"Sekarang udah berani nunjukin rokoknya?"
Hana menatap sebungkus rokok di atas meja kerja Haruto. Baru saja pulang bekerja, tapi sepertinya pria itu sudah mengundang keributan dimalam ini.
"Siapa suruh lo minta gue lebih deket sama lo"
"Oh jadi salah gue?!"
"Iya"
"Travis!"
Haruto terkekeh, pria itu mendekat untuk memeluk Hana. Tapi lebih dulu di tolak mentah mentah dengan wajah kesal khas Hana.
"Jauh jauh! Bau rokok tau ngga?"
Haruto mendegus, "orang udah lama nyebatnya"
"Ngga mau, gue pindah kamar aja"
"Ey"
Hana kembali berbalik saat tubuhnya refleks ingin keluar kamar Haruto. Gadis itu terkekeh, dia baru ingat kalau kunci kamar yg selama ini dia tempati sudah disimpan Haruto.
Ya, pria itu memaksa Hana untuk tidur berdua dengannya. Bukan atas dasar saling mau, tapi hanya karena pendekatan yg mereka berdua saling rencanakan.
"Gue udah mandi, lagian udah ngga mau ah"
"Mana coba gue cium" Hana mendekat kembali.
Namun pria itu sepertinya sudah lebih handal. Haruto justru mendekatkan bibirnya tepat di bibir Hana. Walau tanpa gadis itu sadari kecupan singkat mendarat begitu saja.
"Travis!"
"You can call me Haruto, Babe" Haruto terkekeh lagi.
"Ngga mau, jauh jauh! Masih mau rokok!"
"Ngga ada" Haruto menarik Hana kepelukannya. Bahkan mengukung tubuh itu walau sedikit perlawanan yg Hana tidak bisa tangani sendiri.
"Ruto!" Rengeknya.
"Besok weekend, mau main ngga?"
Hana menggeleng.
"Kenapa?" Kesalnya.
"Dirumah aja lah, capek"
"Lo ngapain pake ada acara cape segala? Kayanya gue yg kerja full time kenapa lo yg capek?"
Hana tertawa, gadis itu menangkup wajah Haruto yg tirus sambil sesekali menyubit pipinya.
"U tu tu cuami aku kerja full time ya? Iya?"
"Ah! Bener bener lo!" Ucapnya sambil terkekeh.
"Lagian siapa suruh gue ngga boleh kerja?"
"Han?"
"Hm?"
"Menurut gue ini apresiasi dari gue karena lo udah berjuang begitu keras jadi wanita. Lo berhak mendapatkan hadiah ini, karena cuma ini yg gue bisa kasih sama lo"
"..."
"Terima kasih udah mau bertahan sampai titik ini dan terima kasih juga, karena lo udah mau ada di samping gue"
"Ih so sweet banget suami aku" kali ini Hana mencubit hidung mancung Haruto.
"Makasih ya, ayang"
Haruto tersenyum malu. Bahkan telinganya sudah merah kepanasan karena ucapan Hana yg sebenarnya juga Haruro sendiri yg memulai.
"Tapi kalo gini terus gue bisa mati kebosenan karena ngga ngapa ngapain di rumah lo!"
Haruto terkekeh, mengecup bibir Hana kembali tanpa penolakan "lo bisa ngelakuin apapun yg lo mau, gue kan ngga larang selain kerja"