part6

3.1K 263 10
                                    

Beruntung pagi itu Ten juga tidak datang ke apartemennya, setelah percobaannya tadi digagalkan seseorang yang bahkan bisa tahu jika dirinya saat ini tengah mengandung membuat Taeyong memutar otak, memikirkan bagaimana caranya dia bisa bunuh diri lagi.

Sungguh pikiran Taeyong saat ini sangat kalut dan bingung, dia tidak punya tempat untuk cerita sebenarnya dia bisa saja menceritakan semua kekalutan dan kebingungannya pada Ten hanya saja dia tidak mau merepotkan sahabat baiknya itu yang setiap saat dulu selalu dia repotkan. Terlebih jika Ten tahu, dia yakin emosinya akan meledak-ledak dan marah pada Jaehyun semuanya akan bertambah rumit.

Malam ini Taeyong memutuskan untuk menyelesaikan semuanya, dia meraih pisau dapurnya dan ya dia memang berniat untuk bunuh diri dari lama.

Alasannya tentu karena Jaehyun tidak menginginkan anaknya, kedua dia tidak mau terjadi pertumpahan darah karena kehamilan dan kelahiran anaknya, dan ketiga dia tidak mau anaknya bernasib buruk di masa depan seperti di mimpinya.

Taeyong sudah memutuskan semuanya dengan baik, lagipula hidupnya tidak berguna juga dan sudah dari lama dia memang menginginkan kematian hanya saja karena kehadiran Ten dia menjadi lupa tujuannya untuk bunuh diri tapi sekarang situasinya berbeda. Jika dia tetap mempertahankan anaknya, anaknya akan dipandang rendah dan hina. Tidak, dia tidak bisa membayangkan anaknya akan bernasib buruk sama sepertinya, jadi menurutnya kematiannya itu lebih baik dari segalanya.

Taeyong menggores pisau dapur yang sangat tajam itu di pergelangan tangannya, menahan sakitnya yang teramat sakit lalu darah pun mengucur begitu deras dengan begini dia akan menunggu kematiannya karena kehabisan darah.

"Maafkan bubu sayang, maaf bubu tidak memberikanmu kesempatan untuk hidup dan melihat dunia ini. Maafkan bubu, jika kau tetap di dunia ini bersama bubu, kau akan selalu merasakan penderitaan terlebih daddymu tidak menerimamu, maafkan bubu sayang." ucap Taeyong dengan menangis dan mengusap lembut perutnya yang sedikit menonjol serta wajahnya yang sangat pucat.

Sedangkan di posisi Jaehyun mendadak perasaannya menjadi sangat gelisah dan tidak nyaman sedari tadi pagi, Jayden juga mengalami hal yang sama tapi sebisa mungkin dia mengalihkan perhatiannya dengan berkas yang menumpuk di mejanya.

Ten datang di apartemen Taeyong di malam harinya, dia merasa bersalah karena tadi pagi tidak bisa datang karena ada urusan mendadak yang harus dia selesaikan dan saat tiba di apartemen Taeyong dia terus memencet bel apartemen Taeyong, biasanya sahabatnya itu akan langsung membuka, 'kan pintunya tanpa harus dia menunggu lama tapi mengapa kali ini sangat berbeda, perasaan Ten jadi tidak enak.

"Taeyong apakah kau di dalam? Buka pintunya Taeyong." teriak Ten dan terus memencet belnya, dia jadi panik apalagi dia tahu jika Taeyong meminta cuti karena masalah kesehatannya lagi. Johnny yang memberitahunya tadi.

"Loh Ten, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Doyoung yang sudah pulang dari bekerja.

"Doyoung, kau juga tinggal di sini? Aku tidak menyangkah dunia sangat sempit, tapi mengapa aku tidak pernah melihatmu padahal aku sering main ke sini." Ten terlihat kaget melihat seseorang yang dia kenal begitu baik ternyata juga tinggal dekat dengan sahabatnya.

Doyoung menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum lucu. "Maaf aku sibuk bekerja. Lalu kenapa kau di sini?"

"Aku mengunjungi temanku, tapi dia sedari tadi tidak membukakan pintunya. Biasanya tidak pernah seperti ini. Aku sangat khawatir, tadi pagi dia meminta untuk cuti karena masalah kesehatan, aku takut dia kenapa-napa karena akhir-akhir ini wajahnya juga terlihat pucat." ucap Ten dengan wajahnya khawatir lalu kembali menggedor pintu apartemen Taeyong dengan kasar.

"Taeyong temanmu?" tanya Doyoung terlihat terkejut dan Ten menganggukkan kepalanya dengan sibuk berteriak memanggil Taeyong. "Buka paksa saja, tidak akan waktu Ten."

My Luna Is Omega ResesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang