(Name) memasuki ruangan dan ditemani Ryusei. Tangannya tetap di saku celana dan menatap kamarnya. (Name) sudah gemetar hebat dan rasanya kepengin pasrah.
"Buatkan aku makan malam" perintahnya
Ryusei keluar dari kamar dan beranjak duduk ke sofa. (Name) hanya terdiam berdiri seperti orang bodoh. Ia mengira jika Ryusei ini akan melakukan hal-hal yang membuatnya takut. Lagian wajahnya serem.
"Dia tak akan memperkosaku kan?"
(Name) menatap kearah jendela. Ryusei tinggal di apartemen di lantai sepuluh. Rumah-rumah penduduk kelihatan dari atas. (Name) menyibak gorden dan membuka jendela. Udara yang panas menyengat kulit.
(Name) menatap kearah jam dinding. Jam menunjukkan pukul setengah lima. Itu tandanya sudah mau malam dan (Name) hari ini tidak sekolah.
"Nagi dimana ya?"
Wajahnya tampak sedih karena kehilangan seseorang. Seseorang yang selalu membuatnya kadang-kadang merasa ada teman yang ingin mendengarkan ceritanya.
(Name) keluar dari kamar dan beranjak ke dapur. Melihat Ryusei yang duduk di sofa dengan wajah lelah menatap laptop. Tangannya menopang dagu dan meja itu penuh dengan gelas kopi. Tampaknya ia tak tidur sama sekali.
"Mau aku buatkan apa?" tanya (Name)
Ryusei hanya melirik kearah (Name) dan menghela nafasnya perlahan. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan menutup matanya. Dari wajahnya ia sudah tak tahan kantuk.
"Apa saja, tapi sepertinya kau harus ke pasar membeli bahannya"
(Name) mengangguk dan mengambil keranjang belanja di samping pintu dan ia memakai sendalnya. Padahal bajunya dan sendal yang ia pakai masih sama saat ia dijual tadi. Kenapa hari ini terasa cepat berjalan ya? Bukankah seharusnya ia seperti seabad dulu di pasar gelap itu?
"Uangnya ada di keranjang. Jangan lupa membeli bajumu" perintah Ryusei
(Name) mengangguk pelan dan membuka pintu. Meninggalkan Ryusei yang tampaknya tertidur meninggalkan cahaya laptop yang menyinarinya.
(Name) menekan tombol lift dan menunggu sejenak. Pikirannya masih banyak pertanyaan yang belum ia ketahui sama sekali. (Name) menatap pakaiannya sendiri. Ini jelas bukan pakaiannya, tapi pakaian ibunya.
Setega itu ayahnya menjual dirinya?
"Aku harus pulang.."
•••
"Serius? (Name) tak datang?" tanya Reo
"Iya, tak ada kabar apa-apa hari ini"
"Baiklah, terimakasih"
Gadis itu pergi meninggalkan dua lelaki yang tetap berdiri di pintu gerbang sekolah. Nagi seperti biasa menunggu seperti rutinitasnya. Tampak wajahnya benar-benar kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇 𝐊𝐈𝐓𝐀 : Nagi Seishirou ✅
FanfictionNagi yang mencintaimu, apakah hidup akan terasa lebih indah karena ada seseorang dicintai? Apakah ada dark side yang dimiliki Nagi? anime:bluelock