tertawa, memegang tangan Bunda sambil mengusapnya pelan.

"Baik kok"

"Bagus deh kalo gitu, terus kapan rencananya mau punya anak?"

Hana hanya diam menatap Bunda dengan tatapan berharapnya.

"Kenapa?"

"Hana,"

"Kamu masih kesel karena bunda sama ayah jodohin kamu? Atau perkata ayah ngga ngebolehin kamu kerja di kantor dia?"

"..."

"Atau Juna?"

"Bunda, Hana ngga mikir semua itu kok. Tapi Hana cuma belum siap aj,"

"Sampai kapanpun kamu ngga akan siap, kamu ngga akan pernah bisa lupain Juna. Bunda juga gitu, Hana" Bunda melepas rangkulannya dan mengusap punggung tangan Hana.

"Tapi dunia berputar bersama waktu, kita ngga bisa terus terjebak dimasa lalu, karena kita lagi ada di masa kini"

"Bunda, Hana ngga mikirin Juna"

"Kamu ngga suka sama Watanabe?"

"Bun" Hana menghela napas lemah.

"Bunda cuma ngga mau kamu gini terus, bunda pengen kamu melanjutkan hidup seperti orang lain. Bukan karena Bunda merasa bersalah sama keluarga Watanabe"

Hana menatap bunda dengan mata yg berkaca. Gadis itu sama sekali tidak bisa berkata kata lagi.

"Hana, maaf kalau bunda memaksa kamu menikah dengan Haruto. Tapi semua demi kebaikan kamu"

𝑻𝒓𝒂𝒗𝒊𝒔 - Haruto (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang