"Van, lo kenapa ngikutin gue mulu sih kaya gak ada kerjaan aja!"
"Kata siapa gue gak ada kerjaan? Justru kerjaan gue susah walaupun cuma satu tapi susah nya minta ampun"
"Yaudah kalau gitu lo kerjain kerjaan lo bukan malah ngikutin gue!" Leyna memberenggut kesal. Akhir akhir ini ia selalu di ikuti makhluk astral seperti Gevan.
"Dimana ada Leyna di situ ada gue!"
"Nyesel gue nolongin lo waktu itu"
"Iya Nana aku juga sayang kamu"
Leyna menggeram rendah karena kesal, dia mendorong Gevan kuat membuat laki laki itu mundur beberapa langkah.
"Pergi sana lo! Jauh jauh dari gue dasar makhluk astral."
Lengan kekar Gevan bergerak untuk merangkul pundak Leyna. "Dari pada lo ngomel ngomel mulu mending liatin gue latihan basket, asal lo tau ketampanan gue bertambah kalau lagi main basket. Pasti lo terpesona!"
"Idih najis! Gevan lepasin tangan lo ih!"
Beberapa menit telah ia buang sia sia hanya untuk menemani Gevan bermain basket, terpaksa. Lihat lah setelah memaksa anak orang dia malah tebar pesoan! Cih sok cakep.
Rambut yang acak acak dan keringat yang membasahi seluruh pelipis nya. Mungkin jika yang melihat keadaan gevan saat ini adalah perempuan lain mungkin perempuan itu akan histeris. Sangat berbeda sekali kalau Leyna yang melihatnya, lihatlah dia menampakan ekspresi menyebalkan.
"Gimana keren kan gue?" Gevan menghampiri Leyna yang tengah duduk di salah satu kursi tribun.
Kepala gadis itu mengangguk. "Iya keren kalau di liat dari atas monas"
"Ya begitulah gue, dari ketinggian aja ketampanan gue masih keliatan"
Tangan leyna bergerak menoyor kepala Gevan. "Najis pede banget lo!"
"Dari pada marah marah mulu, ayo gue anterin ke kelas"
Gevan hendak menarik tangan Leyna tapi sayang, Leyna yang peka langsung pergi mendahului nya. Gevan geleng geleng kepala, cewe satu itu benar benar menggemaskan.
°°°
Flashback on
Angin sore berhembus menerpa wajah sempurna seorang Leyna. Tangan putih nya yang memegang kantong kresek berisikan obat merah, plester serta tisu. Nyanyian yang mengalun dari mulut gadis itu menemani setiap langkah kaki nya. Saat ini ia baru saja kembali dari apotek.
Di tengah perjalanannya dia melihat seorang laki laki yang tengah duduk di trotoar. Laki laki itu meringgis karena luka di siku nya. Leyna yang merasa kasihan menghampiri dan menawarkan diri untuk mengobati nya. Akhirnya laki laki itu setuju. Ia pun mulai bergerak untuk mengobati luka di siku laki laki itu
Langkah terakhir sebelum memasang plester Leyna sempat beberapa detik meniup luka tersebut, dari awal sampai akhir Gevan tak pernah berpaling dari muka serius gadis di depan nya ini.
"Selesai" Senyum manis merekah, mengundang senyuman terbit di kedua sudut bibir Gevan.
"Oh iya nama lo siapa?"
"Gue Leyna lo bisa panggil gue Nana"
"Oke Leyna gue Gevan, makasih udah ngobatin luka gue"
"Iya sama sama, kalau gitu gue duluan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Always You (On Going)
Teen FictionLeyna di buat pusing oleh satu laki laki yang selalu mengganggu keseharian nya. Ia semakin di buat prustasi oleh teror teror yang di kirim untuk nya ntah siapa pengirimnya. Kehidupan yang sedikit tak tenang semakin menjadi jadi. Puncak nya saat semu...