30. Soal Menikah

478 61 5
                                    

"Jadi kapan kalian akan menikah?"

Langkah kakinya sontak terhenti begitu pertanyaan tersebut terdengar melalui gendang telinganya. Yoshi berbalik, kembali menatap ibunya yang padahal tadi sudah ia pamiti karena ia harus segera pulang. Ramah senyum di wajah yang mulai keriput itu tak lagi terlihat dan yang dapat Yoshi baca hanyalah keseriusan dalam pertanyaan tersebut.

"Mah,"

"Ya, ya, Mama tahu kamu gak mau ganggu Jihoon soal itu dulu dan Mama juga gak mau Jihoon jadi kepikiran, karena itu Mama tanya kamu, sekali lagi. Kamu tahu resikonya kan, coba kalau dulu kamu tidak main-main dengan jalang-jalang itu, Mama gak akan desak kamu buat nikahin Jihoon, tapi sekarang semuanya sudah terlanjur, Mama gak mau kamu makin dipandang jelek oleh keluarga besar kita."

Yoshi menarik nafas dalam, lalu mengangguk.

Sudah lama, bahkan hampir setiap hari ibunya datang menemuinya hanya untuk mengingatkannya tentang satu hal yang sama, yaitu untuk segera menikahi Jihoon. Ya, terlepas dari ikatan soulmate yang sekarang menyatukan mereka, mereka masih harus menggelar pernikahan agar hubungannya juga dah secara hukum.

Yoshi sudah hampir tidak pernah berhubungan dengan keluarga besarnya; hanya kedua orang tuanya yang selalu hadir di acara keluarga. Alasannya? Karena kehadirannya tidak diterima. Perilakunya di masa lalu adalah alasannya. Mereka menyebutnya aib dan melarang Yoshi hadir di lingkungan keluarga sebelum dia memperbaiki diri. Ya, sekarang itulah yang sedang ia lakukan, bukan hanya demi diterima kembali dalam keluarganya tetapi juga demi kekasih hatinya yang tak ingin ia lukai perasaannya.

Tapi sayangnya, memiliki Jihoon di rumahnya sebagai soulmate saja tidak lantas membuatnya langsung diterima kembali. Ia harus menikahi Jihoon, sebuah kewajiban di keluarganya demi menjaga nama baik yang sudah susah payah dibangun.

Masalahnya sekarang adalah, apakah Jihoon mau menikah dengannya?

     

*****

      

Yoshi tiba di rumah saat matahari telah berbenam. Begitu memasuki rumah, hal pertama yang ia lakukan adalah mencari Jihoon. Ia temukan soulmate-nya itu di dapur, tengah berdiri diam di dekat konter dapur. Yoshi menghampirinya, memanggilnya beberapa kali tapi tak dapatkan respon, ketika ia menyentuh bahu Jihoon, dapat ia rasakan Jihoon yang berjengit terkejut.

Jihoon menoleh, lalu tersenyum saat melihat Yoshi. "Om," panggilnya pelan lalu merangkul Yoshi dan sandarkan kepalanya di bahu Yoshi. Yoshi turut balas merangkul bahu Jihoon dan mengusapnya pelan.

"Kenapa, kenapa kamu melamun di sini?"

Jihoon menggeleng. "Gak tahu..., kakiku sakit...," lanjutnya suarakan keluhan.

"Hm, kamu udah berapa lama berdiri di sini?"

"Gak tahu," lemas suaranya kembali menjawab.

Tanpa mengatakan apa pun, Yoshi lantas menggendong Jihoon dan membawanya ke ruang tengah, merebahkannya di sofa, lalu Yoshi duduk sambil memangku kaki Jihoon untuk kemudian ia pijat telapak kakinya.

"Om, pinjem HP dong," Jihoon mengulurkan tangannya dan Yoshi langsung memberikan ponselnya.

Perut Jihoon semakin besar setiap harinya dan sejak beberapa hari lalu Jihoon selalu mengeluh lelah dan sakit di kedua kakinya. Tidurnya sulit nyenyak, pergerakannya mulai terbatas, dan meskipun sekarang Yoshi lebih sering bekerja dari rumah untuk dapat terus menemani Jihoon yang sering merasa sepi, Jihoon masih saja terkadang terlihat tak nyaman dan butuh lebih banyak perhatian.

Jihoon juga mulai menginvasi seluruh barang-barang Yoshi, tidak hanya seisi lemari Yoshi yang sekarang kerap ditemukan berantakan isinya, tapi barang seperti ponsel, laptop, sisir, tas, sepatu, bahkan Yoshi tak lagi heran jika tiba-tiba barang-batangnya hilang saat ingin ia gunakan karena sudah pasti Jihoon lah orang yang mencurinya.

Alpha Bride [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang