part7

3.3K 264 6
                                    

Setelah pembicaraan pagi itu Taeyong tidak bersuara lagi dia jadi banyak diam dan tidak bisa makan karena terus mual, Ten jadi panik dan khawatir terus begitu pun dengan Doyoung yang sebisa mungkin membuat Taeyong untuk makan sedikit.

Sore ini Taeyong sudah terlelap nyaman dalam tidurnya karena efek obat yang dia minum, Ten menghelah napas lelah dan bingung dengan keadaan temannya. Lalu dia keluar dari kamar begitu pun dengan Doyoung yang juga harus bekerja melayani pasiennya jadi Taeyong sendirian di dalam kamar.

Di taman rumah sakit, Ten menghubungi Johnny dan menceritakan semuanya, Johnny tentu saja tidak percaya tapi mendengar matenya yang menangis histeris penuh nada keputusan membuatnya percaya dan segera akan datang menyusul.

Kembali lagi di posisi Taeyong yang tiba-tiba saja dia terbangun dan melihat dirinya yang sendirian, dia dengan cepat bangun mengabaikan rasa pusing yang masih menderanya lalu mencabut paksa infusnya hingga punggung tangannya berdarah, dia tidak peduli.

Tujuan Taeyong tetap satu mati, dia segera keluar dan berlari lalu mencari rooftop untuk bunuh diri lagi.

Tak lama Johnny datang dan langsung menemui Ten yang tadi mengatakan ada di taman rumah sakit. Ten yang melihat alpha dominannya datang langsung masuk ke dalam pelukan Johnny dan menangis lagi di sana.

"Semuanya akan baik-baik saja sayang, percayalah. Jangan menangis lagi ya." ucap Johnny dengan lembut dan menghapus airmatanya.

Ten menganggukkan kepalanya mengerti lalu mengajak Johnny untuk pergi ke ruang rawat inap Taeyong tapi saat tiba di sana Ten mendadak berubah panik saat ruangan Taeyong yang kosong dengan infus yang tercabut.

"Kita harus segera mencari Taeyong, Johnny dia bisa melakukan bunuh diri lagi." Ten sangat panik dan bingung seketika.

"Ten, tenanglah. Kita akan mencari bersama-sama." Johnny berusaha membuat matenya tenang dan berpikir keras tempat yang menurutnya cocok untuk bunuh diri hingga dia menyadari sesuatu. "Kita pergi rooftop."

Johnny langsung menggandeng tangan matenya, Ten menghubungi Doyoung yang beruntung diangkat dan mengatakan dia harus pergi ke rooftop karena Taeyong tidak ada di kamar dan kemungkinan besar dia akan bunuh diri lagi.

Mereka berlari sampai napas mereka terengah-engah dan benar saja mereka menemukan Taeyong yang sudah berdiri di pinggir pembatas dengan menangis.

"Taeyong berhenti jangan lakukan hal itu." teriak Ten reflek dan ikut menangis juga.

"Maafkan aku Ten, aku harus melakukan hal ini." ucap Taeyong dengan nada suaranya yang parau.

"Kenapa Taeyong? Aku mohon jangan lakukan hal ini kita akan cari solusinya seperti ucapanku tadi pagi." ucap Ten dengan menangis dan Doyoung akhirnya datang. "Jadi ayo turun ya."

"Tidak bisa Ten..."

"Kenapa tidak bisa? Jangan bunuh diri Taeyong kumohon, kau bisa membunuh dirimu dan bayi yang kau kandung, Taeyong. Baiklah jika kau tidak mau bertemu dengan Jaehyun, kita bisa merawat anakmu dengan bersama-sama bukan, 'kah itu solusi yang baik." Ten mencoba terus berbicara pada Taeyong sedangkan Johnny dan Doyoung mencoba untuk mendekatinya dari belakang.

"Kau tidak mengerti apapun tentang diriku Ten, anak ini tidak diinginkan oleh ayahnya dan yang terpenting anak ini tidak boleh lahir!" Taeyong terbawa emosi dan Ten terlihat terkejut.

"Apa maksudmu, mengapa anakmu tidak boleh lahir? Kau harus menjelaskannya padaku agar aku tahu permasalahanmu dan mengerti posisinya Taeyongie." Ten terlihat bingung dan penasaran juga.

"Jika...jika aku tetap mengandung anak ini maka akan ada pertumpahan darah lalu nasib anakku di masa depan tidak akan baik, dia akan terlahir cacat tidak bisa berbicara. Aku tidak bisa melihatnya menderita, ini bukan perkara tentang aku yang tidak menginginkan anak ini ataupun Jaehyun yang menolaknya, aku hanya takut bayangan mimpiku menjadi nyata Ten, aku sangat takut." Taeyong menangis dan mengatakan seluruh isi hatinya yang di mana membuat ketiga orang yang berada di sana terlihat terkejut bukan main.

My Luna Is Omega ResesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang