Haruto mendongak saat suara pintu mengalihkannya dari pandangan pada ponsel. Hanya Hana dengan tundukan dan wajah pucat yg dia lihat saat ini.
"Dari mana aja?" Beratnya.
"Rumah temen"
"Sejak kapan lo punya temen disini?"
Hana mendongak tepat saat Haruto ada dihadapannya. Manik mereka bertemu. Haruto bisa melihat jelas wajah Hana yg lemah dan sayu. Gadis itu sakit lagi?
"Dari mana? Ayo jawab jujur"
"Dari tempat bunda"
"Bener?"
Hana mengangguk.
"Kenapa?" Lirih Haruto.
"Bunda sakit" kali ini Hana menghela napas panjang, bertepatan saat air mata tiba tiba menetes begitu saja dari pelupuk mata Hana. Haruto meraih tubuh Hana yg perlahan mendekat kepelukannya. Gadis itu benar benar sedang lemah sekarang, bahkan suhu tubuhnya naik.
"Lo juga sakit"
"Jangan bilang bunda"
"Iya, kita ke kamar ya?"
Hana menggeleng, membalas pelukan Haruto tanpa ragu. Gadis itu terus menitihkan air matanya. Rasa pusing sekaligus mual dari perutnya membuat Hana kesal. Sebenarnya dia tidak ingin merasakan ini, tapi apa boleh buat? Sepertinya dia terlalu memikirkan banyak hal akhir akhir ini, sampai membuatnya tersiksa.
"Ngga tau kenapa, To. Kalo bunda sakit gue jadi ikutan sakit"
"Engga, kita ke kamar gue aja yg lebih luas"
"To, gue mual"
Haruto melepas pelukannya, membawa gadis itu ke gendongan untuk segera masuk.
"Mulai besok, jangan mikirin omongan orang dan ngebiarin itu di pikiran lo"
Hana memejamkan matanya, meletakkan dagu pada leher Haruto.
"Karena ada gue yg siap dengerin semua ocehan dan keluh kesah dari lo"