Van?
Gvn🦎
Cie kangen ya? Tumben ngechat duluan
Idih najong trulala
Gvn🦎
Ngaku aja sih
Idih ngeselin bngt lo gak jdi lah gue ngomong sama lo
Gvn🦎
Becanda elah
Jadi lo mau ngomongin apa?Tentang teror itu
Gvn🦎
Kenapa? Lo di teroe lagi?
Kan sampe typo gueBoleh ketemuan biar ngomongin nya enak?
Gvn🦎
Boleh, di rumah gue aja ya? Nanti gue jemput
Okee
°°°
Leyna menyimpan ponselnya di atas nakas. Gadis itu menuruni tangga menuju dapur. Sesampainya di dapur dia mengambil roti serta selai coklat di dalam lemari es. Jujur saja dia belum makan. Setelah memakan selai roti itu leyna kembali ke dalam kamar untuk mandi dan bersiap siap pergi bersama Gevan.
Sedangkan di tempat lain Narasya tengah duduk di kursi tempat dia belajar. Tangannya memainkan ballpoint hitam sedangkan otaknya memikirkan sesuatu.
"NARA, SINI TURUN SARAPAN," Bunda Narasya memanggilnya dari dapur. Lantas dia langsung membereskan alat tulisnya. Dan pergi menuju dapur. Sesampainya di dapur dia langsung menarik kursi untuk duduk. Di meja makan itu sudah ada berbagai macam makanan. Yang menarik perhatiannya adalah Salted Egg Chicken. Makanan itu kesukaan Erly.
Dia tersenyum tipis mengingat sahabatnya itu ada rasa sedikit benci di hatinya. Mengingat bagaimana Erly membully nya dulu.
"Kenapa?" Bunda datang membawa segelas susu hangat. Dia melirik ke arah pandang anaknya. "Inget Kimberly, ya?" Narasya mengangguk.
Bunda menarik kursi di depan Narasya. "Gimana perkembangan Kimberly?"
°°°
"Aku baik bun, bunda gimana kabarnya?" Ya, Leyna memanggil Rosalinda- bunda Gevan. Dengan sebutan Bunda atas perintah dari orang nya langsung.
"Bunda baik baik aja kalau Gevan gak berulah."
"Gevan emang gitu bund sering bikin orang orang di sekitarnya naik darah."
"Yakan.... Itu anak emang beda dari yang lain."
"Terus aja ngejelek jelekin, tabah ini gue mah." Gevan datang membawa plastik berisi jajanan ringan.
"Kamu gapapa kan bunda tinggal? Soalnya bunda ada urusan di cafe."
Leyna hendak membalas tapi keduluan Gevan. "Gapapa bund gapapa banget kan masih ada Gevan."
Bunda mengangguk, sedetik kemudian matanya memicing tajam ke arah Gevan. "Jangan macem macem kamu! Awas aja bunda potong leher kamu!"
"Gak macem macem cuma satu macem kok."
Bunda menunjukan dua jarinya ke mata dia lalu berganti ke mata Gevan sembari berjalan mundur. Setelah bunda sudah tidak terlihat lagi Leyna memulai percakapan.
"Kemarin ada orang yang diem diem fotoin gue terus dia kirim poto itu ke gue." Leyna memperlihatkan pesan dari nomor asing kemarin kepada Gevan. Terlihat cowo itu membacanya dengan ekspresi muka serius.
"Selain ini gue juga nemu sticky note di buku kimia gue," Leyna membuka galeri lalu dia memperlihatkan foto sticky note yang dia temukan kemarin.
"Golf Tango Sierra," Dia membacanya lalu sebuah perasaan muncul di benaknya. Dia rasa tidak asing.
"Ah gue inget! Ini Alfabet Fonetik NATO!" Itu adalah alfabet fonetik NATO. Alfabet ini dibuat untuk menghindari kesalahan pengucapan serta mempermudah komunikasi di radio atau telpon.
"Gue gak tau kode ini, tapi bisa lo kasih tau apa maksud nya?" Leyna baru mendengar tentang kode tersebut. Salahkan pengetahuannya yang tidak luas.
"Golf artinya huruf G, Tango huruf T dan Sierra huruf S."
"GTS?" Gevan mengangguk. Kode itu mengartikan ketiga huruf tersebut. Lalu yang di pertanyakan oleh kedua orang itu apa maksud dari GTS ini? Memusingkan. Leyna rasanya ingin lari dari semua masalah ini tapi bagaimana dia lari jika masalah yang dia hadapi saja tidak tau kejelasannya. Leyna benar benar merasa bodoh.
°°°
Leyna duduk di salah satu kursi kantin. Tangannya dia gunakan untuk menopang dagu, lalu mulutnya mengumamkan sesuatu. Jujur saja Leyna ingin segera memecahkan teka teki ini. Leyna hobi nya rebahan dengan santai tanpa memikirkan hal berat tapi sayangnya akhir akhir ini dia tidak dapat melakukan hal demikian itu.
"GTS, GTS, apa ya maksudnya? Apa mungkin inisial nama orang? Apa nama tempat?" Sungguh rumit dan sulit di tebak.
Dor
"Anjing!"
"Eh mulutnya," orang yang membuat Leyna kaget, duduk begitu saja setelah menegur gadis itu.
"Sorry kelepasan. Lagian lo ngagetin gue!"
Dia, Galang. Tersenyum lebar sampai memperlihatkan gigi putihnya.
"Lagian gue perhatiin lo ngelamun sambil komat kamit sendiri! Baca mantra apaan lo? Pesugihan?"
Leyna memutar bola matanya. Galang ini tidak jelas datang datang menuduhnya membaca mantra pesugihan? Ha yang benar aja tanpa pesugihan pun keluarganya punya harta yang melimpah. Sorry bukan bermaksud sombong tapi itulah kenyataannya.
"Gue lagi," ucapannya tergantung saat netra dia tak sengaja melihat seseorang yang menghantui pikirannya akhir akhir ini. Perempuan itu memasuki kantin bersama ke dua temannya.
Alis Galang terangkat satu lalu matanya mengikuti arah pandang Leyna. "Sorry, Lang. Gue pergi duluan ya? Bye bye." Leyna menepuk pelan pundak Galang sebelum pergi.
"Narasya!" Leyna mendatangi ketiga perempuan itu. Mereka bertiga yang tengah mencari kursi untuk duduk terhenti ketika ada yang memanggil salah satu dari mereka. Lalu Narasya, seseorang yang di panggil Leyna menarik sebelah sudut bibirnya. Menciptakan senyum miring yang tak kentara.
"Hai, Erly. Eh, maksudnya Leyna."
Sempat heran, namun Leyna mencoba mengabaikan Narasya yang seolah salah memanggil namanya.
"Kenapa?"
"Boleh gue minta waktu lo sebentar? Ada yang mau gue tanyain sama lo!"
Narasya tampak berpikir lalu setelah beberapa menit dia merubah ekspresi nya menjadi memelas, merasa tak enak hati.
"Lain kali aja ya? Sekarang gue mau makan bareng teman teman gue dulu. Bye Bye Leyna Kimberly."
KAMU SEDANG MEMBACA
Always You (On Going)
Teen FictionLeyna di buat pusing oleh satu laki laki yang selalu mengganggu keseharian nya. Ia semakin di buat prustasi oleh teror teror yang di kirim untuk nya ntah siapa pengirimnya. Kehidupan yang sedikit tak tenang semakin menjadi jadi. Puncak nya saat semu...