21. Serumah, Not Bad

805 113 42
                                    

Pagi-pagi sekali Jihoon terbangun dari tidurnya. Tangannya bergerak mengucek matanya yang berat. Selimutnya ia turunkan, lalu memutar ke kiri, menghadap pada tubuh atas Yoshi yang tak ditutup kain, lantas memeluk punggung penuh keringat tersebut. Jihoon hanya diam mendengarkan suara detak jantung yang dibarengi tarikan nafas teratur. Angin dingin dari kipas angin di atas kepalanya buat Jihoon bergidik, namun tampaknya sapuan angin yang tak seberapa itu masih tetap kurang membantu untuk Yoshi yang biasa tidur di suhu 29° ke bawah. Yoshi bukan makhluk dari kutub atau berasal dari tanah beriklim dingin, tapi karena terbiasa tidur di bawah AC yang menyala membuat Yoshi tak betah jika tidur tak ditemani pendingin ruangan tersebut.

Jihoon melepas rangkulannya pada Yoshi, lalu pelan-pelan bangkit tinggalkan kasur dan selimutnya. Sebisa mungkin tak timbulkan suara agar tidak mengganggu tidur Yoshi yang akhirnya bisa lelap itu. Jihoon memungut jas dan kemeja Yoshi yang semalam dihamburkan ke lantai dengan mirisnya setelah rasakan suhu yang tak nyaman. Bersyukur saja Jihoon berhasil memaksa Yoshi mengganti celana kain panjangnya dengan celana pendek yang ia punya atau bisa-bisa ia harus berhadapan dengan Yoshi yang telanjang bulat karena tak tahan panas pagi ini.

Semua pakaian Yoshi itu ia simpan di samping kasur. Ia lalu hampiri lemarinya dan mulai kemasi barangnya yang tak seberapa banyak itu. Pikirannya tak fokus, sehingga membuatnya memasukkan pakaian dengan sembarang ke dalam tas. Jihoon menoleh ke arah tempat Yoshi tidur, lalu kembali melamun. Sebenarnya ia masih tak yakin untuk ikut pindah bersama Yoshi karena ia punya banyak hal yang masih ia sembunyikan dari Yoshi, dan entah apakah pada akhirnya ia akan mengatakan semuanya atau tidak.

Jihoon mengalihkan perhatiannya kembali pada tasnya saat melihat Yoshi yang mulai bergerak dan perlahan membuka mata. Yoshi menguap lebar sebelum akhirnya bangkit duduk. Kesadarannya masih separuh tertidur saat matanya fokus menatap Jihoon yang duduk di depan lemarinya sambil memindahkan pakaiannya ke dalam tas. Jihoon hanya diam, dan bahkan tak terkejut lagi kala ada sepasang lengan kekar yang melingkari perutnya dari samping. Yoshi mencium pipi kiri Jihoon lalu sandarkan kepalanya di bahu sempit Jihoon.

"Mau saya bantu?" tanyanya kemudian dengan suara lirih hampir hilang karena kantuknya yang sebenernya belum sepenuhnya tinggalkan kepalanya.

Jihoon menoleh pada Yoshi buat hidungnya tak sengaja bersinggungan dengan sisi wajah Yoshi. Dan buat yang lebih tua lantas menoleh, curi satu kecupan ringan di bibir Jihoon. Jihoon tak bereaksi banyak. Bola matanya hanya bergulir naik dan turun memperhatikan soulmate-nya itu dari jarak kurang dari 5 centimeter.

"Om," panggilannya pelan tanpa alihkan tatapan matanya. Yoshi mendengung pelan, dalam diam menunggu Jihoon melanjutkan kalimatnya yang menggantung. Bibirnya berkedut, seperti ingin ucapkan sesuatu yang begitu memberatkan hatinya namun pada akhirnya Jihoon hanya diam.

"Tidur lagi sana kalau masih ngantuk. Minimal pake baju dulu! Sana!" Jihoon mendorong tubuh Yoshi sampai rangkulannya harus terlepas. Nada ketusnya itu membuat Yoshi harus kembali menambah sabar.

Jihoon lalu melanjutkan acara berkemasnya dan biarkan Yoshi sekarang bukannya mulai berpakaian tapi justru berdiam diri di bawah kipas angin. "Om kalau gak buruan pakai baju, kalau aku selesai dan Om masih bugil, bakal aku tinggal! Terserah." Ancaman itu jelas buat Yoshi bergerak cepat mengambil pakaiannya dan segera bersiap.

  

***

   

Barang-barangnya dimasukan ke bagasi mobil. Yoshi duduk di balik kemudi setelah selesai dengan dua tas besar Jihoon. "Hanya itu yang kamu bawa? Tidak ada yang tertinggal?" tanya Yoshi pada Jihoon. Sedikit heran sebenarnya karena menurutnya barang Jihoon terlalu sedikit untuk ukuran orang pindahan.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang