sembilan

69 4 0
                                    

Hana mengintip Haruto dari celah pintu. Dia sebenarnya ingin menyuruh Haruto sarapan, tapi sepertinya pria itu sudah makan lebih dulu. Ada mangkuk bekas makan di atas meja dan Haruto yg sedang minum obat?

Dia sakit?

Semenjak pulang dari Jepang, liburan yg sama sekali tidak menyenangkan bagi Hana. Pria itu memang sempat flu, tapi Hana hanya diam saja karena pria itu juga tidak pernah mengeluh atau bicara dengannya.

Tepat jam 9 malam, Hana menutup pintu kamar Haruto setelah melihatnya terlelap. Mungkin besok pagi sudah sembuh, Hana tidak perlu khawatir. Lagi pula Haruto bisa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuannya kan?

Hana menghela napas.

Banyak hal yg dia pikirkan akhir akhir ini. Tentang Junkyu atau bahkan Nara. Gadis itu selalu saja muncul disetiap lamunannya. Tentang masa lalu ataupun masa dimana dia sudah bersama Haruto.

Hana menarik botol wine yg sempat dia ambil di laci bawah dapur. Tanpa ragu, gadis itu membuka dan menegaknya langsung dari botol itu.

Haruskah dia menyibukkan diri di kantor ayah agar pikiran ini tidak pernah kembali lagi? Bahkan rasanya kepala Hana ingin pecah saat ini juga. Karena memikirkan hal hal yg sebenarnya bisa di katakan tidak penting.

Hana mengabaikan banyak panggilan telfon. Bahkan dia sampai tidak sadar karena dua botol wine yg hampir habis di genggamannya.

"Gila" desisnya.

Gadis itu terlelap tepat saat jam menunjukkan pukul 12 malam, diatas pantry yg dingin.

Gadis itu terlelap tepat saat jam menunjukkan pukul 12 malam, diatas pantry yg dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruto terkejut menatap keadaan Hana yg mengenaskan. Gadis itu bahkan masih memakai pakaian yg terakhir kali dia lihat kemarin. Tertidur di meja pantry ditemani dua botol wine.

Apa dia gila?

"Lo gila?"

Hana membuka matanya, perlahan gadis itu mendongak dengan manik merahnya. Mengela napas panjang sampai Haruto mengibaskan tangannya tepat didepan wajahnya.

"Bau, bego!"

Hana menarik kembali botol itu, meminumnya tepat dihadapan Haruto. Pria itu tidak melarang, bahkan dia memilih diam memperhatikan Hana yg sudah mabuk berat.

"Semenjak lo tinggal sama gue, ngga ada hal yg perlu lo pikirin"

"Diem lo" ucapnya pelan.

"Udah!" Haruto menarik paksa botol itu. Membuat Hana berdecak kesal.

"Kenapa sih lo?"

"Gue tuh capek, siniin ngga?!"

"Enggak" Haruto meletakkan botol itu ke wastafel, menutupinya dengan tubuh menghadap Hana. Gadis yg menatapnya dengan wajah lemah, dia mabuk.

Haruto terkekeh. Bukankah Hana menggemaskan? Ini kali pertama Haruto melihat Hana mabuk. Gadis itu terlihat tidak handal dengan alkohol. Rambutnya yg berantakan, matanya yg menyipit, bibirnya yg kering, dan tidak lupa kancing bajunya yg terbuka dibagian paling atas.

Bukankah dia sexy?

Haruto mengalihkan pandangannya. Apa yg baru saja dia pikirkan? Ah, Haruto lupa jika dia bangun untuk mengambil air mineral.

"Panas ya?"

Haruto hanya diam, dia lebih memilih mengambil apa yg dia inginkan dari pada menanggapi Hana yg sudah mulai melantur.

"Lo ngga kepanasan pake hoodie gitu, Jun?"

Haruto membeku.

Jun?

"Juna suka pake hoodie! Kenapa lo ikut ikutan sih?"

