Undangan berwarna biru

921 16 0
                                    

"Re.. Bangun .. bangun reeeee.... "

Suara bernada bass membuatku kaget, seketika raga sebelumnya lepas entah kemana di paksa menyatu, berkumpul. Mataku dengan cepat mencari sumber suara

"Apa si yudaaaaaaa "

Tanganku meraba raba benda sekitar, mencari apapun yang bisa kuraih, ku ambil sekenanya dan melemparkan ke arah kakakku

"Berisiiiiikkkkk"

Yuda yang siap dengan kuda kuda pertahanan mencoba menghalau bantal yang aku lempar

Aku menguap, ngantuk

"Re.. Udah siang re.. Dihari sepenting ini lo masih belom bangun"

"Iya tapi lu jangan berisik, gua lagi meditasi di alam mimpi yud"

"Alesan lu.. Buru mandi, sambutlah kaka lu yang ganteng ini jauh jauh dari Bandung "

"Lu udah dateng dari seminggu yang lalu yudaaaaaa"

Yuda terkikik, kemudian kabur.

Seketika kamarku menjadi tenang. Masih jam 7 pagi.. Bagiku ini masih sangat terlalu pagi untuk memulai hari.

Hari ini acara pertunanganku..
Hari dimana aku dan Karen tunggu tunggu selama dua tahun kami berkomitmen untuk berhubungan.
Karen yang sempurna dan baik, begitu beruntungnya aku mendapatkan.

Aku masih sangat mengantuk. Semalam aku tidur sangat larut karena persiapan hari ini. Pembatalan sepihak dari pihak catering membuatku berjam jam harus melakukan negosiasi alot. Bagaimana bisa pihak catering meng cancel pesananku di malam hari sebelum hari H dengan alasan mendapat orderan yang lebih besar. Tidak masuk akal.
Akhirnya setelah aku ancam, mereka berubah lunak.

Entah bagaimana hari ini acara berlangsung. Ku enyahkan pikiran pikiran negatifku. Kuputuskan untuk menelpon karen, sudah beberapa hari ini kami tidak pernah intens berkomunikasi karena kesibukan masing masing.

"Ya re.. kamu udah bangun sayang?"

Suara lembut itu membuatku tersenyum

"Iya udah bangun, kamu lagi apa ?"

"Re sori aku baru cerita, aku lagi di toko perhiasan sama oma, cincin yang waktu itu kita beli itu hilang re, aku baru sadar semalem"

"Cincin pertunangan?"
Kataku tak percaya

"Iya re.. Maafin aku, tapi hari ini aku janji beli yang sama"
Suara karen terdengar lirih

Aku menarik nafas dalam, kecewa
tapi toh ini semua sudah terjadi, cincin memang bukan hal yang penting dibandingkan dengan lancarnya acara pertunangan kami, tapi cincin itu cincin yang sangat aku inginkan, cincin yang sama seperti cincin di potret ibuku di dalam pigura tua yang lusuh

Cincin yang menurutku mustahil akan karen temukan lagi.

"Karen, gapapa kamu beli cincin yang ga sama juga ren, aku gapapa. Kasian oma kalo kamu ajak cari cincin nanti kecapean"
Ujarku lemah

"Iya re, nanti aku telpon lagi ya, kamu siap siap untuk acara nanti malam"

"Ok "

Aku terhuyung huyung menuruni tangga menuju dapur, ku ambil segelas air dingin sejuk, rasanya agak baikan

Suara bel berbunyi. Nyaris mengagetkanku yang tengah melamun

"Mba... Mba... Mba retnooo tolong bukain pintu mba"

Tak ada sahutan, rumah pagi ini kelihatan lenggang, yuda, mba retno asisten rumah tangga sudah raib entah kemana.

Masih keadaan ngantuk setengah sadar, aku berjalan mencoba membuka pintu.

"Selamat pagi mba, saya mau mengantarkan paket. Ini benar dengan rumah ibu Rere Fathansyah"

"Iya benar, saya sendiri. Ini paket dari mana ya?"
Aku malas malas menerimanya

"Dari Bandung Mba"
Kurir tersebut memberikan lembaran yang harus di tanda tangan

Aku mendatangangi. Setelah Kurir pergi aku melangkah menuju kamar mandi , ku letakan paket kecil di atas meja, mungkin punya yuda.

***

Siang rumah sudah semakin ramai, keluargaku besarku dari Bandung sudah datang, perjalanan Jakarta Bandung memang tidak terlalu lama, tapi aku tahu rumah tempatku tinggal ini berada di kawasan macet, butuh berjam jam di luar perkiraan orang normal untuk menembus kawasan ini.

Keluarga besar ku tengah beristirahat , sisanya bersantai santai di ruang keluarga, ada keponakanku si kembar yang lucu wiga dan wigi yang dari tadi menarik narik baju ku mengajak bermain.

"yuuuud.. tuh paket di atas meja" teriak ku pada yuda yang sedang sibuk hilir mudik mengatur dekorasi ruangan

"paket apa? gua ga beli barang"
kata yuda

"dari Bandung tuh katanya"
sahutku sembari mengetik ngetik pesan dilayar handphone

Yuda membolak balik paket yang ringan tersebut membukanya dengan satu gerakan tangan

"re, buat lo nih , bukan buat gue "
yuda acuh tak acuh , melemparkan paket itu ke arah ku kemudian melanjutkan pekerjaannya

oh buat gue yaa..

Hanya se ukuran setengah kertas a4, di bungkus coklat hitam yang sebagian telah di sobek oleh yuda.
Warnanya Biru..
Sebuah undangan hardcover di lapisi plastik di bagian luarnya. Nama ku tercantum dibagian luarnya Rere Fathansyah.

UNDANGAN REUNI SMA GARUDA

Undangan reuni ku bolak balik, masih dua minggu lagi acaranya. Ku lingkari tanggal di kalender

"tante tante .. itu apa ?"
wiga menarik bawah bajuku

Aku tersenyum mengangkat Wiga dan mengayun ayunkan bocah tiga tahun itu ke udara. Wiga tertawa. Wigi berlari ke arahku meminta ikut.
Kami tertawa

Ku pandangi tanggal yang aku tandai di kalender itu.
Aku tersenyum.

***

Ku tekan nomer telepon yang ku hafal di luar kepala.
Terdengar suara di sebrang sana.

"Hallo.." suara yang tidak asing lagi

Cepat cepat ku matikan handphoneku.

Apa kabar?
Aku hanya ingin mendengar suara itu, lewat suara ku yakin kau baik baik saja.

"Tante rere.. " Wigi menghampiriku

"Apa wigi ku, princess cantiknya tante rere, kamu mau tante makeup juga??"
Ku pangku wigi menghadap kaca riasku.

"Tante, make up itu apa"
tanya wigi polos

"Make itu supaya wigi tambah cantik"
Kataku sambil memulas mulas blus on di pipiku.

"Wigi mau tante.. Wigi Mau"
Wigi dengan seketika merebut kuas yang ada di tanganku.

Aku tertawa melihat kelakuan wigi

"Wigi.. jangan ganggu tante rere"
suara merdu kak Alya, mama wigi terdengar dari arah pintu.

"re kamu udah siap?? "

Aku mengangguk.

KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang