Part 8

12 19 2
                                    

"Gevan, kamu ada liat panci pink bunda?"

Seorang wanita paruh baya dengan spatula di tangannya menghampiri Gevan di ruang keluarga yang tengah duduk di sofa sembari memainkan handphone dengan keadaan handphone itu miring. Selain ada Gevan di situ juga ada adik perempuan Gevan yang tengah memantengi laptop di depannya.

Tanpa menoleh Gevan menjawab. "Gevan gak liat, bun."

"Gevan bohong tuh bun"

Di simpannya handphone tersebut di meja lalu ia melayangkan tatapan tajam pada sang adik. "Gevan, Gevan, gue lebih tua dari lo ya!" Ucap nya tidak terima.

"Sadar diri juga kalau lo tua"

Sabar, bicara dengan Devina harus menyetok kesabaran sebanyak mungkin. Tapi mengumpat mungkin wajar. "Sialan lo!"

Wanita paruh baya yang menyandang sebagai ibu kandung ke dua manusia itu mengusap dadanya sabar. Ia bertolak pinggang kembali menatap kedua anak nya penuh keseriusan. Ini bukan masalah kecil tapi masalah besar. Panci pink kesayangan ilang ntah kemana.

"Gevan gak boleh ngomong kasar! Udah, sekarang jawab dengan jujur kemana panci pink bunda?"

"Bunda" Devira memanggil bundanya. "Vira tau dimana panci pink bunda," dengan tatapannya Gevan mengirim sinyal ancaman dan dengan juluran lidah Devira mengirim tanda menantang. Dia tidak takut sama sekali.

"Really? Dimana?"

Devira mengangguk. "Panci bunda penyok di pake mukul kecoa kemarin sama Gevan di dapur. Terus panci nya gevan sembunyiin di gudang."

Mata Gevira melotot dengan mulut yang terbuka sedikit, dia shock.

"Gev- loh kemana anak itu?"

"Gevan kabur keluar bun"

"GEVAN BUNDA KUTUK KAMU JADI PATUNG PANCORAN!"

°°°

Warung sederhana di pinggir jalan menjadi tujuan Gevan saat ini. Di sana sudah ada ke empat temannya. Beberapa meter lagi sampai di tempat tujuan lantas Gevan mengencangkan laju motornya. Sesat kemudian dia tiba dan langsung di sambut oleh laki laki berambut ikal.

"Kita sambut Mr bucin Leyna.... Gevannnn.... Berikan tepung tangan semua nya" Haikal bertepuk tangan heboh sendiri sementara Gevan membuka helm nya.

"Wait wait muka lo kenapa? Merenggut gitu? Kaga di kasih jatah sama Leyna ya?" Lanjut Haikal.

Gevan mendorong kepala Haikal dengan jari telunjuk nya. "Mata lo tuh jatah sembarangan aja kalau ngomong!"

Xavier memilih mendengarkan saja sementara Galang mulai kepo. "Terus kenapa? Di cuekin Leyna? Atau Leyna udah punya pacar?"

Gevan duduk di dekat Xavier. "Mbah asep kopi nya satu ya" pesan nya pada laki laki paruh baya pemilik warung.

"Siap"

"Ini kenapa kalian bawa bawa Leyna sih? Ngga ada sangkut pautnya tau gak?!" Protes cowo itu.

"Gue lagi kesel sama adek gue!" Lanjut Gavin.

"Loh kenapa calon istri gue yang manis itu?"

"Calon istri calon istri gak sudi dunia akhirat gue kita iparan"

Haikal tertawa ngakak, tangannya memukul mukul paha Xavier. "Ahahaha di tolak duluan sebelum berjuang."

"Diem lo garong!"

Ting

Ada pesan masuk di handphone Xavier.

Parasit
Mamah sama papah ngajak
Kita makan malam bareng
Terserah lo mau ikut atau ngga

Ntah kenapa segala sesuatu yang berkaitan dengan Mala membuat Xavier emosi. Liat sekarang mau tidak mau dia harus datang ke acara makan malam itu jika tidak mau mendapatkan ending yang buruk.

Xavier merogoh kantong jaket nya mengambil uang lima puluh ribu untuk membayar kopi serta gorengan yang dia makan. "Mbah ini uang nya"

"Sorry gue harus cabut duluan ada urusan mendadak"

"DEN KAPIER UANG KEMBALIANNYA"

"Buat mbah aja"

Xavier dengan motor besarnya berwarna hitam sudah tidak terlihat lagi.

"Kemana tuh anak?" Tanya Gevan.

"Mana gue tau emang gue bapak nya?" Haikal nyolot.

"Bukan sih.... Lagian Xavier mana mau punya bapa modelan lo"

°°°

Tok tok tok

"Sayang ada kiriman paket buat kamu"

"Bentar mam"

Cklek

Leyna dengan piyama tidur nya membuka kan pintu untuk sang mami. Tangannya terulur menerima paket berukuran sedang dari tangan mami nya.

"Paket dari siapa mam? Perasaan aku gak ada beli apa apa" dia menelisik luar paket itu. Tidak ada nama si pengirim.

"Mana mami tau." Wanita itu mengedikan kedua bahu nya. "Dari crush kamu mungkin." Setelah mengatakan itu dia pergi dari sana. Leyna masuk kembali ke dalam kamar tak lupa mengunci kembali pintu.

Leyna meletakkan paket di atas kasur. Bingung serta penasaran hinggap bersamaan di kedua benak nya. Bingung ini dari siapa dan penasaran apa isinya. Rasa penasaran yang lebih berdominan mendorong Leyna untuk membuka paket tersebut. Lantas dia mengambil gunting di atas meja belajar dan mulai membukanya.

Setelah paket itu terbuka sepenuhnya kini kebingungan melanda hatinya. Isi paket itu bukan lah snack, skincare atau album seperti yang di pikirkannya. Melainkan hanya ada beberapa butir telur serta tepung dengan tempelan sticky note.

"Telur? Tepung? Apa maksudnya coba? Kerjaan orang iseng kali ya?"

Apa si pengirim kurang kerjaan sampai segabut ini?

Dia mengambil sticky note yang tertempel di tepung.

18 12 0 19 0 17 20 13 0

Kerutan di dahinya terlihat jelas. Apa maksud angka angka ini?

°°°

"Raissa mau bikin apa beli telur sama tepung?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir ibu kandung Raissa.

Raissa tersenyum, "aku mau bikin kue bun"

"Bikin kue? Kamu kan gak bisa masak."

Always You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang