14. Morning Ma

799 117 61
                                    

Siang telah menjelang namun sepasang adam yang masih saling merengkuh di atas sofa di ruang tengah depan televisi itu justru masih asyik saling bertukar mimpi. Sofa itu lebar, cukup untuk dua orang dewasa terlelap bersama dengan nyaman, ditambah pelukan hangat dari masing-masing membuat tidurnya jadi makin pulas. Alasan mengapa mereka memilih tidur di ruang tengah ketimbang kamar besar Yoshi adalah karena Jihoon sudah kapok. Kamar Yoshi itu dingin, mirip seperti kulkas penyimpanan daging kalau kata Jihoon. Beberapa kali menginap dan Jihoon harus kenakan jaket tebal untuk bertahan semalaman. Ia tak mau lagi.

Yoshi tidur di tepi, bertujuan untuk menjaga Jihoon dari jatuh terguling ke lantai. Mereka sama-sama masih lelap dan tak sadar akan waktu yang terus berjalan meninggalkan keduanya. Suara-suara ribut dari pintu depan pun akhirnya terabaikan dengan mirisnya. Seorang wanita cantik nan anggun datang didampingi seorang pelayan yang tadi membukakan pintu. Tatapannya memicing heran saat melihat putranya tidur di ruang tengah seperti suami yang baru saja bertengkar dengan istrinya, dan semakin terkejut ia kala sadar adanya sosok pemuda lain yang bersembunyi di dalam pelukan Yoshi. Kacamatanya diturunkan, lalu dinaikkan lagi. Matanya mengerjap tak percaya.

"Ah, apakah sekarang dia benar-benar tidur dengan seseorang yang benar-benar seseorang?! Bukan hanya gadis atau pemuda pelacur seperti biasanya?!" Pekikannya tertahan bertanya pada pelayan yang menunggu di sampingnya.

"Mungkin Nyonya, karena belakangan memang Tuan Yoshi lebih sering menghabiskan waktu dengan pemuda ini." Dengan santun dan sedikit ragu pelayan itu menjawab, karena ia juga tak begitu tahu dan memang tak diizinkan untuk mencari tahu atau mencampuri kehidupan pribadi tuannya.

"Oh, astaga." Tangan kirinya yang telah mengeriput itu menutup mulutnya tak percaya. "Astaga akhirnya." Rasanya, sebagai seorang ibu yang telah lelah menghadapi perubahan sikap Yoshi yang belakangan jadi negatif, hal ini adalah berita paling menggembirakan dalam hidupnya selama 70 tahun terakhir.

Ia lantas berdehem pelan mengatur suaranya. Pelayan tadi ia minta untuk pergi. Kemudian dengan tangannya sendiri ia sedikit menggoyahkan tubuh Yoshi, berniat membangunkan putranya. "Yoshi, Yoshi." Suaranya dikeluarkan pelan, namun bukannya membangunkan Yoshi usahanya itu justru mengganggu tidur nyenyak Jihoon.

Jihoon menggeliat pelan, lalu perlahan membuka matanya. Alisnya mengkerut bingung saat melihat adanya tangan seseorang yang berusaha membangunkan Yoshi, namun dapat ia lihat Yoshi yang hanya mengerang malas lalu kembali tidur setelah mengeratkan rangkulannya pada pinggang Jihoon.

"Yoshi!"

Jihoon tersentak. Suara perempuan. Jihoon tanpa sadar ikut berusaha membangunkan Yoshi dengan buru-buru dan lebih kasar, dengan memukul lengan sampai dada Yoshi. "Om! Om bangun ih, Om…" Jihoon menggoyangkan tubuh Yoshi semakin keras karena sungguh, ia tak akan bisa bangun sebelum Yoshi bangun dan melepaskan pelukannya.

"Astaga anak ini," wanita yang juga Jihoon tebak adalah ibu dari Yoshi itu mengubah strateginya. Ia lalu menarik dengan kasar telinga Yoshi sampai mau tak mau Yoshi terbangun sambil memekik kesakitan. "Bangun kamu! Apa-apaan ini maksudnya hah!"

"Aduh duh, Ma, please…" Ia bahkan tak sempat kembalikan kesadarannya sendiri karena nyawanya bagai disedot paksa kembali masuk ke tubuhnya. Jihoon dengan canggung segera ikut bangun dan berdiri dengan kikuk di samping sofa.

"Ma!"

"Kamu ini, anak siapa kamu bawa pulang ke sini hah?! Kamu apain dia!"

Jihoon menggigit bibir berusaha menahan tawanya. Ia benar-benar ingin tertawa saat melihat Yoshi yang masih berusaha melepas jeweran ibunya dan di sisi lain ada ibunya yang masih ingin mengomel sebelum menuruti Yoshi untuk melepaskan jewerannya.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang