IO 10

395 46 2
                                    

Hari itu Charan mendatangi apartemen Kanin.
Ketika Kanin membuka pintu dan dia melihat Charan yang datang, Kanin segera akan menutupnya kembali, namun Charan mendorong pintu itu hingga terbuka dan masuk ke dalam.

"Pergilah, Phi." teriak Kanin.

"Tidak. Kita harus bicarakan soal ini. Sekarang ini bukan hanya tentang kita, tapi ada anak yang dipertaruhkan, dan aku tak akan pernah membiarkanmu menyakiti anakku." ujar Charan.

"Anak yang kukandung bukan anakmu. Dia hanya anakku." bentak Kanin.

Wajah Charan memerah pertanda marahnya meluap.

"Kau harus menjelaskan padaku, apa kesalahan yang sudah kulakukan. Bagaimana aku akan memperbaikinya jika aku tidak tahu dimana salahku?" ujar Charan.

Kanin menatap mata Charan dengan kemarahan dan kebencian.
Namun Kanin kembali menundukkan kepalanya.
Dia tidak mau rencananya untuk menghancurkan Pentagon akan terbongkar.

"Kalau kau sendiri pun tak tahu dimana salahku. Maka aku menuntutmu untuk ikut dan tinggal bersamaku. Aku tidak mau menanggung resiko terjadi apa2 pada anakku." ujar Charan.

Kanin kembali menatap Charan.

"Aku tidak mau. Aku tidak sudi serumah denganmu." ujar Kanin.

"Baik, kalau begitu aku yang tinggal disini. Kali ini aku tidak akan mengalah padamu Kanin. Ini adalah masalah hidup dan matinya anakku."

"Anakmu, anakmu. Apa segitu perdulinya kau pada anak ini? Apakah kau akan merasakan sakit jika terjadi sesuatu pada anak ini?"

Charan membelalakkan matanya mendengar ancaman dari Kanin.

"Jangan macam2 kau Kanin." ujar Charan.

Dan akhirnya Charan memejamkan matanya dan bersujud pada Kanin dengan airmata yang mulai menetes.

"Kau benar, aku akan merasakan sakit yang amat sangat jika terjadi sesuatu pada anak itu... Karena anak itu adalah anakmu, Kanin. Karena dia anakmu. Anak dari pria yang sangat aku cintai, anak dari pria yang bisa membuatku jatuh cinta. Aku benar2 mencintaimu. Beritahu aku apa salahku agar aku bisa memperbaikinya? Aku mohon." isak Charan.

Kanin melihat Charan yang bersujud dan tertunduk di depannya, seharusnya dia bahagia karena pembunuh orangtuanya akhirnya bersujud di depan kakinya.
Seharusnya dia bahagia bisa membuat pembunuh orangtuanya terlihat seperti ini.

Namun mengapa hatinya sakit melihat wajah Charan yang terlihat begitu lelah dan menderita.

Perlahan Charan mengerakkan lututnya mendekati Kanin dalam keadaan bersujud dan memeluk kaki Kanin, dan Kanin hanya terdiam dan menangis.

"Jika salahku dimatamu begitu besar aku benar2 minta maaf, dan kumohon berikan aku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahanku. Aku berjanji akan menjagamu dan anak kita." isak Charan.

Kanin hanya terdiam dan tidak berkata apa2.
Karena tidak mendapatkan jawaban apa2, Charan berdiri dan menatap wajah Kanin yang masih menangis.

Charan mengulurkan tangannya hendak memegang wajah Kanin namun Charan menghentikan gerakkannya dan mengepalkan tangannya.

"Phi minta maaf, Kanin. Tapi Phi masih cinta pada Kanin. Berikan Phi kesempatan, naa?" ujar Charan yang perlahan memegang tangan Kanin.

Pikiran Kanin sungguh kalut, disatu sisi dia tidak bisa menerima Charan dalam hidupnya, namun di lain sisi, Kanin mengakui kalau dia juga mencintai Charan dan anak yang ada dalam kandungannya.

Kanin benar2 kalut tak tahu apa yang harus dia lakukan.
Tiba2 kepalanya terasa pening dan pandangannya semakin memburam dan akhirnya Kanin terkulai tak sadarkan diri.

Charan membelalakkan matanya melihat Kanin yang melemah dan segera menarik tangan Kanin yang dia pegang dan merangkul pinggangnya.

Charan segera mengangkat tubuh Kanin dan membawanya keluar.
Charan kembali membawa Kanin ke rumah sakit.

Dan dokter mengatakan kalau pingsannya Kanin karena stress yang terlalu berat.
Kanin pun harus menginap di rumah sakit dengan selang infus ditangannya.

"Sudah kubilang tuan, kalau kehamilan tuan Kanin sangat beresiko. Dia harus benar2 tenang dan tidak banyak pikiran." ujar dokter.

Charan merasa sangat bersalah karena telah memaksa Kanin, namun dia juga sangat khawatir kalau2 Kanin melakukan hal yang bodoh seperti mengugurkan kandungannya.

Akhirnya Kanin pun terbangun dan melihat Charan duduk di sofa dan tertidur.
Kanin melihat wajah Charan yang tampak tenang.

Kanin berusaha bangun yang menyebabkan selang infus ditangannya tertarik.

"Awww." teriak Kanin dan melihat pada lengannya.

Charan yang mendengar itu segera terbangun dan berjalan cepat mendekati Kanin dan melihat pada jarum infus di tangan Kanin.

"Kau tidak apa2?" tanya Charan dengan mata yang masih menatap pada jarum ditangan Kanin.

Kanin menatap wajah Charan yang terlihat khawatir padanya.
Wajah Charan begitu dekat dengannya dan terlihat wajahnya yang lembab dan tanda lelah terlihat jelas di kantung matanya.

Akhirnya Kanin memutuskan untuk menyingkirkan sementara dendamnya demi anak yang dia kandung.

.
.
.
TBC
.
.
.
.
.

690

If Only (ZeeNunew)  015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang