"AYO AYANG SEMANGAT!"
"AYANG PASTI BISA!"
"GO AYANG GO AYANG GO"
Demi menyemangati dambaan hati nya, Gevan rela teriak heboh di pinggir lapangan dekat pohon mangga. Tangan nya melayang di udara, mulutnya mengeluarkan kata penyemangat dan mata nya menyiratkan betapa terpesona nya dia pada seorang gadis kuncir kuda yang sedang menendang bola.
"AYANG MASUKIN BOLA NYA KE GAWANG LAWAN! YES GOLLL!! AYANG GUE EMANG PALING HEBAT!!"
Leyna mengatur napasnya, hah senang sekali rasanya bisa memenangkan pertandingan bola di pelajaran olahraga kali ini. Dengan begitu nilai dia dan teman sekelompok nya akan paling besar. Huh tidak sia sia lari lari sampai kaya orang asma.
Raissa menghampiri Leyna, "Na samperin sana pacar lo berisik banget dari tadi teriak teriak kaya orang utan."
Leyna mendelik. "Dih sorry ya bukan pacar gue." Meski begitu Leyna tetap pergi menghampiri Gevan. Sesampainya di hadapan cowo itu ia langsung di sambut senyum hangat dan satu botol air minum dingin.
"Nih, lo pasti haus kan?"
Anggukan sebagai responnya, ia menerima air itu lalu meminum nya. "Thanks" ucap gadis itu.
"Van?"
"Hm? Sini duduk na" Gevan menepuk tanah di sampingnya. "Cape berdiri terus"
Seperti intruksi yang di berikan, Leyna duduk di samping Gevan di bawah pohon mangga. Angin yang berhembus membuat kesegaran tersendiri untuk Leyna yang berkeringat serta pohon yang melindunginya dari paparan sinar matahari.
"Baju lo gimana? Sorry baju nya jadi penuh keringat gini"
"Gapapa kebetulan guru yang ngajar PJOK lagi sakit jadi kelas gue jamkos."
Leyna mengangguk "ouh gitu yaudah baju nya gue cuci dulu ya"
"Iya"
Gevan menatap lekat pada wajah oval Leyna. Sial. Leyna sampai menahan napas ketika Gevan semakin memajukan wajahnya. Semakin dekat sampai mereka bisa merasakan hembusan napas menerpa wajah. Leyna memejamkan matanya menunggu Gevan yang ntah akan melakukan apa. Persekian detik pangkal hidung nya di cubit gemas oleh tangan kekar cowo itu.
"Kenapa merem? Ngarep gue cium ya?"
Leyna memberenggut kesal, "dih ngga banget ngarep di cium makhluk astral kaya lo. Lagian lo ngapain maju maju kaya gitu?"
"Ngambil daun di rambut lo"
"WOY LEYNA JANGAN MOJOK MULU, KANTIN GAK LO?"
°°°
Dia kembali menutup pintu kulkas setelah mengambil satu yogurt. Setelah membayarnya dia pergi dari sana. Pergi ke kantin sendiri tidak masalah baginya karena wajarkan dia murid baru di sekolah ini. Mungkin setelah beberapa hari kedepan ada kemajuan. Mendapatkan teman misalnya.
Bruk
Hais kenapa yang tak pernah di harapkan terkadang terjadi? Baru satu hari dirinya sekolah disini sudah mendapatkan kesialan. Seseorang menabrak nya sampai ia terjatuh di lantai kantin. Lihat lah yogurt nya tergeletak di lantai. Dengan kesal ia mendongak melihat siapa yang menabrak nya.
Deg
Bagai terkena sihir salju tiba tiba tubuh nya mendadak diam membeku dengan kedua mata membelalak kaget. Dia....
"Sorry sorry gue gak sengaja" Orang itu mengambil yogurt yang semula tergeletak di lantai. Tangan nya terulur untuk membantu gadis itu berdiri. Namun yang di bantu malah diam menatap dirinya. Hei kenapa? Apa dia marah padanya?
Leyna menjentikan jari di depan muka orang yang tidak sengaja di tabrak, "are you okay?" Gadis itu akhirnya tersadar. Lantas ia berdiri sendiri.
"Kalau jalan itu fokus jangan sambil ngobrol!" Gadis rambut sepinggang merampas yogurt di tangan Leyna dengan kasar. Selain meninggalkan kantin dia juga meninggalkan Leyna yang terdiam.
"Ih kasar Melodi gak suka!"
"Gue juga gak suka, cil."
Sttt.... Leyna memegangi kepalanya yang tiba tiba pusing. "Na, Nana. Lo gapapa?"
"Kepala gue tiba tiba pusing, La"
"Kita anterin ke uks ya?"
Leyna mengangguk.
°°°
Sementara di rooftop sekolah, ada salah satu gadis duduk di single sofa yang telah rusak. Rambut gadis itu panjang sepinggang. Jari lentik nya menggenggam yogurt dengan kuat, mata nya menyorot lamat lamat pada yogurt tersebut persekian detik yogurt itu melayang menghantam pembatas rooftop dengan kencang sampai isinya berhamburan.
"Stupid girl"
KAMU SEDANG MEMBACA
Always You (On Going)
Teen FictionLeyna di buat pusing oleh satu laki laki yang selalu mengganggu keseharian nya. Ia semakin di buat prustasi oleh teror teror yang di kirim untuk nya ntah siapa pengirimnya. Kehidupan yang sedikit tak tenang semakin menjadi jadi. Puncak nya saat semu...