Haruto kali ini berbalik. Menatap Hana yg berusaha membuka matanya denan lebar.

"Lepas, lepasin" Hana berdiri, gadis itu memaksa Haruto melepas Hoodie hitam yg dia gunakan.

"Han, mending lo,"

"Jangan pake hoodie!"

Jadi, Hana masih sadar? Gadis itu memukul lengan Haruto dengan keras, menitihkan air matanya begitu saja.

"Ngapain sih nangis segala?"

"Lo mirip banget sama Junkyu" Hana melemah, gadis itu bahkan mengusap pipi Haruto dengan lembut.

"Ayo masuk"

"Ngga mau!"

Haruto menarik tangan Hana. Membawanya kegendongan, walau gadis itu sering sekali melawan. Tapi Haruto lebih kuat untuk membawa Hana segera. Dia tidak mungkin meninggalkan gadis itu sendirian di pantry. Bahkan dia bisa demam jika berlama lama di tempat ini, Haruto jelas tidak mau hal yg sama terulang lagi seperti kala itu

"Kenapa sih gue selalu lihat Junkyu di muka lo?"

"Terserah lo"

Hana memejamkan matanya, meletakkan dagunya pada pundak Haruto. Sesekali menghela napas panjang karena rasa panggar tiba tiba menjalar di kepalanya.

"Wangi lo juga sama kaya dia" Hana menghirup aroma maskulin di leher Haruto. Hana memang mabuk, bahkan dengan berani gadis itu mengusapkan hidungnya pada tengkuk leher Haruto. Membuat pria itu berhenti melangkah.

"Kenapa ngga sekalian dibibir aja?"

Hana menoleh dengan mata sipit "Junkyu juga pernah bilang gitu ke gue"

Haruto menghela napas. Harus berapa lama lagi Hana membicarakan Junkyu padanya?

"Tapi bedanya lo ngga ngejatuhin gue ke lantai kaya Junkyu. Emang ngga sopan ya? Kan cuma mau nyium parfum aja!" Kesalnya tiba tiba.

Haruto meletakkan Hana ke ranjang, lantas berlutut pada gadis itu.

"Hana?"

"Hm?"

"Junkyu bener, ngga sopan nyium leher orang"

"Kenapa?"

"Lo nanti juga tau, jadi jangan tanya sama gue"

Hana mendegus "kenapa ngga dikasih tau?!"

"Nanti lo tau sendiri, jadi jangan ngeyel deh!"

"Kenapa harus nanti?! Kan sekarang bisa!"

"Emang lo mau?"

"Mau apa? Gue cuma pengen tau kenapa ngga sopan nyium aroma parfum orang. Lagian kan,"

Haruto menarik tubuh Hana mendekat. Sebenarnya pria itu malas berhadapan dengan orang mabuk. Bau alkohol yg menyengat dari tubuh Hana bahkan membuat pusingnya kembali lagi.

"Cuma pengan, tau" gugupnya.

"Ya udah sini gue kasih tau"

"Kan bisa jauhan,"

Haruto menarik tubuh Hana jauh lebih dekat. Membawa wajahnya ke perpotongan leher jenjang Hana. Pria itu menghirup aroma vanilka yg sedikit bercampur dengan aroma wine. Sedikit membuatnya pusing tapi masih bisa di toleransi. Haruro menempelkan hidungnya tepat di tengkuk leher, menghirup pelan aroma vanilla yg lebih pekat dari sebelumnya.

"To," desisnya.

Hana berusaha mendorong tubuh Haruto, tapi pria itu justru menariknya kembali.

Serasa ada beribu kupu kupu yg terang di perut Hana. Kedua telinga gadis itu bahkan terasa sangat panas karena Haruto baru saja menimbulkan gigitan kecil di lehernya.

"Nghh, To"

Haruto membeku.

Apa yg dia lakukan?

𝑻𝒓𝒂𝒗𝒊𝒔 - Haruto (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang