IO 13

381 41 2
                                    

"Bagaimana kau bisa berhubungan dengan anak itu?" ujar ayah Charan.

"Bukan itu masalahnya Pho."

"Kau salah, itulah masalahnya. Orang yang menjadi saksi kasus itu membawa2 nama Wang sebagai tersangka. Dan Pho yakin kalau kekasihmu itu sengaja masuk ke dalam kehidupanmu dengan niat membalaskan dendamnya, kau terjebak olehnya nak. Pho tidak tahu siapa pelaku pembunuhan itu, dan Pho tahu nama dari korban adalah Keerati dari berita yang beredar."

Charan menundukkan kepalanya, benar juga kata2 ayahnya kalau Kanin sengaja menjebaknya untuk membalaskan dendamnya pada keluarga Wang.

"Bukan kita pelaku pembunuhan itu, Ran. Ayah pun sekarang sedang menyelidikinya, siapa orang yang menjadi saksi itu." ujar ayah Charan.

"Charan pergi dulu Pho. Sampai nanti." ujar Charan dan berjalan keluar.

Setelah Charan keluar, Ayah Charan merubah raut wajahnya.

"Ternyata di sana anak itu bersembunyi, sialan, aku mencarinya kemana2, ternyata di rumah anakku sendiri." gumam Ayah Charan.

Ayah Charan lalu menelepon seseorang dan menginfokan hal itu.
.

Sementara Charan mencari keberadaan Kanin.
Dia pulang ke rumahnya dan rumah itu dalam keadaan kosong.
Akhirnya Charan mengunjungi apartemen Kanin.

Tok.. Tok.. Tok..

Akhirnya Kanin membukakan pintu.

"Apa lagi yang kau inginkan?" tanya Kanin dengan raut wajah yang sembab dan marah.

"Aku butuh bicara denganmu."

"Sudah tidak ada yang harus kita bicarakan, Phi."

"Ada. Tentang pembunuhan orangtuamu."

Kanin membelalakkan matanya.

"Secepat ini Phi menyadari penyebab kebencianku?"

"Biarkan aku masuk dan kita bicarakan di dalam, ku mohon." ujar Charan.

Kanin menatap wajah Charan dan akhirnya membukakan pintu untuknya.

Setelah Charan menutup pintu, Kanin berdiri di ruang tamu dengan tangan yang melipat di depan dadanya.
Charan pun menghampiri Kanin.

"Apa kau menyangka kalau aku ada hubungannya dengan pembunuhan orangtuamu?"

"Humm. Kalau bukan Phi, maka salah satu dari anggota keluarga Phi."

Kanin menatap tajam pada Charan yang menunduk dan tak lama tertawa pelan.

"Apa itu juga alasan kau mendekati aku? Untuk membalaskan dendammu?" ujar Charan dan menatap mata Kanin dengan matanya yang sudah berair.

"Humm. Aku ingin menghancurkan kau dan keluargamu seperti kalian yang telah menghancurkan keluargaku." ujar Kanin.

Charan pun meneteskan airmata sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Jadi semua yang kita alami dan jalani selama ini, semuanya hanya palsu belaka. Bahkan ketika anak itu terbentuk. Dan semua yang kaukatakan dan lakukan hanyalah kebohongan?" ujar Charan sambil kembali menatap mata Kanin dengan airmata yang mengalir.

"Humm." gumam Kanin dan membalikkan badannya membelakangi Charan lalu menangis.

"Aku minta kejujuranmu sekali ini saja. Apakah pernah... Sedetik saja... Kau mencintaiku?" isak Charan.

Kanin tidak dapat menjawabnya, dia hanya terdiam dan menangis.
Tidak mungkin dia mengatakan kalau dia tidak pernah mencintainya karena saat ini pun Charan adalah satu2nya orang yang ada dihatinya.

"Tidak mungkin aku boleh mencintai orang yang sudah menjadi pembunuh orangtuaku." ujar Kanin.

Hati Charan seakan menghilang, terasa sakit dan perih yang dia rasakan saat ini.
Jantungnya terasa di tusuk2 oleh duri yang tajam.

Charan mengangguk dan berjalan kearah pintu keluar apartemen Kanin.
Saat Charan memegang gagang pintu, Charan membalikkan wajahnya dan melihat punggung Kanin yang membelakanginya.

"Entah apakah aku pantas meminta ini padamu atau tidak, tapi kumohon tolong jaga anak kita. Jangan sakiti dia, dia sama sekali tidak berdosa. Aku berjanji akan menyelidiki kasus ini dan menghukum siapapun pelakunya. Jaga dirimu baik2 dan juga anak kita, Kanin." ujar Charan dan membuka pintu itu lalu berjalan keluar dan menutup pintu.

Setelah Kanin mendengar suara pintu tertutup, Kanin terkulai duduk di lantai dan menangis sejadi2nya.

Hatinya sama sakitnya dengan apa yang di rasakan Charan.
Charan adalah cintanya, ayah dari anak yang dikandungnya.
Kanin menyadari betapa dia mencintai Charan, namun nama dibelakang namanya melarangnya untuk menerima cinta Charan.

Sementara Charan berjalan dengan sisa tenaga di tubuhnya, dia menangis sepanjang perjalanannya menuju lift.

Setelah pintu lift tertutup, tubuh Charan kehilangan seluruh tenaganya dan terkulai duduk di dalam lift.

Saat pintu lift itu terbuka, ada seorang pria yang melihat padanya dengan wajah terkejut.

"Anda baik2 saja, tuan." ujarnya dan memegang lengan Charan dan membantunya berdiri.
Setelah Charan berdiri, Charan menepiskan tangan pria itu dan berjalan menuju mobilnya.

Charan masuk ke dalam mobilnya dan mendengakkan kepalanya pada senderan kepala dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis tersedu2.

.
.
.
TBC
.
.
.
.
.

670

If Only (ZeeNunew)  015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang