Part 12

9 13 5
                                    

"Gevan, modus banget lo pegang pegang tangan gue! lepasin tangan gue."

"Pegang tangan doang pelit banget lo."

Leyna melepas paksa tangannya yang di genggam Gevan. Melihat tautan tangan mereka terlepas. Gevan merotasikan matanya.

"Lo mau ngapain ngajak gue ke belakang sekolah?"

"Bolos yu?"

Lontaran kata itu lolos begitu saja. Seperti tidak ada beban dalam mengatakannya. Leyna saja melotot mendengarnya.

"Yang bener aja anjir."

Gevan menyandarkan punggungnya pada tembok di belakangnya. Kedua tangannya masuk ke dalam kantong celana.

"Takut lo?"

"Iyalah! Kalau kita ketauan bisa bisa di hukum! Gak waras lo!"

"Gak bakal ketauan, gue jamin seratus persen. Kalau ketauan potong aja telinga gue. Lagian percuma tetep di sekolah, gue yakin lo gak bisa fokus belajar."

Yang di katakan Gevan ada benarnya. Kejadian kemarin malam memberi efek tidak baik pada Leyna. Nafsu makan dia jadi turun di tambah dia sering melamun. Mungkin bolos sekali kali tidak buruk.

"Yaudah gue setuju, tapi masalahnya gimana cara kita keluarnya?"

"Lo liat tembok di belakang gue?" Gevan menunjuk ke belakang dengan jarinya. "Kita manjat," lanjut cowo itu.

"Kalau lo yang manjat sih oke oke aja, lah gue? Gue gak bisa manjat Gevannn!"

"Tuh tuh liat di sebelah kiri lo ada tangga kayu, pake itu aja." Leyna mengikuti arah tunjuk Gevan.

•••

Timezone memiliki ragam permainan dan aktivitas seru yang mampu membuat dunia Leyna terasa menyenangkan. Ketawanya yang lepas, senyumnya yang manis dan ke excited-an gadis itu juga mampu membuat seorang Gevan merasa lega dan mampu mengembangkan senyum lelaki itu.

Mereka mencoba berbagai permainan. Mulai dari Pump It Up, Virtual Rabbids, Bowling, New Arcade Basketball dan terakhir Bumper Cars. Terasa melelahkan namun menyenangkan. Mereka keluar dari area mall.

"Abis ini mau kemana lagi?"

"Pulang aja deh," ucap Leyna.

°°°

"Kiw, neng cantik pulang bareng abang yooo."

Raisa dan kedua temannya berhenti mendadak. Di sana ada Galang, Haikal, dan Xavier.

"Eh kak Galang gue kira abang ojek, abis jaket kakak warna ijo kaya abang gojek." Ucap Raissa kepada Galang yang sedang bersandar pada motornya.

Haikal refleks menertawakan ucapan Raissa. Dia semakin tertawa melihat ekspresi masam temannya.

"Wajah lo emang memadai, lang," timpal Xavier.

"Enak aja lo pada. Gue ganteng gini mirip tehyung betees." Galang menaik turunkan kedua alis-Nya. Dengan jari telunjuk dan jempol berada di dagunya.

"Taehyung BTS. Kak. Bukan tehyung betees," koreksi Melodi.

"Sama aja"

"Iyadeh gimana kak Galang dana, aja."

"Ahahahaha makin parah." Raissa tertawa terbahak bahak.

"Eh katanya Leyna sakit ya?"

°°°

"Kamu nanya?"

"Bangsat Gevan gue serius! Kenapa ngajak gue ke rumah lo?"

Gevan mengedikan bahu-Nya acuh. "Mau aja."

"Sungguh herman."

"Udah ayo masuk," Gevan menarik pergelangan tangan Leyna.

"BUNDAAAA GEVAN PULANG!"

"GAK USAH SO AKRAB SAMA BUNDA!"

"YAKIN? GEVAN BAWAIN BUNDA CALON MENANTU NIH!"

"Siapa yang lo maksud?" Gevan menoleh ke arah kanan.

"Se peka lo aja."

"GAK USAH BOH- Eh ada tamu," Bunda datang dari arah dapur. Ketika sadar ada tamu ke dua bibir itu tertarik membentuk senyuman manis.

"Hallo tante, saya Leyna temennya Gevan." Leyna senyum tak kalah manis.

Bunda secara refleks menoleh pada anaknya. "Ko temen, Gev?"

"Bentar lagi, Bun."

"Gak yakin Bunda sama kamu. Perempuan secantik ini mana mau sama modelan pocong mumun."

Gevan mendelik, "sembarangan kalau ngomong. Na gue ganteng pake banget kan?"

"Bohong sih iya."

"Ck lo sama bunda emang sama aja."

Bunda geleng geleng kepala. Feeling dia mengatakan mereka ini tipe orang yang kalau ketemu pasti ada aja yang di ributin.

"Udah sana ganti baju, bunda mau ngobrol dulu sama calon mantu."

"Jangan di apa apain Leyna nya."

"Mau di apain emang? Dasar gak waras. Ayo sayang jangan ladenin orang gak penting." Bunda menarik pergelangan tangan Leyna untuk duduk di sofa meninggalkan Gevan yang tersenyum tipis.

°°°

Sudah sepantasnya perpustakaan menjadi tempat ter senyap dan ter nyaman untuk menghindari kebisingan di luar sana. Leyna duduk dengan di temani buku fiksi bersampul hitam. Matanya fokus melihat jejeran huruf di buku itu.

"Oh, hallo we'll meet again," Leyna mendongak ke atas melihat siapa yang menyapanya ternyata gadis berambut sepinggang dengan jepit berbentuk kelinci terselip di rambutnya.

"Masih ingat gue?"

Leyna mengangguk. Tentu saja gadis ini yang dua kali bermasalah dengannya di kantin.

"Sorry untuk waktu itu." Gadis itu duduk semeja dengan Leyna tanpa di persilahkan.

"It's okay, just forget it."

"Hm okay thank you. Btw kita udah tiga kali ketemu tapi belum kenalan kan?" Tanya gadis itu.

"Kenalin gue Narasya panggil aja Nara." Lanjutnya.

"Gue-"

"Leyna Kimberly," gadis itu memotong ucapan Leyna.

"Ko lo tau?"

Narasya tersenyum tipis, "di sekolah ini siapa sih yang gak kenal lo?"

"Bisa aja lo. Gue gak seterkenal itu Do not exaggerate."

Narasya mengedikan bahunya. "Btw salam kenal, Erly."

°°°

Aaaaaa hallo semua nya gimana nih kabar kalian? Gwenchana kan?

Akhirnya aku bisa update juga. Gimana kalian nungguin gak? Masih ingat sama alurnya gak?😭😭


Always You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang