IO 15

394 41 4
                                    

Charan menyatukan kedua telapak tangannya dengan jenasah anaknya yang hanya sebesar telapak tangan di atasnya, menuju sebuah lubang di pemakaman.

Tidak ada lagi airmata di matanya, yang terlihat hanya kemarahan dan kebencian.
Tidak ada lagi kesedihan, yang ada hanya dendam yang membara.

Rasa marah dan benci berkecambuk dalam hati Charan setelah melihat jasad anaknya yang terkubur dan pria yang dicintainya terbaring tak berdaya.

Setelah selesai menguburkan anaknya, dengan langkah pasti, Charan pergi ke rumah orangtuanya.

Brak...

Suara pintu yang terbuka dengan kerasnya terdengar menggema ke seluruh rumah keluarga Wang.

Ayah, ibu Charan dan para penjaga yang terkejut segera berlarian menuju pintu depan dan terkejut melihat Charan berdiri di sana dengan wajah yang berapi2.

"Charan apa2an kamu?" teriak ayahnya.

"Ada yang ingin Charan bicarakan secara pribadi dengan ayah." ujar Charan.

"Apa? Apa begini cara kamu meminta orangtuamu sendiri untuk berbicara?" teriak ayah Charan.

"Ya.. Karena ayah sudah membunuh anakku." teriak Charan.

Ayah Charan membelalakkan matanya mendengar itu, dan ibu Charan yang sangat terkejut.

"Ada apa ini?" ujar ibu Charan bingung.

"Bisa kita bicara sekarang...... Pho?" ujar Charan dan masuk ke dalam melewati ayah dan ibunya menuju ruang kerja sang ayah.

Setelah masuk Charan berdiri di depan meja kerja ayahnya.
Ayah Charan pun masuk dan menutup pintu.

"Apa maksudmu bicara seperti itu?" teriak ayah Charan.

"Aku melihat salah satu anak buah Pho di antara orang2 yang menyerang Kanin." ujar Charan dengan wajah yang dingin tanpa ekspresi.

"Kau menuduh Pho?" teriak Pho.

"Orang2 itu datang setelah aku menanyakan pada Pho tentang kekasihku yang anak dari keluarga Keerati, dan juga aku melihat anak buah Pho disana. Apa Charan salah paham pada Pho?" tanya Charan.

Ayah Charan memancarkan kemarahan pada wajahnya.

"Kau lebih memilih dia dibandingkan aku yang sudah membesarkanmu dan membuatmu seperti sekarang?" teriak Pho.

"Itu anakku yang kau bunuh." teriak Charan.

"Atau Pho akan rela jika ada seseorang yang membunuh aku anak Pho?" teriak Charan lagi.

Pho membelalakkan matanya tanda kemarahan.

"Pho sudah tega membunuh orangtua Kanin dan sekarang Pho juga sudah membunuh anaknya. Apa Pho bukan manusia?" ujar Charan yang akhirnya meneteskan airmata.

"Anak itu akan menjadi sumber kehancuran keluarga kita Charan. Pho terpaksa melakukan itu demi kita, demi keluarga Wang." teriak Pho.

"Kanin bukan sumber kehancuran keluarga kita tapi Pho lah yang sudah menghancurkan keluarga kita dan juga Kanin."

"Suruh siapa mereka mengganggu urusan Pho hingga akhirnya memaksa kita untuk membunuh mereka." ujar Pho yang membuat Charan tidak percaya kalau ayahnya yang selalu menjadi kebanggaannya ternyata sebobrok ini.

"Baiklah Pho, tapi Charan peringatkan Pho. Jangan ganggu keluarga Charan, karena Charan akan melakukan apapun untuk melindungi Kanin. Jika Pho ingin membunuh Kanin, Pho harus terlebih dulu membunuh anak Pho sendiri." ujar Charan.

Charan membalikkan badannya dan akan melangkah.

"Pho tidak akan pernah melukaimu, kau tahu itu kan Charan?" ujar Pho.

"Pho sudah membunuhku. Dengan membunuh anakku, Pho juga sudah membunuh anak Pho sendiri. Charan Wang sudah mati." ujar Charan dan melangkahkan kakinya keluar dari kantor ayahnya.

Ayah Charan terduduk di kursi kerjanya dengan wajah yang marah.

"Anak itu, sialan.. Anak itu sudah berhasil menjebak Charan menjadi budaknya. Semua ini tidak bisa dibiarkan. Charan harus kembali padaku." gumam ayah Charan.
.

Charan segera kembali ke rumah sakit dan menemui Kanin yang masih belum sadarkan diri.

Charan masuk ke dalam kamar Kanin dan duduk disampingnya memakai sebuah kursi.

Charan memandang wajah Kanin dan merasa sangat bersalah padanya.
'Apakah dia akan semakin membenciku setelah dia tahu kalau keluargaku telah membunuh anaknya?' pikir Charan.

"Aku akan menerima apapun hukuman yang akan kau berikan Kanin. Aku mencintaimu, aku akan selalu mencintaimu." gumam Charan dan mencium tangan Kanin.

Charan menunduk di tangan Kanin dan meneteskan airmata.

"Maafkan aku, Nin. Maafkan aku." isak Charan.

Perlahan Kanin membuka matanya dan mendesah pelan.
Charan segera menghapus airmatanya dan berlari memanggil dokter.

Seorang dokter segera datang dan memeriksa Kanin.

"Syukurlah kau sudah sadar tuan Kanin." ujar dokter itu.

"Apa yang terjadi?" ujar Kanin dengan nada lemah.

Kanin merasakan sakit di perutnya dan teringat dengan keadaan anaknya.

"Apa anakku baik2 saja dok?" tanya Kanin.

Charan memalingkan wajahnya yang mengeluarkan airmata.
Dan dokter itu menunduk yang di sadari oleh Kanin.

"Anakku baik2 saja kan dok?" tanya Kanin lagi dengan nada yang meninggi.

"Kami mohon maaf tuan. Tapi anak anda tidak dapat kami selamatkan. Kami mohon maaf." ujar dokter itu.

Kanin kembali terbaring dengan wajah marah dan airmata yang mengalir.
Kanin membalikkan wajahnya dan melihat pada Charan.

"Apa mereka berasal dari keluargamu, Charan?" tanya Kanin yang membuat Charan melihat pada Kanin.

.
.
.
TBC
.
.
.
.
.

737

If Only (ZeeNunew)  015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang