Motor hitam besar terparkir di halaman mansion yang luas itu, si pemilik motor turun setelah membuka helm full face nya itu. Kaki nya melangkah menuju pintu utama mansion di buka nya pintu itu yang langsung menampakan indah nya bangunan ini. Xavier masuk ke dalam sampai ia berhenti di ruang keluarga. Di sana kedua orang tua nya dan istrinya kumpul. Sang ayah yang melihat kedatangan anak nya langsung terbangun dari duduk, langkah kaki nya tegas, raut muka nya penuh dengan emosi. Sesampainya di depan Xavier.......
Plak
"Dasar anak tidak tahu malu!"
Xavier memegang pipi nya yang terasa kebas serta sudut bibirnya yang berdarah akibat keras nya tamparan sang papah. Raut wajah nya kentara sekali bingung tidak tau apa apa.
"Maksud papah apa?"
Dia melihat ke belakang punggung papah nya. Dimana Mamah sedang memeluk gadis yang sedang menangis. Ah sekarang Xavier tau apa masalahnya pasti gadis sialan itu. Tangannya mengepal penuh emosi.
"Papah benar benar gak habis pikir sama kamu. Bisa bisa nya kamu selingkuhi Mala! Kalau bukan karena papah liat kamu jalan sama cewe itu mungkin papah sama mamah gak akan tau sebrengsek apa anak nya! Dan papah takjub sama Mala yang tidak mau memberitahukan kebusukan kamu sebelumnya demi menjaga perasaan kamu!"
Raut muka Xavier mengeras, apa apaan ini? Kenapa dirinya yang disalahkan?
"Kenapa Papah marah? Kalau aja papah gak maksa jodohin aku sama dia aku gak mungkin kaya gini! INI SEMUA SALAH PAPAH! AKU SAMA SEKALI NGGA CINTA SAMA MALA PAH!"
"XAVIER!!!"
Laki laki paruh baya itu menatap anak nya nyalang. Di lubuk hatinya dia benar benar kecewa.
Xavier tak lagi memperdulikan papah nya yang emosi sebab dirinya juga emosi. Jika api di balas dengan api maka akan berakhir dengan bahaya yang besar. Maka dari itu dia memilih pergi dari sana. Dia melirik sekilas Mala yang masih berada di pelukan ibunya. Bibirnya tertarik membentuk seringai, lihatlah gadis licik itu.
°°°
Di ruangan bernuansa baby blue terdapat seorang gadis berbaju motif doraemon. Dia termenung di depan TV yang menyala menampilkan drama yang berasal dari negeri gingseng.
Ingatannya kembali berputar saat dia di uks. Saat itu kepalanya benar benar sakit seperti di hantam batu lalu ada ingatan yang memaksa masuk ke dalam kepalanya. Di sana dia melihat ingatan kejadian yang dia rasa belum terjadi sebelumnya. Siapa gadis yang di bully itu? Apakah dirinya? Jika benar lalu siapa ke tiga gadis yang membuly itu? Wajah mereka benar benar blur. Leyna mengacak rambut nya prustasi. Menarik selimut lalu menyelimuti diri nya sampai kepala.
•••
Leyna menekan tombol angka guna membuka loker milik nya. Setelah loker itu terbuka dahi mengernyit melihat sesuatu yang tak pernah ada sebelumnya. Bunga Anyelir kuning. Aneh, siapa yang menyimpan bunga ini di loker miliknya? Tidak mau berpikir lebih jauh Leyna mengambil buku paket Biologi lalu membuang bunga itu ke tempat sampah.
Tapi heran juga siapa yang tau pin lokernya? Hm mungkinkah Gevan? Tidak menutup kemungkinan kalau laki laki itu tau karena dimana ada Leyna di situ ada Gevan. Siapa tau ketika Leyna membuka loker di sana ada Gevan tanda dia sadari? Ntahlah masalah itu nanti dia tanyakan pada Gevan untuk sekarang ini lebih baik segera menyelesaikan tugas yang di berikan guru Biologi.
Tugas sudah selesai di kerjakan bertepatan dengan bunyi bell istirahat. Setelah mengumpulkan lembar jawaban di meja guru dan merapihkan alat tulis nya, Leyna langsung keluar kelas bersama ke tiga temannya.
"Pintu, pintu apa yang gak bisa di dorong? Pintu geser. Ahahahaha"
Mala merotasikan matanya sementara Leyna memberi senyum tipis.
"Reissa belum minum obat ya?" Ucap gadis penyuka lolipop.
"Sebenarnya keluarga udah tau cuma belum ada biaya"
Dari arah berlawanan ada Gevan dan teman teman. Seperti biasa ketika melihat Leyna cowo itu akan heboh.
"Selamat siang ayang" senyum manis yang terlihat menyebalkan di mata Leyna. "Ke kantin bareng gue yu?"
Berhubung ada yang ingin di bicarakan jadi untuk kali ini Leyna mau.
"YES! Ayo!" Gevan langsung menarik tangan Leyna dan meninggalkan teman teman di belakang. Sementara itu Mala menunduk memainkap handphone tanpa peduli Xavier yang menatapnya penuh permusuhan.
"Tadi pagi ada bunga di loker gue. Lo yang nyimpen bunga di loker gue?" Pertanyaan Leyna mendapatkan respon gelengan kepala dari lawan bicaranya.
"Bunga? Bunga apa? Gue gak pernah buka loker lo.... Bahkan pin nya aja gue gak tau."
Jadi bukan Gevan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Always You (On Going)
Genç KurguLeyna di buat pusing oleh satu laki laki yang selalu mengganggu keseharian nya. Ia semakin di buat prustasi oleh teror teror yang di kirim untuk nya ntah siapa pengirimnya. Kehidupan yang sedikit tak tenang semakin menjadi jadi. Puncak nya saat semu...