BAB 2

2K 242 41
                                    

Dengan berjalannya waktu, sedemikian rupa (Name) haus pengetahuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan berjalannya waktu, sedemikian rupa (Name) haus pengetahuan. Kelas enam menjadi kelas mulai tersiksanya. Selalu di bully hingga trauma.

(Name) malah tak nyadar itu termasuk dalam pembullyan. Ia malah memahami jika Reina ingin berteman dengannya.

(Name) menatap kertas ujiannya di hadapannya. Memang, semua soal telah ia jawab dengan baik dan ia menoleh kesana kesini. (Name) menatap Nagi yang tertidur pulas di atas kertas ujian.

Mamanya bilang Nagi itu lebih hebat daripada (Name), apa benar? (Name) melirik dengan ujung matanya.

Nagi memang tak mempedulikan sekitarnya yang kesakitan otak karena soal ujian yang memang susah. (Name) menatap pengawas ujian. Pengawas tampak sibuk dengan mengisi data-data.

(Name) mengkerut heran dan memutuskan untuk kumpul lebih dahulu. Suara kursi tergeser dan membuat seisi kelas menoleh padanya. Reina yang menatap itu hanya menggertak giginya kesal. Kenapa pula si culun itu tak peka?

"Kau sudah siap? Taruh di meja dan boleh pulang" ucap pengawas

•••

"(Name)" panggil Reina

Reina melipat tangannya di dada dan menatap tajam kearah lawannya. Emi belum keluar dari ruangan karena belum selesai. Hanya Reina yang rela mendapat nilai kosong demi memusnahkan lawannya ini.

"Apa?" tanya (Name)

"Kau kenapa sering bertanya-tanya di kelas?"

"Bertanya? Siswa harus bertanya jika ia tak tau"

"Kau bukannya tak tau, kau itu sok tau"

"Apa masalahnya denganmu?"

(Name) terbawa suasana. (Name) menatap Reina dengan kesal. Memang wajah Reina sama sekali tak bersahabat. Reina mendekati (Name) dan menatap lebih tajam.

"Dengar aku, kau boleh saja bertanya-tanya di kelas. Tapi, kau bertanya yang sudah di jelaskan oleh guru"

"Lalu kenapa?!"

"Di sekolah ini mempelajari ilmu pengetahuan bukan adu ilmu pengetahuan"

"Kau iri? Kau iri karena tak dapat rangking satu?'

"Untuk apa aku dapat rangking satu jika kau kerjanya seperti itu? Bluelock tak mengajar seperti itu"

"Bodoh amat! Aku tak peduli-"

SRAK!

Pisau lipat mendarat mulus di bahu (Name). Tampak pisau itu tertekan kedalam bahu (Name). Darah segar segera mengalir. Baju seragamnya menjadi merah karena darah.

𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇 𝐊𝐈𝐓𝐀 : Nagi Seishirou ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang